Chapter Text
“A-Xian?”
Wei WuXian menoleh ke arah asal suara dan menemukan sosok Shijie-nya berdiri di ambang pintu. Jiang YanLi masuk ke dalam kamar sambil membawa semangkuk sup iga dengan lotus, “Aku bawakan ini untukmu. Masakan ini tidak akan dihidangkan nanti, jadi kupikir kau pasti akan merindukannya.”
Menerima mangkuk yang berisi sup panas beraroma lezat itu, wajah Wei WuXian berubah ceria dan dia dengan senang hati memakan sup itu.
“Pelan-pelan, masih panas!” ujar Jiang YanLi. Dia duduk berhadapan dengan Wei WuXian di meja bulat yang ada di kamar yang khusus dipersiapkan untuk pesta malam ini, “Kenapa wajahmu malah terlihat kesal begitu sih sejak tadi? Ini kan pesta untuk merayakan pernikahanmu, senyumlah sedikit!”
Mendengar itu, pipi Wei WuXian malah menggembung, “Bagaimana mau senyum, dia itu orangnya nyebeliiiin banget!!”
“Lan WangJi? Rasanya dia pemuda yang baik. Dia tampan, sopan, kupikir dia pasangan yang cocok untukmu.”
Wei WuXian mengerucutkan bibirnya, “Cocok apanya? Tiga hari tinggal di Gusu, aku seperti tinggal sama balok kayu. Susah diajak ngomong, tidak bisa bercanda. Menyebalkan sekali.”
Jiang YanLi memandang sosok adik yang dia sayangi, meski tak sekandung, bagi Jiang YanLi, Wei WuXian adalah saudara sedarahnya, “A-Xian, kalian baru menikah beberapa hari dan sebelum ini kalian bahkan belum mengenal satu sama lain. Pastinya butuh waktu untuk saling terbiasa,” Jiang YanLi mengusap sisi wajah Wei WuXian, “Sekarang habiskan supnya, nanti aku bantu menyisir rambutmu.”
Mengangguk semangat seperti anak kecil, Wei WuXian menikmati sajian istimewa di mangkuknya.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Suasana malam di YunMeng Jiang malam ini sungguh luar biasa. Meja-meja panjang tertata di halaman latihan yang luas. Lampion merah tergatung dan menyinari tempat itu, membuat suasanya menjadi sangat terang. Dapur khusus dibangun di luar ruangan agar para tamu bisa melihat proses memasak para koki handal kebanggaan klan Jiang.
Deretan meja utama terdiri dari enam bangku, untuk mempelai dan keluarga.
Wei WuXian duduk bersanding dengan Lan WangJi yang sudah resmi menjadi pasangan hidupnya sejak tiga hari yang lalu. Setelah prosesi yang membosankan dan melelahkan di Gusu selesai, mereka kembali ke YunMeng Jiang untuk menghadiri pesta yang sudah dipersiapkan.
Di sisi kanan Wei WuXian duduklah pasangan Jiang FengMian dan Yu ZiYuan yang berlaku sebagai wali karena memang sejak kecil merekalah yang mengasuhnya karena kedua orang tua kandung Wei WuXian telah meninggal.
Sementara di sisi kiri Lan WangJi duduk Lan QiRen dan Lan XiChen, paman dan kakak kandungnya. Ayah Lan WangJi tidak dalam kondisi baik untuk berpergian jauh, jadi posisi beliau pun terpaksa digantikan.
Sekilas Wei WuXian melirik Lan WangJi. Wajah pemuda itu tetap dingin tak terbaca.
Akhirnya Wei WuXian diam memandang tamu-tamu yang datang dan menghampiri mereka untuk mengucapkan selamat. Pipi Wei WuXian terasa kaku karena harus tersenyum dan membalas semua sapaan.
Aiyaaa … kalau ini bukan demi membayar ‘hutang’ ibu, aku tidak akan sudi dinikahkan dengan makhluk seperti ini, batin Wei WuXian. Biar bagaimanapun, dia masih remaja berusia tujuh belas tahun, masih ingin merasakan kebebasan.
