Actions

Work Header

Muse

Summary:

Ajax sebagai seorang pelukis yang mengungkap rahasia masa lalu tidak pernah merasakan perlunya inspirasi, mengingat tangannya akan selalu melukis apapun yang tak ia pikirkan sebelumnya. Hingga tiba ia di Liyue, menemukan muse nya.

Notes:

Selamat natal bagi yang merayakan ! Berikut merupakan Secret Santa dari discord Erosi. Teruntuk Ryyti, semoga menikmatinya !

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Mata biru itu berbinar, tanpa ragu ia menjabat tangan pria itu. “Mau kah kamu menjadi muse ku !”


Semenjak kecil, Ajax sering kali bermimpi mengenai berbagai tempat. Tempat-tempat yang sangat beragam, dari yang mirip dengan kampung halamannya hingga lokasi yang tidak bisa ia temukan di Snezhnaya. Akan tetapi, Ajax tak bisa menjelaskannya seperti apa itu kepada keluarganya.

Pada saat itu ayahnya menyerahkan kuas, cat, dan kanvas. Dengan media itu, Ajax menunjukkan isi dari mimpinya yang selama ini menghantuinya. Pada saat itu pula, Ajax menemukan bakatnya dalam melukis. Ajax kecil berhasil menunjukkan keindahan yang telah hilang.

Pemimpin pendeta di negara mereka, Snezhnaya, mengusap kepalanya ketika menyaksikan kemegahan Istana Zapolyarny, istana kediaman archon mereka sebelumnya sekaligus istana yang hanya tersisa reruntuhan setelah Perang Celestia. Orang dewasa mungkin berpikir bahwa Ajax tidak mengerti ucapan mereka. Mungkin Ajax kecil tidak akan mengerti, tapi Ajax kecil dapat mengingatnya.

“Puji Archon telah memberkahi anakmu dengan ingatan masa lalu,”ujar pemimpin pendeta pada saat itu. Ketika Ajax mengingat kembali ucapan sang pendeta, Ajax hanya memberikan dengusan kecil. Amat disayangkan bahwa dirinya tidak percaya dengan kehidupan masa lalu.

Jikapun ia memiliki kehidupan masa lalu, bagaimana mungkin dia menjadi sosok yang hebat ketika dirinya saat ini tak lebih dari seorang pelukis ?

Seperti yang orang lain tahu, Ajax terkenal dengan lukisannya yang dapat merekonstruksi sejarah yang telah runtuh. Dia telah banyak melukiskan indah dan berbahayanya Snezhnaya di masa sebelum Perang Celestia, kemegahan Istana Zapolyarny, pasukan Fatui dengan keberanian mereka, serta banyak lagi di bawah nama Tartaglia.

Akan tetapi, tak banyak orang yang mengetahui bahwa Ajax dapat melukiskan kelamnya Perang Celestia, betapa mengerikannya makhluk abyss, betapa menjijikkannya percobaan manusia di bawah tangan fatui, dan banyak hal kelam lainnya. Semua lukisan itu diambil oleh negara, ditandai sebagai sesuatu yang berbahaya. Mereka tidak bisa menghukum Ajax, tidak mungkin menghukumnya ketika lukisan-lukisan berbahaya Ajax mengandung berbagai informasi yang telah hancur di kala perang.

Meski begitu, Ajax paham karena keanehan ini membuat orang tuanya memisahkannya dari saudara-saudaranya lainnya. Orang tua mana yang ingin anaknya terkontaminasi dengan keanehan yang Ajax miliki. Ajax yang tanpa sadar melukiskan tubuh tak berkepala yang bersimbahan dengan darah dengan senyuman.

“мой любимыйv (My beloved), “ bisik Ajax tanpa sadar dengan tubuh yang dipenuhi cat merah.


Ajax baru saja memasuki masa pubertas, ketika mimpi-mimpi menyebalkan itu mendatanginya setiap malam. Betapa menyebalkannya dia hanya bisa menyaksikan tanpa dapat mengingat kembali manusia yang menemaninya di dalam mimpi. Tangannya hanya dapat melukiskan keindahan di sekitar orang itu, sebelum akhirnya berhenti untuk melukiskan manusia itu.

Ajax dapat melukiskan keindahan air terjun yang dipenuhi kerindangan pohon dengan daun kekuningan, kemisteriusan pohon beurat biru di kelilingi oleh sungai, hiruk-pikuk pasar yang sangatlah asing bagi Ajax, dan berbagai anomali lainnya yang tidak bisa Ajax temukan di Snehznaya.

