Work Text:
mingyu menatap pantulan dirinya pada dinding yang penuh dengan cermin, peluh membanjiri tubuhnya bersamaan dengan musik yang telah mencapai akhir. nafasnya tersengal, seolah ia baru saja selesai berlari sepuluh putaran penuh. tungkainya dibawa melangkah lebar-lebar menuju tempat dimana ia meletakkan botol minumnya, soonyoung baru saja berteriak bahwa latihan hari ini telah selesai, bersama-sama, ia dan kedua belas member lainnya membungkuk sebagai tanda ucapan terima kasih pada pelatih dan dancer yang sudah hadir hari ini.
“ohh, mingyu, kamu keren banget tadi.” seru jeonghan kepadanya, laki-laki itu terlihat nyaman dengan setelan kedodoran miliknya. mingyu rasa bahkan pakaian hyungnya seukuran dengan yang ia miliki. tidak perlu dipertanyakan lagi, semua orang tahu bahwa seorang yoon jeonghan sangat menyukai pakaian kedodoran. “setiap hari juga aku keren, hyung.” jawab mingyu, lalu sayup-sayup dapat ia dengar seokmin tertawa keras-keras dari ujung yang lain. sialan.
mingyu meleleh pada sofa yang ia duduki, mencoba mengembalikan tenaga setelah berlatih menari selama berjam-jam. jemarinya sibuk dengan ponsel yang ia genggam, membuka media sosial, melihat linimasa yang penuh dengan hal-hal baru yang ia tinggalkan hari ini. jemarinya berhenti bergerak saat ia sampai pada foto jeonghan yang diunggah pada sebuah fan account, hyungnya sedang berbaring, serba putih, dengan sayap palsu pada punggungnya. lagi, ia tatap foto itu sebelum mengalihkan pandangannya pada jeonghan secara bergantian. merasa seperti sedang diperhatikan, yang lebih tua menatap mingyu tepat di matanya. bibirnya bergumam, “apa?” tanpa suara. yang lebih muda hanya menggeleng, lalu menyodorkan layar ponselnya pada laki-laki itu, “yeppeo.”
tipikal yoon jeonghan, ia hanya menyelipkan surainya di belakang telinga sembari tertawa kecil, lalu kembali berbincang dengan chan yang sudah merengek meminta atensi. mingyu mendengus, kembali sibuk dengan dunianya sendiri, menambah asupan dopamine harian. sialnya, ia tidak bisa melupakan bayang-bayang jeonghan yang menggunakan sayap palsu itu. sudah beberapa kali ia melihat hyungnya mendapatkan properti yang serupa, namun yang satu ini.. beda. mungkin karena tidak ada riasan sayatan pada wajahnya? iya, mungkin itu. selebihnya, mingyu tahu bahwa hyungnya memang seperti itu, seperti seorang malaikat di balik sifat jahil yang terkadang menguras kesabarannya.
“propertinya gak boleh dibawa pulang, hyung?” lagi, mingyu masih membahas topik yang sama. jeonghan yang fokus dengan ponselnya berdeham, lalu kembali menatap mingyu sembari menggeleng. “nggak boleh, dong. punya banila.”
“kalau dipinjam?” that’s it, jeonghan mengunci ponselnya setelah mendengar pertanyaan lanjutan dari yang lebih muda. “coba deh lihat lagi, rambutku masih hitam, dan belum terlalu panjang. they took it like, months ago, gyu.” mendengar itu, yang lebih muda mengerucutkan bibirnya, pupus sudah harapannya untuk melihat jeonghan dengan sayap itu secara langsung.
banila, kalian benar-benar sayang jeonghan, ya? hampir setiap minggu adaaaaa saja yang diunggah di media sosial kalian, dengan berbagai macam konsep pula! mingyu iri, ia juga ingin lihat secara langsung! sudahlah, mari pulang, wonwoo hyung sudah menunggunya untuk kembali bersama ke unit mereka.
mingyu masih sibuk dengan ponselnya bahkan setelah wonwoo memanggilnya sebanyak dua kali, laki-laki yang lebih tua terkekeh perlahan saat mengintip layar ponsel mingyu. yoon jeonghan, dengan sayap putih, lagi. lagi. lagi.