Tapi mau bagaimana lagi, janji adalah janji, harus ditepati.
Dia menghela napas, belum apa-apa sudah merasa rindu pada tempatnya tumbuh besar. Setelah ini dia akan tinggal di Gusu, tentu saja, dan menimba ilmu di sana. Di tempat dengan ribuan peraturan, tanpa kiasan, tempat yang kaku dan jauh berbeda dengan YunMeng Jiang.
“Bahumu membungkuk. Duduk yang tegak, Wei Ying!!”
Mendengar suara Yu ZiYuan, Wei WuXian langsung membenahi posisi duduknya.
“Jangan biarkan pikiran-pikiran anehmu jadi membuat sikapmu tidak sopan pada tamu!”
“Baik, bibi,” jawab Wei WuXian patuh. Seumur hidup, dia tidak akan bisa membantah wanita di sampingnya ini.
Pesta berlangsung sangat meriah. Para pemimpin klan kultivasi datang dan memberi selamat, juga membawakan hadiah. Tapi semua itu membuat Wei WuXian merasa sangat bosan.
Dia suka pesta, ya, tapi pesta dimana dia bisa bebas berlarian dan mencicipi makanan yang tersaji, bukannya jadi pajangan seperti ini. Lalu di sudut matanya dia melihat sosok Jiang Cheng yang duduk di meja terdekat dengan meja utama, bersebelahan dengan Jiang YanLi. Wajah Jiang Cheng tampak tersenyum lebar dan dia mengangkat segelas minuman untuk Wei WuXian dan langsung meminumnya lalu tertawa. Wei WuXian juga melihat para Shidi-nya di pesta itu, terlihat bahagia dan bersuka cita.
Hmm … kalau ini membuat mereka semua senang, aku tidak akan merusak suasana.
Senyum pun kembali di wajah Wei WuXian, dia menyambut semua tamu yang datang, baik yang dia kenal maupun yang baru kali pertama dia temui. Dalam hatinya dia bertekad untuk menjalani kehidupan barunya ini dengan baik agar tidak membawa masalah yang tidak perlu.
.
.
Hampir tengah malam saat pesta akhirnya usai. Wei WuXian kembali ke kamar, kali ini bersama Lan WangJi yang sore tadi bersiap di kamar yang berbeda. Tapi karena status mereka saat ini sudah resmi sebagai sepasang pengantin baru, akan aneh jadinya kalau mereka tidur di kamar yang berbeda.
Wei WuXian membuka pintu kamar dan masuk terlebih dahulu. Lan WangJi mengkuti dalam diam dan menutup pintu. Kamar itu cukup besar, sebuah tempat tidur berhias kain berwarna merah menjadi pusat dari kamar itu. Perabot yang lain hanya lemari dan set meja kursi saja. Mereka akan tinggal di YunMeng selama satu minggu sebelum kembali ke Gusu.
“Kamar mandinya di sebelah sana,” Wei WuXian menunjuk pintu di sisi kamar, “kurasa pelayan sudah menyiapkan air mandi. Kau mandi saja duluan!”
Tanpa suara, Lan WangJi pun menuju ke kamar mandi.
Wei WuXian menghela napas panjang, Aku yakin dia tidak bisu, tapi kenapa dia itu pelit sekali bicaranya? Melepas lapis luar pakaian pestanya, Wei WuXian hanya mengenakan satu lapis pakaian saja. Dia juga melepas sepatunya karena badannya terasa gerah. Menunggu sampai Lan WangJi keluar, Wei WuXian duduk di tepi tempat tidur. Masih terasa aneh kalau memikirkan mulai sekarang dia tidak akan tidur sendirian lagi. Lebih aneh lagi memikirkan meski status mereka adalah pasangan yang sudah menikah, tapi Lan WangJi tak pernah menyentuhnya sama sekali.
Kalau boleh jujur, Wei WuXian malah merasa lega. Dasarnya dia bukan seorang homoseksual, dia setuju menikah dengan Lan WangJi hanya semata demi memenuhi janji yang dibuat mendiang ibunya. Dan menurut pengamatan Wei WuXian, Lan WangJi adalah tipe yang patuh pada apa saja yang diperintahkan padanya, termasuk menikah.