Ajax menyembunyikan semua lukisan itu di studionya tanpa orang-orang ketahui. Menolak untuk menunjukkan lukisan yang hanya setengah selesai dan mungkin tidak akan pernah ia selesaikan karena ia tak dapat melukiskan manusia indah yang harusnya ada di lukisan tersebut.

“Ah… Pohon sandbearer khas Liyue. Indah bukan, Ajax ?” ujar guru yang disewa oleh pemerintah untuk mengajarkan Ajax mengenai konsep seni .

“Liyue, negeri komersial itu ?” Mengingat perang dingin yang masih terjadi di antara negara setelah Perang Dunia sebelumnya, tak banyak informasi yang tertulis mengenai negara lain. Mungkin sejarah menuliskan berbagai fakta umum tentang negara tersebut, tapi Ajax lebih mempercayai lukisannya yang menunjukkan keindahan yang ditutupi dalam buku sejarah yang telah ternodai oleh campur tangan manusia.

“Yap, Liyue. Aku mungkin tak bisa mengintarinya ketika perang sebelumnya, tapi aku tahu bahwa mereka berusaha sebisa mungkin untuk tidak menghancurkan alam lebih dari semestinya. Bisa dibilang karena mereka percaya jika Liyue hancur lebih dari setelah Perang Celestia, nantinya archon mereka tidak tahu di mana Liyue. “ Ajax dapat mendengar sarkasme yang tidak diselesaikan oleh gurunya. Semua orang tahu bahwa setelah Perang Celestia, seluruh archon maupun dewa telah lenyap di Teyvat.

“Meskipun alasan mereka memang konyol, tak bisa dipungkiri bahwa Liyue jugalah indah, meski tidak seindah Snezhnaya. Ah… sayang sekali perizinan antarnegara masihlah sulit untuk didapatkan,” keluh gurunya.

“Apakah berkeliling dunia itu menyenangkan ?” Mendengar pertanyaan Ajax, gurunya tertawa.

“Tentu saja, terutama bagi kita sebagai seorang seniman. Dengan berkeliling, kita dapat mendapatkan inspirasi yang jauh lebih luas !”

Itu merupakan terakhir kalinya Ajax bertemu dengan gurunya. Mungkin pemerintah menganggap konsep yang diucapkan oleh gurunya sangatlah berbahaya bagi Ajax, aset negara. Tapi, Ajax paham bahwa apa yang diucapkan oleh gurunya merupakan suatu kebenaran. Ia bukanlah burung yang dapat dikurung di dalam sangkar. Ia menginginkan kebebasan.

Pada saat Ajax berusia 20 tahun, semua negara setuju untuk berdamai. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk melakukan pertukaran mahasiswa berbakat. Sebagai salah satu aset penting negara karena kemampuan melukis masa lalunya, Ajax dapat mengikuti program tersebut untuk ke setiap negara yang ada di Teyvat.

Tugas utama Ajax tak lain ialah memulihkan wujud masa lalu di negeri tersebut lewat lukisan. Fontaine, Nathlan, Sumeru, dan Inazuma merupakan permintaan yang mudah sekaligus merepotkan. Mengingat mereka menginginkan lukisan Archon mereka, meskipun telah terdapat patung tak bisa dipungkiri bahwa tidak semuanya merupakan patung archon mereka yang sesungguhnya.

Mondstad juga merupakan pekerjaan yang mudah. Mengingat Barbatos telah memiliki berbagai patung dan lukisan dari sebelum Perang Celestia. Selain itu patung raksasa Barbatos tidaklah hancur parah. Meskipun begitu, Ajax memilih untuk menikmati waktu satu bulan yang diberikan oleh negaranya untuk berkeliling.

Hingga saat Ajax tiba di Liyue. Ajax hanya bisa menghela napas panjang melihat kondisi Liyue. Lingkungannya mungkin memang masih lumayan mirip dengan sketsa-sketsa yang dia kerjakan sebelumnya.

“Bagaimana bisa aku melukis archon mereka jika patungnya saja telah hancur sebagian di setiap tempat,” keluh Ajax. Mau tidak mau ia perlu memotret setiap patung Morax yang ada di Liyue. Ajax memastikan bahwa lingkungan sekitarnya sepi sebelum akhirnya berupaya memanjat patung Morax.