“yeppeo.” sahut wonwoo, netranya masih melekat pada foto jeonghan di tangan mingyu. yang lebih muda tersadar dari lamunannya, lagaknya seperti seseorang yang terpergok memandangi gambar tidak senonoh. wonwoo melempar netranya jauh ke luar jendela, gedung-gedung tinggi kota seoul menginvasi jarak pandangnya. mingyu tertawa, kikuk. ia simpan ponselnya pada saku, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “iya, jeonghani hyung memang cantik.”
“kalian pacaran?” pertanyaan wonwoo sukses membuatnya melotot, lalu menggeleng dengan panik, bibirnya mengerucut dengan bahu yang lesu. “i wish i was his boyfriend.”
“coba bilang? aku rasa, jeonghani juga suka kamu.” aduh, wonwoo hyung, apa kamu tidak tahu jika perkataanmu barusan membuat kepala mingyu terasa ringan? fakta bahwa seorang jeon wonwoo berkata jeonghan mungkin juga menyukainya bisa saja memiliki akurasi sebesar 70%. jadi, haruskah?
gila.
terhitung sudah lima jam sejak ia menginjakkan kaki masuk ke dalam unitnya, dan saat ini mingyu sedang merutuk, entah siapa yang harus disalahkan kali ini. ice americano yang ia sesap sebelum pergi ke kamar? atau bayang-bayang jeonghan yang masih belum hilang dalam benaknya? mungkin yang kedua adalah alasan terkuat mengapa ia belum terlelap hingga pukul tiga pagi, sebentar lagi mentari menjemput, sedangkan ia harus kembali ke agensi pada pukul empat sore nanti untuk berlatih, dan ia sama sekali belum beristirahat sejak kembali dari ruang latihan. huh, hari ini akan menjadi hari yang melelahkan. ia bergerak gusar, terlintas dalam benaknya tentang sebuah ide untuk mengimkan pesan kakao pada hyungnya, namun setengah dari kewarasannya kembali merutuk, jeonghan bisa saja terbangun hanya karena suara dari ponsel yang berdering: maka mingyu pilih untuk mengikuti akal sehatnya, mengurungkan niat untuk mengirimkan pesan singkat pada pukul tiga pagi.
mingyu terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul satu siang, ponselnya terus berdenting sedari tadi. jemarinya meraba-raba sisi kasurnya, berusaha mencari benda persegi miliknya itu. laki-laki itu mengerang saat matanya menatap cahaya dari layar ponselnya, satu-satunya penerangan yang ada dalam kamar itu. memicing, dapat ia lihat jeonghani hyungnya mengirimkan beberapa pesan singkat sejak pukul sembilan pagi tadi. oh, tentu saja, jeonghan hyung pasti sudah terbangun lebih awal dari seluruh member yang lain.
정한형: mingyuuuu, staff kita bilang mereka punya properti yang mirip, jadi aku pinjam
정한형: kamu belum bangun ya?
정한형: pulang ke tempat aku ya, nanti. seungkwan ada jadwal syuting di luar kota
matanya mengerjab dengan cepat, pesan singkat dari jeonghan sukses membuat nyawanya utuh kembali. ia tarik kalimatnya pada pukul tiga pagi tadi, hari ini pasti akan menyenangkan!
---
mingyu sampai pada pukul setengah empat sore, ruang latihan mereka masih belum terlalu ramai. hanya ada dirinya, wonwoo hyung, seungcheol hyung, seungkwan, dan juga jeonghan. hari ini laki-laki itu menggunakan kaus tanpa lengan dengan kemeja kedodoran kesukaannya, surainya ditutup dengan topi berwarna biru tua. seperti biasa, ia sedang duduk di atas sofa dengan jemari yang sibuk dengan ponselnya. mingyu berjalan mendekat, menempatkan dirinya pada ruang kosong pada sisi yang lebih tua.
