Chapter 1: First meeting
Chapter Text
Setiap pagi, kamu selalu disambut oleh wajah tidur kekasihmu. Kamu membawa tanganmu ke wajahnya untuk menyingkir rambut yang menghalangi. Tiada lagi kerutan di dahinya maupun kantung mata yang menghiasi. Entah kenapa pagi ini Sara terlihat seperti segar. Tak sengaja kamu memegang pipinya dan itu membuat mata Sara terbuka. Mata keemasan yang biasanya menatap dengan tajam, kini menatapmu dengan lembut.
"Ah, selamat pagi. Maaf membangunkanmu."
Ia menghentikan apapun yang ia lakukan tadi dan membawa bibirnya ke pipimu, kecupan dari kesayangan yang selalu dilakukan untuk menyambut pagimu dan tidak lupa kamu membalasnya. Jauh di dalam hati kamu ingin sesekali mengambalikan ciuman pagi itu, tapi selalu saja dia yang bangun terlebih dahulu. Kamu ingin hendak ingin melakukannya namun terlewat begitu saja dalam pikiranmu.
"Mmhm, slamat pagi Sara… Hari ini libur? Aku tidak melihat seragammu."
Sara mengangguk, "Kemarin kamu sudah berjanji hari ini kita akan… berkencan kan?. Tapi sepertinya, kita akan berangkat agak siangan."
"Haa?!" Kamu langsung mengambil posisi duduk dan memegang pundak Sara.
"Apakah aku telat bangun? Oh! Punggungmu Sara, apakah sakit?" Kamu teriak di depan wajah Sara, pertama dengan ekspresi kebingungan lalu khawatir mengingat luka di punggung Sara.
"Oh itu, itukan perbuatanmu semalam."
Mendengar jawaban Sara, kamu terdiam. Berusaha mengingat-ingat…
bibir Sara dan bibirmu yang saling memperebutkan dominasi dan tangannya menjelajahi tubuhmu—
Wajahmu kini memerah, kamu menggelengkan kepalamu berusaha untuk tidak mengingat lagi kejadian semalam.
"Ah um… Ma-mari kita lupakan sejenak. Sara diam saja disini, aku akan mengambil—"
Sara hendak tanya apa yang ingin dirimu ambil, tapi kakimu telah melangkah keluar kamar. Tak lama, kamu kembali membawa kotak kecil putih dan baskom.
"Aku akan membersihkan luka di punggungmu dan sayapmu… Apakah boleh?"
Tatapan halus Sara membuatmu sedikit lebih tenang. "Mhm, tentu saja. Kenapa masih bertanya kepadaku, kamu bisa langsung saja kok. Kita kan sudah berjalan lama, aku tidak ingin masih ada keraguan."
Perjelas Sara sambil ia berdiri dan membantumu menaruh baskom di meja.
"Ah, makasih. Yah, aku bakal menyentuh dan membersihkan tubuhmu Sara. Tentu aku akan bertany— atau mungkin kamu ingin sering kusentuh, hm?"
Tiba-tiba ide untuk menjahili Sara muncul di enakmu. Memang selama ini Sara lah yang memulai, mulai dari bergandengan tangan atau hanya menyentuh bagian-bagian tubuhmu, lalu ciuman pertama, sampai malam pertama kalian, semuanya Sara yang memulai.
Mungkin itulah love language Sara, berbeda denganmu yang selalu ingin berada disampingnya dalam artian menemaninya setiap saat. Kamu peka terhadap hal-hal kecil dalam hubunganmu dan Sara. Kamu suka membuatkannya bekal, menyiapkan makanan atau jajan untuknya, merencanakan kencan atau hal yang lain, yah intinya kamu suka memberinya perhatian dan membuat Sara senang. Hal itu menjadi salah satu alasan dari banyaknya alasan mengapa Sara ingin menjalin hubungan yang serius denganmu.
“Eh, yaa hal itu tidak bisa ku bantah sih.” Ucap Sara sambil mengambil posisi yang enak.
Matamu terbelalak dan mulutmu terbuka lebar melihat saat melihat punggung Sara yang lebih jelas dari waktu bangun tidur tadi. Otot kekar punggungnya selalu membuatmu kagum walau sudah melihat berkali-kali saat mandi bareng, namun kali ini di atasnya terdapat luka cakaran disana sini, ada yang tebal dan tipis. TIdak hanya di punggung, pundaknya pun terdapat beberapa bekas gigitan yang untungnya tidak menimbulkan luka, lehernya pun tidak terbebas dari cupang yang dihasilkan oleh dirimu.