“Lumayan berdebu, sudah berapa lama tidak dibersihkan patung ini. Hah… amat disayangkan padahal bentuk tubuh patungnya bagus,”bisik Ajax sembari memotret patung yang hanya tersisa bagian kiri saja.

“Maaf, apa yang sedang anda lakukan ?” Ajax tidak berteriak saat suara yang dalam dan lembut mengagetkannya dan membuatnya menjatuhkan kameranya. Sebelum kameranya tinggal kenangan, Ajax segera menangkapnya. Memang kameranya selamat, tapi hal ini menyebabkan Ajax jatuh dari patung tersebut. Untung saja di sekitar patung tersebut itu banyak semak-semak liar.

“Apa anda baik-baik saja ?” Pria berambut cokelat dengan mata amber segera menghampiri Ajax. Ia mengulurkan tangannya kepada Ajax yang jatuh terperunsuk.

“Ah.. tidak apa-apa, terima kasih bantuan…” Mata biru laut Ajax membelalak memandangi wajah pria yang seperti diukir oleh archon yang mengulurkan tangannya kepada dirinya. Tanpa sadar, Ajax menggenggam tangan itu dengan erat. “Mau kah kamu menjadi muse ku !”

“Demi Archon…” Ajax berusaha mengumpulkan kembali ingatannya. Pertama , ia tertangkap basah oleh warga lokal ketika memanjat dan meng-inspeksi, Ajax menolak menyebut itu meraba-raba patung karena itu sangatlah aneh didengar oleh orang lain. Kemudian, ia tanpa sengaja terjatuh dengan tidak kerennya. Pada akhirnya ia malah meminta warga tersebut menjadi inspirasinya setelah memperlihatkan sikap konyolnya.

Ajax tak ingat bagaimana ekspresi pria itu, bahkan muse nya segera pergi setelah memberikan senyuman kepadanya. “Ekatherina, aku tidak anehkan menawarkan itu kepadanya ?” tanya Ajax ke salah satu rekannya yang ikut dalam program pertukaran ke Liyue. Perbedaannya adalah Ekatherina telah berada di Liyue empat bulan sebelum kehadiran Ajax.

“Jujur saja, jika itu terjadi kepadaku, aku akan beranggapan kamu adalah orang gila. Bayangkan ketika sedang berjalan kamu menemui orang asing sedang melecehkan patung dewa. Jika bukan orang gila, pasti orang mesum,” jawab Ekatherina datar sembari meminum tehnya.

“Jahat ! Aku tidak melecehkan patung, hanya menginspeksinya sebagai seorang seniman. Tapi dia sangat indah…. Apa yang harus aku lakukan ?” Ajax segera menenggelamkan wajahnya di meja. Hal yang sangat bagus untuk memberikan inspresi mesum ke sosok yang sempurna sebagai muse nya. “Bahkan aku tidak tahu namanya…”bisik Ajax pelan.

Ekaterina menghela napas panjang lalu melirik jam tangannya. “Aku pergi duluan, ini bill bagianku.” Ekaterina segera beranjak dari kursinya.

“Jahat ! Jangan tinggalkan aku dulu, aku belum selesai bercerita.” Dengan gesit, Ekaterina meloloskan diri dari tangan Ajax.

“Maaf dibanding mendengarkan curhatan remaja baru puber, lebih baik aku ikut berbelanja dengan Nadia. Permisi. “ Mendengar itu, Ajax hanya bisa merajuk kesal. Pada akhirnya, ia ditinggalkan sendirian. Memutuskan untuk tidak mempermalukan dirinya lebih lanjut, Ajax memutuskan untuk menuju kasir untuk membayar bill dan memesan take out.

Tanpa disangka seperti takdir memutuskan untuk memberikan petunjuk, dia mengantri persis di belakang pria sempurna seperti dambaannya. Meskipun terdengar kurang ajar, tapi ia mencoba untuk mencuri dengar hal yang dibincangkan oleh kasir dan pria sempurna itu.

“Seperti biasa Zhongli-laoshi melupakan dompetnya kembali, “keluh kasir tersebut.

“Hahaha, maaf merepotkan Xiangling…” Merasa ini adalah kesempatan emas, Ajax memutuskan untuk menyela pembicaraan mereka.

“Maaf bila tuan ini tidak masalah, apa boleh dijadikan satu dengan bill saya ? Kebetulan pesanan saya tidak terlalu banyak.” Ajax memberikan senyum lebar ke dua orang tersebut.

“Eh, tapi apa tidak merepotkan ?”tanya Zhongli.