“hyung,” jeonghan hanya berdeham, bibirnya membentuk garis tipis sebelum menoleh ke arah laki-laki yang lebih besar darinya ini. sebuah kekehan terselip keluar dari bibirnya saat menangkap surai baru mingyu, jeonghan membawa jemarinya menari di puncak kepala yang lebih muda. mingyu memejamkan matanya, lalu perlahan membawa dirinya bersandar pada bahu yang lebih tua.
“rambut barunya lucu.” jeonghan bergumam, jantung mingyu seolah sedang bekerja dua kali lebih cepat rasanya.
“aku juga suka rambut baru kamu, hyung. stylist kita pinter banget dandanin kamu di berlin kemarin. cantik.” kalimat itu meluncur dengan sempurna, akhirnya mingyu punya cukup keberanian untuk melontarkannya tepat di hadapan hyung kesukaannya itu.
“nanti,” mingyu memotong ucapannya, beberapa member lainnya datang membuat gaduh suasanya, teriakan muncul di sana dan sini, seolah mereka belum bertemu satu bulan lamanya. “nanti mau dimasakin apa?”
“emangnya kamu nggak capek? kita bisa pesan makanan aja, gyu.” jawab jeonghan, mingyu mengangguk lalu kembali memejamkan matanya, sejujurnya laki-laki itu berharap supaya latihan hari ini cepat selesai. sudah tidak sabar rasanya ia ingin melihat jeonghan dengan sayap-sayap itu hanya untuknya.
mungkin doanya dijabah oleh tuhan, karena latihan hari ini benar-benar tidak berlangsung lama. namun disepanjang latihan itu pula mingyu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari jeonghan, atensinya seolah berpusat pada yang lebih tua, bahkan dino dan seungcheol hyung sudah berkali-kali menggodanya: berkata bahwa jeonghan tidak akan pergi kemana-mana, iya tentu saja dia tahu!
“aku rasa punggungku bisa bolong.” jeonghan bergumam, mingyu menoleh dengan sangat cepat. jika tidak berhati-hati, mingyu mungkin bisa cedera karena itu. “silly, kamu ngelihatin aku gitu banget, tau nggak?” lanjutnya. mingyu memerah hingga leher, ternyata ia tertangkap basah.
“ayo pulang.”
mingyu tidak pernah merasa sebersemangat ini sebelumnya. tungkainya melangkah ringan keluar dari gedung agensi mengikuti langkah gesit jeonghan, seperti seekor anak anjing yang mengikuti majikannya. keduanya memasuki mobil yang akan membawa mereka pulang ke flat milik jeonghan dan seungkwan. sesaat setelah ia duduk di kursi penumpang, matanya membulat melihat paper bag dengan sebuah sayap putih di dalamnya. jemarinya menyapu deretan bulu halus di sepanjang kerangka sayap, cantik, terlihat lebih kecil dari yang banila punya, namun mingyu yakin itu akan terlihat cocok pada tubuh ramping jeonghan.
keduanya sempat mampir untuk membeli makan malam di perjalanan pulang, mingyu benar-benar tidak akan memasak untuk malam ini atas permintaan jeonghan. jarum jam menunjuk ke angka delapan saat keduanya masuk ke dalam unit yang lebih tua. selalu rapih, mungkin karena selain belakangan jarang ditempati, yang tinggal di sini juga hanyalah seungkwan dan jeonghan. yang lebih tua berjalan masuk terlebih dahulu, menyalakan lampu sebelum meletakkan makanan mereka di atas meja makan.
“mandi dulu, aku mau mandi di kamar. kamu di kamar mandi luar nggak apa-apa, gyu?”