“Oh Sara… maaf telah menyakitimu.”
Kamu memeluk Sara dari belakang dan menyandarkan kepalamu di punggungnya, tangannya menggenggam tanganmu.
“Aku… aku sebenarnya ingin membiarkan bekas luka itu.”
“K-kenapa? Luka ini mengotori punggungmu yang indah.” Katamu sambil menyentuh luka itu.
“Kenapa ya, aku merasa kalau luka ini adalah tanda bahwa aku telah mendapatkanmu. Mendapatkan dirimu, kasih sayangmu, waktumu, dan perhatianmu. Juga tanda bahwa aku telah dimiliki oleh dirimu seorang, tanda bahwa kerja kerasku untuk mendapatkanmu telah terbayar. Ahaha… aneh ya.”
3 tahun, kerja keras Sara selama 3 tahun terbayarkan. Awalnya Sara mengamatimu karena kamu paling mencolok diantara para prajurit yang Sara pimpin. Kamu sering telat dan mengantuk saat latihan memanah di pagi hari, namun bakat memanah mu hampir bisa menandingi Sara. Saat itu Sara geram karena prajuritnya, kamu, lebih santai daripada yang lain. Sara pun akhirnya tahu alasan dibalik keterlambatanmu dan mengecualikan mu.
Pernah saat perang sengit di Watatsumi, para Shogunate telah kalah jumlah, sang General yang luka berat hanya bisa menopang dirinya dan memerintah pasukannya untuk mundur. Tapi kamu menolak dan meminta izin untuk mengambil alih Shogunate, Sara membantahnya tapi melihat kegigihan di matamu dan tanganmu yang menggenggam erat panahmu membuat Sara yakin, jika gagal maka kamu akan dikeluarkan dari Shogunate, selamanya.
Dan iya, mempercayaimu adalah jalan terberat namun jalan terbaik yang Sara ambil. Para Shogunate berhasil memukul mundur pasukan Watatsumi tanpa adanya korban. Mereka semua berterimakasih padamu dan tentunya General mereka, Sara, yang masih terkejut dengan caramu yang memiliki kesempatan kecil untuk berhasil menurutnya. Sebagai General, keselamatan Shogunate adalah yang terpenting dan ia hampir dibutakan oleh hal itu, tapi dengan caramu itu kamu berhasil membuat Sara menyadarinya.
Saat Sara menaikkan pangkat mu menjadi bawahannya, lebih tepatnya ahli siasat Shogunate, kamu menolaknya dengan “Kamu saja sudah cukup General.” hanya itu alasan yang kamu lontarkan. Walaupun Sara menyayangkan kesempatan besar ini, ia tetap menghargai keputusanmu. Sekalipun kamu menolak menjadi ahli siasat Shogunate, kamu tetap membantu Sara, memberikan solusi dan saran yang tentunya Sara terima dengan baik.
Pertemuan demi pertemuan, yang awalnya formal menjadi lebih santai. Kamu mulai membawa bekal mu yang sepertinya terlalu banyak untuk dimakan sendiri dan kamu memaksa Sara untuk membantumu menghabiskannya.
“Kenapa kamu menolak? Kamu bisa menggunakan bakatmu untuk membawa Shogunate menuju kemenangan. Oh, ini enak juga.”
“Oya? Itu pertama kali bikin, sempat ragu mau kubawa atau tidak. Yah, Aku hanya ingin membantumu Sara, aku tidak meminta imbalan apapun. Aku cukup mengetahui bahwa dengan adanya bantuanku kamu dapat tidur 1 jam lebih cepat. Dan itu sudah membuatku senang. Persetan dengan jabatan, aku lebih suka menjadi orang yang biasa-biasa saja.”
Sara pun mengikuti sandiwaramu, namun ia masih penasaran dengan strategi-strategi yang kamu berikan. Walaupun banyak kejanggalan yang tentunya sudah berkali-kali Sara tanyakan, dirimu enggan menjawabnya.
Suatu hari, para prajurit telah berkumpul untuk latihan pagi tapi kamu tak ada di barisan tersebut. Dirimu yang sering terlambat membuat Sara hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan menarik busurnya.