“Tidak masalah jika anda tidak masalah kalau anda memberikan nomor anda nantinya,”balas Ajax. Merasa kelakuannya terlalu mencurigakan, Ajax berdeham lalu menambahi kembali, “maksud saya nanti anda dapat menggantinya.”

Mendengar itu Zhongli mengangguk kemudian menyerahkan kartu namanya. Kartu nama itu hanyalah bertuliskan Zhongli beserta no kontaknya. Kemudian Ajax mengulurkan tangannya, “Ajax, salam kenal Mr. Zhongli !”

“Jadi, Mr. Zhongli merupakan mahasiswa sejarah ?” Ajax membuka pembicaraan kepada Zhongli dipertemuan mereka yang kedua kalinya. Zhongli ingin membalas budi dengan mentraktirnya makan malam. Mendengar itu, Zhongli tersenyum dan mengangguk kecil.

“Saya memilih sejarah Liyue, tepatnya sebelum Perang Celestia. Bukan pilihan yang umum bagi para mahasiswa sejarah umumnya. Ajax sendiri ?” Ajax terkejut ketika pertanyaan tersebut dilempar ke dirinya. “Apa boleh saya menebaknya ?” Jantungnya merasa berdetak lebih kencang ketika manik amber itu menatapnya tajam.

“Aksen dan rupamu bukanlah tipe oriental. Tidak mungkin Ajax dari Inazuma, Sumeru, ataupun Natlan. Berarti kemungkinan adalah Fontaine, Snezhnaya, ataupun Mondstadt. Akan tetapi, Ajax sangatlah asing dengan kondisi Liyue, kecil kemungkinan Ajax berasal dari Mondstadt mengingat secara diam-diam Mondstadt masihlah berhubungan aktif dengan Liyue meskipun terjadi perang dingin. Untuk pakaian, anda terlalu tipis mungkin karena tidak cocok dengan iklim Liyue.” Zhongli memberikan senyum tipis kemudian melanjutkannya, “ selain itu masih ada bekas cat di pakaian anda. Ajax mahasiswa seni dari Snezhnaya ?”

Ajax memberikan tepuk tangan kecil atas analisis Zhongli. “Aku tak menyangka bahwa Mr. Zhongli sangatlah ahli menganalisis seseorang. Ya, aku ke Liyue untuk mencari inspirasi kembali. Mungkin aku bisa dibilang spesialis dalam seni sebelum Perang Celestia juga. Amat disayangkan aku belum menemukan warga lokal yang dapat menemaniku untuk mencari lokasi bersejarah.” Ajax pura-pura menenguk tehnya sembari melirik Zhongli. Berharap kode yang dia sampaikan dimengerti oleh pria di sebrangnya.

“Jika tidak masalah, mungkin saya bisa membantu. Sepertinya akan menarik untuk mengelilingi Liyue untuk melihat peninggalan sejarah.” Zhongli kemudian memanggil pelayan untuk bill. Sempat ia merogoh dompetnya, sebelum akhirnya menghela napas lelah.

“Apakah bisa dibayar secara digital ?”

Setelah insiden makan malam itu, di mana usaha Zhongli ingin mentraktir Ajax gagal karena ia melupakan dompet dan restaurant tempat mereka makan ternyata tidak bisa melakukan transaksi digital, Zhongli menjanjikan waktunya untuk menemani Ajax mengintari Liyue. Zhongli hanya meminta Ajax untuk menyediakan peralatan untuk berkemah untuk dua minggu setidaknya.

Mereka berdua menjelajah menggunakan mobil Zhongli. “Maaf atas kejadian sebelumnya. Apakah anda bisa menyetir juga ?” tanya Zhongli.

“Tidak masalah Mr. Zhongli. Aku bisa menyetir, mungkin kita bisa saling bergantian. Kali ini Mr. Zhongli membawa dompetnya pula kan ? Mr. Zhongli tidak perlu terlalu formal, kali ini kita setidaknya menjadi teman seperjalanan bukan ?” Ajax mengedipkan matanya terhadap Zhongli, matanya berbinar menyadari perubahan warna di telinga Zhongli.

“Kali ini aku memastikannya telah membawanya. Maaf sebelumnya. Ajax boleh memanggilku Zhongli saja.” Ajax mencoba untuk menyebutkan nama tersebut. Akan tetapi, ada rasa asing di lidahnya.