“iya hyung. itu— aku pinjam kausnya.”
jeonghan mengangguk mendengar permintaan yang lebih muda, berjalan menuju kamarnya untuk meminjamkan pakaiannya pada mingyu. kan, mingyu sudah tahu bahwa hampir seluruh pakaian jeonghan juga dapat ia kenakan, tidak perlu repot-repot rasanya dirinya untuk membawa pakaian ganti lagi. jeonghan keluar tidak lama kemudian, membawa sepotong kaus dengan ukuran besar dan juga handuk mandi untuknya. mingyu bergumam ‘gomawo’ lalu pergi menuju kamar mandi di ujung ruangan, sedangkan jeonghan kembali ke kamarnya.
mingyu sudah menghabiskan waktunya selama tiga puluh menit di kamar mandi, iya, rasanya ia sangat gugup sampai ia merasa perlu berlatih berbicara pada hyungnya di depan cermin. ia menatap wajahnya sendiri, rambutnya basah dengan beberapa tetes air menetes ke torsonya yang telanjang, dahinya merengut bersamaan dengan ia yang sedang menggigit bibir bawahnya, kacau sekali kamu mingyu. ia putuskan untuk bergegas mengenakan kaus sembari menyampirkan handuk di kepalanya, sayup-sayup ia dengar suara kursi meja makan diseret, pasti jeonghani hyungnya sudah selesai mandi.
“hyu—”
shit. shit. shit. mingyu menelan potongan kalimatnya bulat-bulat, jeonghan sedang mempersiapkan makan malam mereka berdua, membelakanginya, lengkap dengan sayap palsu yang menempel di punggungnya. tepat seperti dugaannya, sayap itu terlihat agak sedikit lebih kecil namun pas pada fugur yang lebih tua. nafasnya tercekat saat ia sadar bahwa hyungnya mengenakan kaus putih tanpa lengan yang berukuran pas di tubuhnya, dengan celana rumahan berwarna abu-abu yang menutupi separuh pahanya. rambut barunya juga membuat penampilan laki-laki itu tampak sempurna malam ini. mingyu jatuh cinta lagi.
“eoh, mingyu-ya sudah selesai? sini, ayo makan.”
jeonghan memutar tubuhnya menghadap mingyu yang masih berdiri di ambang pintu toilet. sekali lagi mingyu merasa seperti orang tolol, gerakan jeonghan di matanya seolah diperlambat dengan bunga-bunga muncul mengelilingi yang lebih tua. sayup-sayup bahkan telinganya dapat mendengar lagu cinta sebagai *background music* keduanya. mingyu melongo. wah, jeonghan hyung benar-benat terlihat seperti seorang malaikat, ya?
“you're staring.”
“you’re a view worth seeing.”
mingyu mendapatkan reaksi yang berbeda kali ini. jika ia selalu mendapatkan reaksi berupa kekehan khas ala jeonghan, maka kali ini jeonghan—dengan tangannya yang penuh dengan sekotak ayam goreng—sedang memggigit bibir bawahnya yang perlahan membentuk garis tipis, menahan senyum yang merekah. wajahnya yang penuh kepercayaan diri berganti dengan ekspresi malu-malu yang menggemaskan, dua-duanya salting, salah tingkah.
“i must say you have a way of making even the simplest moments feel special.” kata jeonghan, mingyu tersenyum. kakinya yang sudah tidak seperti jeli itu kembali melangkah mendekati yang lebih tua, duduk berhadapan dengannya. nice, dari sini kan mingyu jadi bisa melihat jeonghan hyung banyak-banyak, a win for him!
tidak salah, jika mingyu dapat membanggakan satu hal dari dirinya, maka itu adalah tentang besarnya porsi cinta yang dia miliki pada masing-masing membernya. semuanya sama rata dan banyak, hanya saja— sedikit berbeda untuk jeonghan, ada perasaan yang tidak biasa terselip di dadanya, menghantarkan desiran yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang. acara makan malam itu diisi dengan obrolan ringan di meja makan, berakhir dengan mingyu yang menawarkan diri untuk membilas sisa makan malam keduanya.