'thok' 'thokk'
Penantian berujung kekhawatiran. Banyak prajurit telah mengakhiri latihannya, tapi kamu tak kunjung datang. Sara berpikir bahwa hujan semalam membuatmu pulang terlalu malam dan berakhir dengan bangun kesiangan.
"Jangan-jangan?"
…kamu bolos?
Chapter 2: Heat
Summary:
Sang Tengu yang terkenal dengan keras kepala memaksakan diri saat ia memasuki masa heat.
Notes:
Hehe. Ingin gigit bantal sekuat tenaga karena sayang bngt sama Kujou Sara
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Biasanya kamu menjalani siang dengan tenggelam ke pekerjaanmu, tapi karena ulah kekasihmu yang keras kepala kini kamu tidak bisa fokus untuk menyelesaikan pekerjaanmu yang kian menumpuk. Kamu kembali melihat kalender, di tanggal hari ini telah ditandai oleh spidol merah bertuliskan "Heat" dengan sketsa burung kecil disampingnya. Memang benar kamu tidak salah lihat bahwa hari ini telah memasuki siklus heat Sara. Seharusnya tanda-tanda heat muncul tadi malam, tapi dirimu tidak bisa melihatnya atau merasakan ada yang aneh dari Sara. Mungkin memang terlambat atau… Sara menyembunyikannya, tapi tidak mungkin. Kamu menggelengkan kepalamu.
Ingin sekali dirimu keluar dan segera menemui Sara, tapi- kamu kembali mengetik, pekerjaan ini harus selesai. Tidak, kekasihmu yang terpenting sekarang. Kamu tentunya tidak ingin mereka semua melihat sang general Shogunate saat di kondisinya yang tidak baik bukan? Kamu juga tidak ingin Sara merasa kesusahan maupun malu akibat heat nya. Dari dulu Sara tidak ingin manusia, termasuk dirimu, campur tangan dengan hal-hal mengenai tengu. Tapi dirimu memaksa dan Sara sadar bahwa 'bantuan' mu benar-benar ia butuhkan, maka dari itu Sara mengizinkanmu untuk membantunya saat siklus heat nya telah tiba.
Kamu telah bertekad untuk meninggalkan pekerjaanmu dan segera menjemput Sara. Ya tentu saja secara diam-diam karena kamu tidak ingin menarik perhatian, apalagi sejak kamu mundur secara tiba-tiba dari shogunate dan menghilang tanpa jejak.
Anyway, kini kamu secara tidak sengaja berpapasan dengan Guuji Yae. Beliau yang tentunya kenal dekat denganmu tertawa saat kamu cerita apa yang terjadi dan dia memberikan sebungkus -entah apa isinya- kepadamu. Beliau memberitahu bahwa itu pill untuk Sara jika heat nya terlalu parah. Seperti biasa Guuji Yae bersedia membantumu dan Sara, kamu hanya berucap terimakasih dan segera ke tempat latihan Shogunate.
Kamu melewati jalan tikus yang mungkin hanya kamu tahu dan sekarang kamu melihat punggung Sara. Disana ia dengan gagahnya menarik busurnya. Ah, otot punggung dan tangannya terlihat sangat jelas akibat kilauan keringatnya di bawah sinar matahari. Posenya juga sempurna, suara tarikan busur yang nyaring. Betapa rindunya dirimu menarik busur panah.
Tapi, ada yang salah… Panah Sara, tidak pas mengenai tengah papan target. Kamu paham bahwa hal itu ada hubungannya dengan heat nya, kamu khawatir jika Sara memasuki heat nya pada saat ini.
"Ghh… masa harus sekarang? Harusnya aku libur saja, benar kata dia. Aduh, merepotkan…"
Kamu melihat Sara berpaling menuju ke arah tempatmu bersembunyi. Dan tentu saja tidak ada yang luput dari penglihatan mata emasnya.
"..."
"Uuhh, hai?"
Sara menampilkan ekspresi yang aneh, kamu tahu ia terkejut tapi juga karena ia terangsang. Ia menoleh kiri, kanan, dan juga belakang lalu menghela nafas. Tatapan mata Sara membuatmu tertegun, seperti waktu didunia berhenti. Dan tiba-tiba saja Sara berada di depanmu sambil menggenggam tanganmu.