“Bagaimana dengan laoshi ?”tanya Ajax ke Zhongli. Zhongli hanya memberikan anggukan kecil. Sempat terjadi kesunyian di dalam mobil, membenci hal itu Ajax memutuskan untuk bertanya kembali. “Apakah laoshi tahu sesuatu mengenai patung Lord Morax ?”

“Sedikit. Patung yang tersebar di beberapa bagian Liyue sebelumnya bukanlah sembarang patung. Patung tersebut memiliki julukan ‘Statue of Seven’ . Morax, seringkali dikenal sebagai Rex Lapis merupakan pemenang dari Perang Archon sebelumnya. Perang Archon sendiri merupakan perang yang diselenggarakan oleh Celestia untuk mengangkat 7 archon. Rex Lapis menjadi archon di Liyue selama kurang lebih 3500 tahun lamanya, sebelum akhirnya ia mendapatkan hukuman dari Celestia saat mencoba mencapai ke tingkatan lebih tinggi.” Ajax terdiam mendengarkan itu, hatinya merasa tidak nyaman dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Zhongli. Instingnya mengatakan bahwa itu adalah kebohongan.

“Akan tetapi sebelum lahirnya archon baru Liyue, telah terjadi Perang Celestia. Pada saat itu, sisa-sisa kekuatan Rex Lapis yang terdapat di patungnya membuat suatu perisai yang melindungi Liyue. Oleh karena itu, patung tersebut mengalami kehancuran di beberapa tempat. Pendapat umum mengatakan bahwa Rex Lapis dibunuh oleh fatui.” Zhongli melirik ke Ajax yang hanya memberikan anggukan kecil tidak mempermasalahkan cerita itu.

“Akan tetapi, Qixing telah menegaskan bahwa itu terjadi karena Rex Lapis mengalami permasalahan saat berkultivasi. Di beberapa transkrip sempat menyuarakan kemungkinan bahwa Rex Lapis masihlah hidup saat itu, sebelum akhirnya hilang bersamaan dengan berakhirnya Perang Celestia. “ Ajax menatap manik amber yang sedikit meredup ketika membicarakan itu semua.

“Menurut laoshi sendiri ?”tanya Ajax. Zhongli tertawa kecil membuat Ajax merasa wajahnya memerah.

“Menurutku ya… sejarah pada hakikatnya ditulis oleh pemenang. Namun, berbeda dengan pernyataan itu, pada akhirnya sejarah akan ditulis oleh pihak yang hidup lebih lama. Sejarah akan selalu terbelit dengan zaman yang ada. Mungkin saja Rex Lapis ‘mati’ sebelum akhirnya hidup bersama dengan masyarakat Liyue. Mengingat di beberapa cerita rakyat Rex Lapis memiliki kebiasaan unik…” Ajax segera memotong ucapan Zhongli dan mencoba mengambil alih kemudi dengan panik.

“LAOSHI LAOSHI, ADA BABI LIAR ITU ! “

Pada akhirnya mereka sampai ke patung Morax pertama setelah berbagai kejadian unik seperti babi liar lewat terjadi. Seperti yang Ajax duga, ia tak bisa menangkap ekspresi dari patung yang hanya tersisa setengahnya.

“Ajax, apa yang ingin kamu lakukan ?” Pertanyaan Zhongli menghentikan Ajax yang hampir saja memanjat patung itu kembali.

“A… aku butuh memotret bagian patung tersebut. Bagian-bagian yang hilang dari patung-patung yang ada berbeda, jadi aku ingin menyatukannya terlebih dahulu.” Ajax menundukkan kepalanya. Zhongli tertawa membayangkan sepasang telinga rubah di Ajax yang merunduk sedih.

“Memanjat patung bukanlah tindakan yang sopan, mengingat patung tersebut telah ada sejak lama sekali, mungkin sekitar setelah Perang Archon. Sangat berbahaya jika kamu memanjatnya. Mungkin aku bisa mengangkatmu untuk memotretnya ?”anjur Zhongli. Mendengar itu Ajax memerah malu merasa diperlakukan seperti anak kecil oleh Zhongli.

“Aku saja yang mengangkat laoshi ! Aku bukanlah anak kecil lagi…”rajuk Ajax. Zhongli kembali tertawa melihat Ajax merajuk. Belum sempat Zhongli menolaknya, Ajax telah menyerahkan kameranya ke Zhongli dan berjongkok.

“Baiklah, beritahu aku jika terlalu berat.” Ajax mendengus mendengarkan itu. Dengan satu tarikan nafas, Ajax berhasil mengangkat Zhongli.