“kamu mau minum, gyu?” keduanya sudah duduk pada sofa di ruang televisi, bolak-balik jeonghan ubah posisinya karena merasa tidak nyaman, sayap itu mengganjal tubuh belakangnya. sudah dua kali mingyu berkata jeonghan boleh melepas sayap itu, namun yang lebih tua keras dengan pilihannya untuk terus menggunakan sayapnya. “enggak, hyung mau minum?”
jeonghan mengangguk sebagai jawaban, surai yang membingkai parasnya itu ikut bergerak kesana-kemari. mingyu tidak dapat menahan diri, lengannya terjulur untuk menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga jeonghan, lalu tersenyum lembut saat laki-laki itu melengos untuk mengambil stok bir pada kulkasnya. saat jeonghan kembali, mingyu sudah mengganti posisinya menjadi setengah berbaring pada lengan sofa, satu kakinya lurus berada di atas sofa, dengan kaki yang satunya menapak ke lantai. mingyu mengulurkan lengannya untuk meraih tangan yang lebih tua, membawanya bersandar di dadanya, persis seperti pose jeonghan pada sesi foto bersama banila.
“kalo kaya gini aku gak bisa minum.” jeonghan bergumam, tangannya yang satu lagi masih menggenggam kaleng bir yang sudah terbuka tutupnya, mendekatkan minuman itu pada bibirnya dan menyesapnya hati-hati supaya tidak terkena torso mingyu yang ia sandari. yang lebih muda tidak selesai hanya sampai situ, jemarinya dibawa naik untuk mengusak surai pirang jeonghan, lalu turun menuju sayapnya yang sama halusnya dengan surai jeonghan. begitu terus, seolah sayap itu benar-benar bagian dari tubuh jeonghan.
“kita udah kenal lama banget ya, hyung?”
“iya, it feels like just yesterday we were clueless teenagers.”
jawab jeonghan, laki-laki itu membenamkan wajahnya pada dada mingyu, ingatannya seakan dilempar kembali pada momen-momen di ruang melon.
“clueless, but i always thought you were the coolest one in the room.” shoot, mingyu mencoba peruntungannya.
jeonghan terkekeh, getarannya membuat mingyu menghangat tepat di dada. “kamu bilang gitu karena kita udah kenal lama banget, kan??”
“i’ve always meant it, tau. you still give me butterflies.” lagi, mingyu melemparkan yang satu lagi. jeonghan mulai memerah, entah karena perkataan mingyu, atau karena bir yang sudah tinggal setengah. “butterflies, ya? gombal gak nih?”
giliran mingyu yang tertawa keras, melempar kepalanya ke belakang sembari menyisir surai dengan jemarinya. “maybe i’m just getting bolder with age.”
jeonghan memukul dadanya keras, “kamu nggak setua itu!” lalu mingyu tersenyum, jemarinya menangkup rahang jeonghan, membuatnya mendongak. yang lebih tua memangkas jarak di antara keduanya, hingga jeonghan dapat rasakan hembusan nafas mingyu menyapu wajahnya. “gyu, kamu tau? i love being around someone who makes me feel at ease. you’ve always had that charm.” gumam jeonghan.
“and you’ve always had that spark. it’s what keeps me coming back for more, hyung.” keduanya bertatapan cukup lama, mingyu seolah tenggelam dalam manik indah jeonghan. ibu jarinya mengelus sisi wajah laki-laki yang lebih tua, lalu kembali memangkas jarak keduanya. “can i kiss you?”
jeonghan mengangguk sebagai jawaban, lalu di detik selanjutnya, dapat ia rasakan bibir mingyu yang berada pada miliknya. pagutan mingyu terasa sangat lembut, hingga jeonghan pikir ia dapat terlena hanya karena ciuman ini. perlahan, mingyu melingkarkan lengannya pada pinggang yang lebih tua, dengan mudah mengubah posisi keduanya hingga jeonghan berada di atas pangkuan mingyu: masih dengan pagutan yang tidak terlepas. lengan besar itu melingkar secara protektif pada figur yang lebih kecil, sedangkan lengannya yang satu lagi menepuk sayap jeonghan dengan lembut, memberikan kenyamanan bagi yang lebih tua. jeongan menarik wajahnya menjauh, menangkup sisi wajah mingyu untuk kemudian ia berikan ciuman-ciuman kecil di seluruh wajah yang lebih muda. mingyu tertawa, ah, jadi seperti ini ya rasanya jatuh cinta itu?