"Ah!" Kamu langsung sadar dan menarik Sara jauh dari keramaian. Selama itu kamu hanya fokus ke tangannya yang terasa lebih hangat dari biasanya.
"Stop…" teriak Sara yang sedang mengambil nafas. "A-aku sudah tidak kuat… uhh" dengan itu ia jatuh ke tanah, tapi tangannya masih menggenggam erat dirimu.
Sara sudah mulai masuk ke fase heat nya, sudah terlambat untuk membawa pulang, dengan terpaksa kamu harus membuatnya nyaman dan melindungi sampai heat nya sedikit reda. Kamu membantu Sara untuk duduk disampingmu dan menyandarkannya ke batang pohon. Setidaknya pohon dan semak-semak yang lebat akan membantu menutupi kalian, juga suara prajurit yang sedang semangat berlatih akan menutupi suara-suara Sara.
"...mhh, maaf." Kata orang yang berada disampingmu di tengah rintihannya. Sara sekarang telah merasakan akibat dari menyepelekanmu.
Sara memang terkenal dengan kemauan keras, atau yang sering orang bilang bahwa Sara keras kepala. Walaupun kamu sedikit kesal tapi kebutuhan Sara nomor satu.
Kamu mengusap pipinya agar ia memperhatikanmu, ia menahan desahannya. "Sshhh, ga usah dipikirin. Sekarang kamu yang terpenting. Sini, duduklah dipangkuanku dan kita pikirkan selanjutnya." Katamu sambil membantunya untuk berpindah tempat.
Kamu berusaha untuk tidak menyentuhnya secara berlebihan karena tubuhnya saat ini pasti sangat sensitif. Begitu saat Sara duduk di pahamu (menghadap dirimu) ia langsung memeluk mu dan menenggelamkan wajahnya di leher hingga pundakmu. Sara pernah bilang bahwa aroma mu membuatnya tenang saat ia heat, kamu yang tidak paham mengapa hal itu bisa terjadi hanya mengikuti yang ia inginkan.
Kamu hanya memeluknya, tidak berkata apapun dan membiarkan kekasihmu untuk membuat dirinya nyaman. Pakaiannya yang tipis dan minim membuatmu bisa merasakan suhu tubuhnya yang lumayan hangat dan tentunya bagian kewanitaan yang basah.
1 menit berubah menjadi 5 menit, sebuah hal yang mendesak tadi berubah menjadi keinginan, dan Sara sudah mulai tidak sabaran.
"Ha… tolong." Ia mengucapkan kata pertamanya.
Kamu sudah bertekad untuk membantu Sara, tapi dengan syarat harus Sara yang memintanya. Hal ini biar tidak ada kesalahpahaman bahwa kamu memaksa Sara, tetapi Sara lah yang memintanya.
"Hm? Tolong apa Sara? Katakan padaku dan aku akan membantumu ok?" Kamu berbisik di telinganya.
Lihatlah wajahnya yang merah dan malu, ia menahan air matanya. Namun kamu tidak mau kalah.
"Ayo Sara, kamu mau apa? Aku berjanji akan menolongmu tapi aku tidak tahu harus bagaimana."
Sara memejamkan matanya dan menciummu seperti orang yang haus.
"S-sentuhh… sentuh aku! Hiks, ahh… Tolong redakan heatku!" Sara yang sudah hilang kesabaran kini tidak mempedulikan harga dirinya dan seluruhnya berserah padamu, kekasihnya. Sara memang harus belajar percaya bahwa dirimu akan merawatnya disaat ia heat dengan sungguh-sungguh.
Kamu dengan senang hati mengangguk dan mengusap air matanya. "Mhm, terimakasih sudah memberitahuku." Kau kecup bibirnya dengan lembut, membuatnya meleleh dalam dekapanmu.
Selagi beradu lidah, tanganmu meremas pelan pantatnya dan melepaskan celana dalamnya yang basah akan cairan vaginanya. Belum kau sentuh, sebuah tetesan cairan mengenai tanganmu membuatmu ingin segera membuat Sara nikmat tapi kamu harus tetap pelan agar tidak membuatnya merasa berlebihan.
"Ah… j-jarimu.. masukkan." Dia merengek lagi, ingin segera mengejar puncak yang ia dambakan.