“Tenang saja laoshi , ini tidak berat sama sekali. Tolong potret ya laoshi.” Zhongli menghela napas panjang kemudian menggelengkan kepala mendengarkan Ajax yang keras kepala. Kemudian ia segera memotret patung yang hanya tersisa setengah bagian itu. Ajax sendiri hanya bisa menunggu sambil membiarkan kepalanya melayang-layang.

Ketika Zhongli meminta agar ia bergerak sedikit, Ajax berusaha mempertahankan posisi Zhongli dengan mencengkram erat kaki pria itu. Sebelum akhirnya menyadari betapa empuknya paha yang terbalut celana itu. Pipinya merona ketika mengingat betapa besar pantat pria bermata amber itu.

“Ajax, Ajax, apa kamu tidak masalah ? Kamu sepertinya mimisan ! Cepat turunkan aku,” kata Zhongli panik yang membuat Ajax menyadari darah yang keluar dari hidungnya.

Ajax tertawa kecil, berusaha menyembunyikan rasa malu yang muncul karena menyadari ia berpikiran buruk terhadap pria yang telah membantunya. “Liyue sangat berbeda dengan Snezhnaya ya , Laoshi !”


Ajax termenung melihat hamparan laut yang luas. Laut tersebut di kelilingi oleh tumpukan batuan yang menyerupai tombak. Zhongli mengamati pandangan Ajax yang tertuju ke laut. “Guyun stone forest, menarik bukan ?” tanya Zhongli.

“Apakah laoshi tahu sesuatu mengenai tempat ini ?” tanya Ajax yang dibalas dengan anggukan kecil. Ajax mendapati pandangan Zhongli menatap jauh tempat ini. Perlahan, Zhongli mulai bercerita.

“Tempat ini merupakan ‘makam’ bagi para dewa yang kalah dalam Perang Archon di Liyue. Tombak yang dilemparkan oleh Rex Lapis membentuk tumpukan batuan yang kemudian terkikis oleh laut mengakibatkan mereka menyerupai hutan bebatuan.” Ajax memerhatikan Zhongli yang perlahan berjongkok.

“Menurut laoshi, apakah itu benar ?”tanya Ajax.

“Mungkin benar saja, mengingat Lord Vortex, Osial, sempat terlepas dari segelnya mengakibatkan Qixing dan adepti-adepti perlu menyegelnya kembali. Sangat menakjubkan jika kita dapat melihat kemampuan manusia menyegel kembali makhluk yang setara dengan dewa.” Zhongli kemudian berdiri kemudian menyerahkan sesuatu ke tangan Ajax.

“Ini ?” tanya Ajax bingung.

“Kenang-kenangan mungkin ? Itu starconch, salah satu jenis cangkang kerang yang sudah langka dapat ditemukan di Liyue. Jika kamu dekatkan ke telingamu, kamu dapat mendengarkan suara laut.” Zhongli tersenyum menutupi cahaya matahari terbenam sebelum melanjutkan perkataannya, “menarik bukan ?”

Ajax diam membeku menyaksikan itu semua. Dadanya bergemuruh bersamaan dengan desiran ombak. Tangannya menutupi wajahnya, menutup pandangannya dari Zhongli yang sibuk bermain dengan laut. “Oh sial,” sepertinya ia telah jatuh kepada pria sempurna ini, lanjut Ajax di dalam hatinya.

Setelah perjalanan mereka menghampiri seluruh patung Rex Lapis, Ajax menghela napas panjang. Merasa sangat disayangkan jika perjalanan ini berakhir begitu saja. Ia juga telah kehabisan pertanyaan untuk membuka pembicaraan dengan Zhongli. “Ajax, apakah tertarik untuk melihat jasad Rex Lapis ?”

“Hah ?”

“Ini rahasia umum bagi rakyat Liyue, tapi kami menyimpan mayat Exuvia, tubuh naga Rex Lapis, di dalam Golden house. Jika kamu ingin melihatnya, aku bisa membawamu ke sana,” jelas Zhongli. Ajax hanya bisa menganga lebar mendengar itu semua.

“Tapi, bukankah itu memerlukan izin ?” tanya Ajax kaget. Sebenarnya ia bisa saja meminta perizinan itu dengan ke pihak Qixing mengingat statusnya.