Tak lama Lan WangJi keluar, dia sudah berganti pakaian dengan baju putih polos. Rambut panjangnya yang tadi tertata rapi dengan hiasan rambut, kini dibiarkan jatuh tergerai. Harus Wei WuXian akui kalau Lan WangJi memang sangatlah tampan, kulitnya putih bersih, rambut hitam panjangnya pun sangat indah. Tapi Wei WuXian juga sadar diri kalau dirinya juga berpenampilan menarik. Dia yakin paling sedikit ada sepuluh gadis yang patah hati karena dia menikah secepat ini.
Sudah tak tahan dengan rasa gerah, Wei WuXian pun langsung masuk ke kamar mandi. Di dalam, masih ada satu ember besar berisi air bersih. Dia melirik ke meja kecil di sudut ruangan dan melihat pakaian Lan WangJi terlipat rapi di sana. Wei WuXian teringat pakaiannya sendiri yang dia lemparkan begitu saja ke lantai. Tapi Wei WuXian tak mau membereskannya sekarang karena dia lebih butuh mandi.
Setelah puas menyegarkan diri, Wei WuXian memakai baju ganti yang sudah disiapkan di sana. Membiarkan rambut panjangnya tergerai, Wei WuXian kembali ke kamar dan melihat Lan WangJi duduk di dekat jendela yang sedikit terbuka.
Selama tinggal di Gusu, sudah ada kesepakatan di antara mereka kalau Wei WuXian tidur di sisi dinding krena dia bangun selalu lebih siang dari Lan WangJi. Wei WuXian tidak mengerti bagaimana orang bisa tidur tepat jam sembilan malam dan bangun tepat jam lima pagi.
Wei WuXian naik ke tempat tidur dan langsung merebahkan diri. Dia sudah setengah kapok mengucapkan selamat malam pada Lan WangJi karena tidak pernah mendapat jawaban. Terlalu lelah dan juga terlalu kenyang, Wei WuXian memejamkan mata dan langsung pulas.
.
#
.
Keesokan harinya, keluarga Lan WangJi kembali terlebih dahulu ke Gusu. Setelah mengantar sampai ke dermaga, Wei WuXian mengajak Lan WangJi kembali ke kediaman keluarga Jiang. Hari ini Wei WuXian berniat untuk ikut latihan bersama saudara seperguruannya karena dia hanya punya sisa waktu enam hari di YunMeng. Lagipula menurut Jiang FengMian, posisinya sebagai da-shixiong di YunMeng tidak akan terhapus walau dia telah menjadi bagian dari klan Lan. Selamanya, Wei WuXian akan menjadi senior tertua murid-murid di YunMeng Jiang.
“Kalau kau mau, kau juga bisa berlatih bersama kami. Ya … aliran Gusu dan YunMeng memang berbeda sih, tapi ZeWu-Jun bilang kau punya jadwal berlatih juga setiap hari.”
“Tidak perlu.”
Kening Wei WuXian berkerut, mencoba mengendalikan emosinya, “Kalau begitu … kau bisa pakai paviliun dekat kolam teratai untuk meditasi. Di sini tidak setenang Gusu, jangan salahkan kalau kau tidak bisa konsentrasi.”
“… Mn.”
Wei WuXian menahan diri untuk tidak mengacak rambutnya sendiri.
Mereka berjalan menyusuri koridor menuju ke kolam teratai. Di persimpangan, mereka berpapasan dengan Jiang YanLi dan Jiang Cheng.
“Ah, selamat pagi, Lan WangJi, A-Xian,” sapa Jiang YanLi dengan senyum lembut di wajahnya.
Itu membuat suasana hati Wei WuXian langsung membaik, “Shijie!! Selamat pagi!!” balasnya penuh semangat. Lan WangJi sendiri menjawab sapaan dengan membungkuk hormat pada kakak iparnya.
“Heh!! Kau tidak menyapaku?!” protes Jiang Cheng.
“Buat apa? Buang-buang suara saja,” Wei WuXian langsung berkelit dari tonjokan Jiang Cheng.