Kedua jarimu langsung masuk begitu saja secara lancar tanpa hambatan, karena cairan Sara yang sudah banyak membuatnya mudah. Sara menggigit baju di pundakmu, berharap hal itu dapat membungkam desahannya yang tentunya masih bisa kamu dengar.
Kamu sentuh clitorisnya dengan ibu jarimu, kau putar dengan pelan. Kedua jarimu dengan nyaman dicengkram erat oleh vagina Sara yang berkedut-kedut. Setiap kali g-spot nya kamu tekan, pinggangnya bergoyang dan kamu mengikuti iramanya. Desahannya juga bertambah keras tapi tetap hanya kamu yang dapat mendengarkan, sesekali Sara minta untuk dicium dengan maksud untuk membungkam desahan dan rintihannya.
Wajah seorang general Shogunate saat ini eksklusif untuk dirimu seorang. Merah, berkeringat, rambutnya yang berantakan, matanya yang sayu dan berbekas air mata, juga bibir merahnya yang bengkak dan air liurnya yang menetes dari pinggir bibirnya. Imut, pikirmu. Hanya kamu yang bisa melihat Sara seperti ini, hanya kamu.
Tak perlu memakan waktu yang lama, kamu dapat merasakan Sara mendekati puncaknya. Jari diapit lebih kuat, kamu membalasnya dengan gerakan yang lebih cepat namun hal ini mulai membuatmu tanganmu kram.
"K-kluar, aku.. keluar…" katanya ditengah-tengah desahannya.
Kekasihmu mendekat, "c-ciumm…" pintanya.
Tentu saja kamu segera menciumnya dengan agresif dan Sara pun klimaks. Tubuh Sara kejang karena klimaksnya yang terlalu kuat dan kamu terus mendorongnya agar klimaksnya bertahan sedikit lama. Hingga…
"A-ah… uh…"
Cairan muncrat dari vagina Sara, membuat tanganmu basah. Kamu terkejut, tapi Sara lebih terkejut.
"M-maaf, maaf, maaf, a-aku tidak berma—" kekasihmu panik. Ia pikir ia mengompol dan membuatmu kotor. Sara tidak ingin berpikir kalau dirinya telah membuatmu kotor.
"Sshhh shhh Sara, Sara tatap aku." Kamu membuatnya fokus denganmu.
"Tidak usah pedulikan itu sekarang. Cukup fokus ke dirimu. Apakah sudah mereda?" Kamu mengusap punggungnya dengan tangan yang bersih. Kamu seka keringat juga air matanya dan menyingkirkan rambut yang menutupi matanya.
Sara berusaha tenang, tapi bagaimanapun dirinya yang lelah mengambil alih. "Ah mmm, s-sepertinya sudah. M-maaf."
Kamu melirik ke arahnya dengan ekspresi marah, "teruslah meminta maaf dan aku akan membuatmu seperti ini lagi."
"Hwee… a-aku masih sensitif. Jadi… jangan." Sara membenamkan wajahnya di dadamu. Kamu hanya tertawa kecil.
Dengan sapu tangan, kamu membersihkan daerah kewanitaan Sara yang basah dan kotor akan cairannya. Pelan-pelan sehingga tidak terlalu membuatnya merasa berlebihan karena masih sensitif. Kamu juga merapikan pakaiannya dan pakaianmu. Jubah yang kamu gunakan kini kamu lepas untuk menyelimuti tubuh Sara.
"Dah selesai, Sara mau balik sekarang? Eh… tidur? Sara?"
Nafas Sara yang lebih teratur dan pelan membuatmu percaya bahwa Sara sudah tertidur. Kamu mengusap rambutnya dan mencium keningnya.
"Mmm… makasih." Kata itu keluar dari mulut Sara, pelan.
"Sama-sama."
Malam itu kamu kembali membantu Sara melewati siklus heat nya. Dan kamu yakin bahwa Sara yang sekarang lebih terbuka dari biasanya yang pemalu.
Notes:
I'm in my Kujou Sara loving era.

BeidouisaMILF on Chapter 2 Fri 02 Jun 2023 10:57PM UTC
Comment Actions
Nousura on Chapter 2 Wed 25 Oct 2023 09:02AM UTC
Comment Actions
SeiiShen. (Guest) on Chapter 2 Sun 26 Nov 2023 01:58PM UTC
Comment Actions