“Tenang saja, aku sudah mengurusnya.” Ajax hanya bisa terdiam mendengar itu semua. Dirinya hanya bisa menghela napas panjang karena kembali mempermalukan dirinya di depan Zhongli. Tidak seperti dugaannya, Golden House terletak dekat dengan pusat kota Liyue. Terdapat pengawalan yang ketat, akan tetapi mereka segera mengangguk ketika Zhongli masuk.

Ajax dapat melihat emas bergelinang di tempat tersebut. “Apa tidak berbahaya membiarkan emas itu berada di sini ?” tanya Ajax yang membuat Zhongli tertawa kecil. Jika orang itu bukan Zhongli, mungkin Ajax akan merasa marah.

“Ini bukanlah emas, melainkan mora. Mora merupakan alat pembayaran yang digunakan pada era sebelum Perang Celestia. Mora terbuat dari bagian Rex Lapis, semenjak kematiannya Qixing mencari cara untuk menggantinya menjadi alat pembayaran yang kita gunakan sekarang. Exuvia ada di sana, kamu pergi saja dulu.” Ajax mengangguk kemudian pergi menuju arah yang ditunjukkan Zhongli.

Di sana Ajax menyaksikan Exuvia, yang dapat dibilang tubuh geo archon sebelumnya. Tangannya dengan sigap memotret sembari manik biru lautnya mengamati dengan seksama keagungan Exuvia. “Kupikir Exuvia akan berbentuk sangat besar,” bisik Ajax. Di benaknya naga pada umumnya berbadan besar, sehingga jika Exuvia dibandingkan maka Exuvia condong jauh lebih kecil.

“Amat disayangkan aku tidak bisa merabanya,” bisik Ajax sambil menghela napas panjang.

“Aku tidak menyarankan untuk melakukan hal itu.” Suara yang muncul di belakangnya membuat Ajax nyaris menjatuhkan kameranya. Ia mendapati keberadaan Zhongli yang juga menatap Exuvia dengan sorot mata yang tak bisa ia pahami. “Exuvia sudah berada di sini semenjak Perang Celestia, jika dihitung dari waktu yang dilewati, jasad ini sudahlah sangat rapuh. Kita tak ingin diduga menghancurkan barang peninggalan sejarah bukan ?” tanya Zhongli.

“Sepertinya perjalanan kita sampai sini bukan ? Ada baiknya kita segera kembali ke kota.” Zhongli segera berbalik sebelum akhirnya pergelangan tangannya ditahan oleh Ajax.

Laoshi, apakah kamu ingin menjadi modelku ? Kamu belum menjawabnya bukan ?” Zhongli sedikit membelalakkan matanya mendengarkan pertanyaan serius dari Ajax. Selama ini, ia menganggap remaja Snezhnaya ini hanyalah bercanda. Ia dapat membayangkan sepasang telinga rubah dan ekor rubahnya ketika menghadapinya selama ini.

Menyadari bahwa bibirnya kering, Zhongli menjilatnya tipis sebelum membuat keputusan.

Laoshi bukan mahasiswa sejarah biasa bukan ?” tanya Ajax sembari melukis. Tangannya dinodai dengan warna kecokelatan dan emas yang perlahan membentuk keindahan sosok dewa.

“Ajax juga bukan pelukis sejarah biasa bukan ?” tanya balik Zhongli. Mereka memutuskan tidak menjawab pertanyaan tersebut. Terkadang ketidaktahuan jauh lebih baik dibandingkan mengetahui sesuatu.


Seminggu lagi, Ajax haruslah kembali ke negeri kelahirannya. Ajax menghela napas panjang menatap Liyue yang terkadang terasa telah menjadi rumah kedua baginya. Ia perlu melapor ke negara tentang penemuannya di setiap negara. Baik itu di masa ini ataupun berasal dari masa lalu.

Sebagai janjinya ke adik-adiknya, Ajax mulai berburu barang khas Liyue sebagai kenang-kenangan. Perjalanannya terhenti ketika ia berpapasan dengan Zhongli. Zhongli melirik kecil barang-barang yang ada dipelukan Ajax. “Apa Ajax masih ingin mencari kenang-kenangan khas Liyue ? Aku mengetahui suatu tempat yang menarik,” ajak Zhongli.

Zhongli membawanya ke toko antik yang tersembunyi dari keramaian. Di dalam toko tersebut dipenuhi dengan barang-barang yang tidak pernah Ajax temukan. Ia dapat menemukan banyak senjata yang tergolong antik di dalam sana. “Ajax, apakah kamu tahu sesuatu tentang vision ?” tanya Zhongli mendadak.

