Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2022-07-09
Words:
1,156
Chapters:
1/1
Comments:
2
Kudos:
11
Bookmarks:
1
Hits:
132

Dekade

Summary:

Inilah Baekhyun dan sisi impulsifnya pada peringatan sepuluh tahun debutnya.

Notes:

haihaii! cerita ini adalah oneshot canon compliant pertamaku yang sudah pernah aku unggah di medium dan twitter pada 12 April 2022 dalam rangka memeriahkan sepuluh tahun debutnya EXO, jadi terima kasih kalau kamu mampir lagi :)

apabila terdapat kesamaan ide atau unsur apa pun dalam cerita ini, hal tersebut tentu tidak disengaja. koreksi, kritik, dan saran akan sangat membantu aku. terima kasih banyak, semoga menikmati! <3

Work Text:

Satu dekade. Wah… satu dekade. Jika kalian tanyakan kepada Baekhyun-umur-dua-puluh, ia akan menjawab itu lama sekali, jauh, dan terasa sangat sulit digapai. Namun, nyatanya di sinilah ia, Baekhyun-umur-tiga-puluh yang sudah melewati sepuluh tahun dalam sekejap mata. Sepertinya waktu memang tidak bisa menunggu, seberat apa pun keadaannya, sebisa mungkin dijalani dengan langkah yang ringan. Itulah yang terus ia coba ilhami dalam hidupnya walaupun tentu tidak semudah mengatakannya. Setidaknya, ada delapan pasang kaki lain yang turut menemaninya, itu sudah lebih dari cukup.


Akan tetapi, entah bagaimana, hari ini terasa serba kurang. Tanggal delapan April yang seharusnya menjadi hari penuh tawa dan tangis bahagia, menyisakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh Baekhyun. Apakah karena ia sedang menjalankan wajib militer yang terasa tak berujung? Apakah karena pandemi melanda sehingga rindu yang ia tabung semakin tidak tercurahkan? Atau karena ini hari jadi perdananya sendirian di dalam mobil mencoba meredam air matanya yang terus membuncah?


Jawabannya tentu hanya Baekhyun dan Tuhan yang tahu tapi satu hal yang pasti: tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia akan merayakan sepuluh tahun debutnya dengan jari yang sibuk menggulir linimasa Twitter. Membaca satu per satu pesan dari penggemarnya yang tersebar di seluruh penjuru dunia hingga memantau pertunjukkan musikal kekasihnya yang sepertinya sudah berakhir.


Baekhyun pun tidak mengerti bagaimana ia bisa berakhir di depan gedung pementasan musikal Chanyeol, raganya seolah diambil alih. Entah apa yang Baekhyun lakukan di sini, jelas-jelas ia tidak akan bisa menemui kekasihnya. Ia juga tidak akan mendapatkan reassurance dan comfort yang ia dambakan saat ini. Maka dari itu, ponselnya yang semula sedang berusaha menghubungi Chanyeol, ia matikan. Ia tidak akan merusak hari baik ini dengan kesedihan tak berdasarnya.


Akan tetapi… Bolehkah ia tetap di sini sejenak? Mendengar sorak dari penggemar yang menunggu di luar, berandai itu juga ditujukan untuknya? Ia tidak ingin kembali ke rumah dan mendistraksi dirinya dengan game online. Sekali ini saja, biarkan ia merasakannya, membolehkan emosi menguasai hatinya. Mencoba mengatur napasnya sembari menghalau dingin, Baekhyun mengistirahatkan kepalanya pada kemudi. Meyakinkan diri bahwa perasaan ini juga dirasakan member lainnya dan mungkin juga para Eri, ia tidak ingin runtuh sendirian.


Baekhyun yang hampir tertidur dikejutkan oleh suara ketukan dari jendela mobilnya, ia pun menoleh dan terkekeh. Betapa menyedihkan dirinya saat ini sampai berhalusinasi Chanyeol menghampirinya, jelas-jelas tadi ia lihat melalui preview bahwa lelaki itu masuk bus bersama tentara lainnya. Namun, ketika ketukan itu berulang dan tidak kunjung berhenti, sosok itu terasa sangat nyata. Barulah kala pintu yang memang tidak ia kunci itu terbuka dan Chanyeol merengkuh dirinya ke dalam pelukan hangat yang mampu menghapus dinginnya sepi, ia tersadar.


"Kenapa gak bilang kalau ke sini?" Chanyeol meletakkan dagunya pada bahu Baekhyun.


Baekhyun masih memproses runtutan kejadian saat ini sehingga hanya bisa menjawab seadanya. "Hehehe… Surprise!"


Chanyeol menarik diri dan menilik ekspresi wajahnya hingga seluruh anggota tubuhnya, memastikan ia tidak kekurangan suatu apa pun. "Are you okay?"


Hanya dengan melihat mata bulat indah yang menatapnya penuh kekhawatiran itu nyatanya mampu membuat hati Baekhyun menghangat dan ujung-ujung bibirnya bergerak naik, "I am now."


"Bentar-bentar, kamu geseran deh biar aku masuk dulu."


Dengan Baekhyun yang berpindah ke kursi penumpang dan Chanyeol yang mengambil alih posisi pengemudi, mereka berkendara entah ke mana. Baekhyun yang tengah linglung pun pasrah saja diboyong lelaki itu. Kala menunggu lampu berubah menjadi hijau, Chanyeol mengamit dan mengelus tangannya, membuat ia segera merapat dan bersandar pada bahu lelaki itu.