“Vision ? Alat berperang pada era Perang Celestia ?” Zhongli menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Ajax.

“Vision merupakan benda yang dianugerahkan oleh Celestia karena manusia memiliki ambisi yang besar. Sebuah alat yang digunakan oleh Celestia untuk mengekang ambisi manusia untuk tidak menyentuh langit. Di saat yang bersamaan, vision memberikan kemampuan dari salah satu tujuh elemen yang sangat berguna. Cahaya vision akan meredup bersamaan dengan hilangnya nyawa pemiliknya,” jelas Zhongli. Zhongli kemudian menyerahkan sebuah vision yang redup ke tangan Ajax. Vision tersebut merupakan vision yang berbeda sendiri dari bentuk vision lainnya yang umumnya ada di toko tersebut.

“Itu adalah vision dari seorang ksatria Snezhnaya. Entah bagaimana vision itu dapat ditemukan di Liyue. Mengembalikannya kepada seorang Snezhnaya merupakan hal yang tepat untuk dilakukan.” Ajax menggenggam erat vision yang ternodai sedikit darah itu. Vision itu tidaklah terasa asing bagi dirinya.

“Kenapa aku ?” tanya Ajax tanpa sadar. Zhongli menatap vision lainnya yang ada di toko itu.

“Entahlah.”


Laoshi, aku akan berangkat ke Snezhnaya besok.” Zhongli yang mendengar itu kemudian memberikan senyum kecil.

“Bagaimana kalau kita makan malam di tempat pertama kali kita bertemu ? Kali ini aku sudah memastikan membawa dompetku.” Mereka memutuskan untuk menuju tempat pertama kali mereka bertemu. Meskipun Liyue dipenuhi keramaian, di antara mereka berdua terbentuk kesunyian tersendiri.

Laoshi, boleh aku berbicara sesuatu ?” tanya Ajax.

“Aku juga ingin membicarakan sesuatu. Bagaimana jika bersamaan ?”anjur Zhongli. Ajax merasa tangannya dingin seketika, tapi dia membisikkan sesuatu yang ingin ia sampaikan. Sesuatu yang seharusnya tidak muncul secepat ini.

“я тебя люблю “

“我爱你 “

Tawa lepas keluar dari mereka berdua mendengar hal itu bersamaan. Perlahan, kedua tangan itu menggenggam satu sama lain. Kedua pria yang saling menggenggam tangan itu perlahan menghilang dari keramaian. Meninggalkan takdir yang telah memenuhi permohonan tulus seorang manusia sebelumnya.


Sosok yang menyerupai monster itu melangkah terseok-seok dari lokasi perang yang terjadi. Pandangannya kosong hanya menuju ke satu arah. Langkahnya terhenti ketika menemukan sosok manusia yang perlahan-lahan mulai retak dan menjadi debu. Dijatuhkan dirinya di dekat manusia tersebut.

Matanya terfokus terhadap pria yang sudah kehilangan cahaya pada manik ambernya. Tangan besarnya berusaha menggenggam pria tersebut, tapi semuanya telah terlambat mengingat hampir seluruh pria tersebut mulai menjadi pecahan batu dan berubah menjadi debu.

Xiansheng, kita berhasil menang dalam perang ini,”bisik sosok tersebut. “Langit palsu telah hancur, meninggalkan bintang-bintang yang indah bukan ? Seandainya saja kamu bisa melihat keindahan jatuhnya mereka juga,” racau sosok tersebut.

Sosok tersebut paham ketika pandangannya perlahan mulai meredup, itulah saatnya. “...jika takdir berbaik hati mempertemukan kita kembali, aku ingin mengatakan…” Aku cinta padamu, bisik sosok tersebut yang tidak dapat diselesaikan karena waktunya telah tiba.

Demi pasangan dewa dan manusia yang telah bermain di atas tangan takdir, waktu memberikan kesempatan untuk mereka. Bertemu kembali untuk menyampaikan hal yang belum dapat disampaikan.

Notes:

Meskipun tidak terlihat jelas, Ajax di sini merupakan pelukis sekaligus agen pemerintah karena kemampuannya untuk menggambarkan informasi masa lalu. Untuk Zhongli, bisa dibilang dia mahasiswa sejarah sekaligus memiliki hubungan dengan Qixing.

Terima kasih sudah membaca, sudah lama bagi diriku menulis dengan Bahasa Indonesia. Dengan senang hati aku menerima kritik dan saran yang membangun.