Walaupun kini mobil sudah terparkir sempurna di sebuah tempat eksklusif yang hanya diketahui mereka berdua, hening masih saja menyelimuti. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, Chanyeol yang menunggu kekasihnya siap bercerita dan Baekhyun di sisi lain enggan berbicara duluan. Setelah menyadari bahwa ia merampas waktu istirahat Chanyeol yang mungkin saja sedang kabur dan melanggar aturan, Baekhyun angkat suara. "Maaf ya… Harusnya kamu istirahat aja, gak perlu ke sini, aku gak kenapa-napa kok."


Chanyeol masih memejamkan matanya, menikmati harum Baekhyun yang menjadi candunya. Ia tidak kunjung bersuara hingga membuat Baekhyun resah, "Yeollie…"


"They will never forget you, Hyunee."


"Tapi masih ada setahunan lagi… Sekali aja aku pengin egois dan minta orang nunggu, tapi aku tau itu susah. Kalau di posisi mereka mungkin aku juga udah nyerah."


"Dih, nyepelein Eri, ras terkuat di Bumi itu!" Chanyeol mendelik, "kalau mereka tau kamu didemo nih!"


"Ihhhh, gak gitu! Ngerti kaaaan kamu, ah masa harus aku jelasin!"


"Iya, iya. Sekali ini aja kok ya… Tahun depan kita udah rayain bareng-bareng lagi."


"Ya kamu mah gampang ngomong begitu, enak di sana banyak yang sayang kan? Rame juga yang rayain."


Chanyeol bergeming. Menyadari hal itu, Baekhyun langsung menyesal telah menyuarakan iri dalam hatinya. Namun, Chanyeol tampaknya tidak ambil pusing. Ia malah menyambungkan ponselnya pada tape mobil, memutar acak lagu, dan memintanya bernyanyi. Berganti Baekhyun yang terdiam hingga Chanyeol harus memulai terlebih dahulu, bernyanyi penuh semangat, bahkan mengangkat tangannya dan menyerukan fan chant. Secara alami Baekhyun pun ikut serta, mengimbangi energi Chanyeol hingga mobil itu bergoyang seperti wahana taman hiburan. Diawali dengan "Candy", dilanjutkan "Tender Love", "Lucky", "Heaven", dan ditutup dengan "Cherish", mereka tak kuasa menahan serotonin yang melimpah ruah karena carpool karaoke sederhana yang sudah lama tidak mereka lakukan.


"Besok kamu bisa recharge lagi, lihatin Eri walaupun dari backstage. Gapapa ya, sekali iniii aja, hitung-hitung pengalaman baru, oke?"


Baekhyun tersenyum penuh dan mengangguk semangat, menatap Chanyeol seperti lelaki itu yang menciptakan langit dan bumi. Dalam hati tidak berhenti bersyukur diberikan kesempatan menghabiskan umur dua puluhannya dengan pribadi semenyenangkan dan setulus Chanyeol. Berharap waktu berbaik hati menghadiahi dekade-dekade selanjutnya dengan orang yang sama.


"Lumayan 'ntar kalo kamu nangis gak diledekin Eri. Gak perlu ditahan-tahan kalau di belakang panggung kan? Hahaha." Chanyeol menambahkan.


"Issssh malesin. Udah kamu pulang ajalah! Udah cukup!"


"Enak aja habis manis sepah dibuang. Bayar dulu sini," Chanyeol menarik Baekhyun mendekat.


"Gak mau entar keterusan…"


Chanyeol tertawa geli melihat Baekhyun yang menciut dan mencicit lucu. "Enggak kok, pipi aja makanya, cepetan."


Baekhyun mendengus, terlihat tidak tertarik sama sekali, padahal hatinya bersorak. Ia mencium pipi laki-laki di hadapannya, tepat di lesung, tak lupa mencuri kecup dari bibir tebal kesukaannya yang disambut sepenuh hati oleh Chanyeol. Di tengah sesapan itu, mereka dapat merasakan senyuman satu sama lain; begitu tulus, halus, membius. Menyaratkan cinta tanpa putus.


"Yeollie… Makasih ya. Maaf tadi aku ngomong begitu padahal you always go miles for me. I'm genuinely happy for you, suwer deh! I just… wish I could be there with you like what you always do for me."


Chanyeol mengangguk lembut sembari mengelus tengkuk Baekhyun yang tengah menunduk. "Buktinya you're here, kan?"


Baekhyun menengadah dan menemukan senyuman manis yang menandingi latte stroberi favoritnya. Chanyeol terkekeh halus, "cium lagi kalo gitu," kemudian menunjuk pipi kirinya.


"Itu mah gak usah disuruh!" Baekhyun lantas membubuhkan ciuman bertubi-tubi pada wajah Chanyeol, menahan gemas - dan nafsu - karena mereka tidak punya waktu. Besok adalah hari yang panjang dan sayangnya mereka harus segera pulang untuk beristirahat. Ah… tapi ini jelas jauh lebih baik daripada mendekam di apartemen dan menangisi video EXO yang muncul di beranda YouTube-nya, sih. Jadi, untuk pertama kalinya, Baekhyun berterima kasih kepada sisi impulsifnya yang hanya muncul sesekali, di waktu yang tepat.