Jiang YanLi tertawa pelan melihat kelakuan kedua adiknya, “Kalian mau kemana?” tanyanya pada Wei WuXian.
“Paviliun di dekat kolam teratai. Kurasa dia tidak mau berlatih pedang dengan Shidi di YunMeng,” kata Wei WuXian.
“Tempat itu memang tempat yang paling tenang di sini, kau boleh memakainya, aku akan katakan pada yang lain supaya tidak mengganggumu,” ujar Jiang YanLi pada Lan WangJi, “Kalau begitu biar aku saja yang antar Lan WangJi. A-Xian, kau bisa pergi berlatih bersama A-Cheng.”
Tentu saja Wei WuXian tidak akan menolaknya, “Baiklah. Sampai nanti kalau begitu.” Dia menyambar lengan Jiang Cheng dan langsung menyeretnya menuju ke lapangan latihan.
.
Matahari bersinar cukup terik siang itu. Para pemuda yang berlatih di lapangan sejenak melepas lelah dan duduk santai, berlindung dari sengatan panas. Wei WuXian membenahi ikatan rambutnya yang berantakan, Jiang Cheng duduk bersila di sebelahnya.
“Jadi … bagaimana?”
Wei WuXian memandang Jiang Cheng, “Bagaimana apanya?”
“Tidak usah pura-pura bego.”
“Apaan?”
“Tentang kau dan Lan WangJi.”
“Kenapa sama dia?”
Jiang Cheng hampir saja menghantamkan telapak tangannya ke muka, “Kau ini ya … padahal bacaanmu buku-buku erotis tidak jelas tapi masalah begini kau malah pura-pura tidak nyambung?”
Barulah Wei WuXian paham apa yang dimaksud Jiang Cheng. Dia langsung melompat berdiri, “J-JANGAN BERPIKIRAN MACAM-MACAM!!!”
Suara keras Wei WuXian menarik perhatian murid yang lain, mereka semua menoleh, heran karena tidak biasanya senior mereka itu terlihat panik. Si pembuat onar nomor wahid di YunMeng itu biasanya membuat orang lain panik, bukan sebaliknya.
“Macam-macam apanya? Aku cuma menanyakan hal normal pada pasangan yang baru menikah,” raut wajah Jiang Cheng berubah, jelas sekali dia senang bisa membuat seorang Wei WuXian kalang kabut.
Wei WuXian mendelik pada Jiang Cheng, “JANGAN BERTANYA HAL SEPERTI ITU!!!” serunya sambil mundur selangkah, “POKOKNYA JANGAN!!!” Wei WuXian berbalik dan langsung berlari meninggalkan tempat latihan, abai pada suara tawa Jiang Cheng.
.
Langkah Wei WuXian membawanya kembali ke kediaman keluarga Jiang. Napasnya tersengal karena berlari sekencang yang dia bisa.
Awas kau, Jiang WanYin. Kubalas kau nanti!! Gerutu Wei WuXian dalam hati. Dia menghapus peluh dengan lengan bajunya dan baru saja menarik napas lega, Wei WuXian melihat sosok Yu ZiYuan di ujung koridor. Refleks, dia langsung berdiri tegak.
“Bibi Yu,” Wei WuXian memberi salam hormat.
“Wei Ying, kenapa kau malah berkeliaran di sini?” tapi pertanyaan itu tak sempat terjawab karena Yu ZiYuan kembali bicara, “Aku melihat Lan WangJi di paviliun sendirian, kenapa kau tinggalkan dia?” sekali lagi pertanyaan itu dibiarkan tanpa jawaban, “Tidak sopan sekali kau meninggalkannya sendiri di tempat yang asing seperti ini. Kalian kan sudah menikah, tidak baik kalau kau terlalu sering pergi sendirian.”
“… Baik … Bibi Yu.”
“Pergi temani dia sekarang!”
Wei WuXian membungkuk hormat lagi sebelum meninggalkan tempat. Setelah ada di jarak yang cukup jauh, Wei WuXian sedikit memacu langkahnya menuju ke Paviliun. Samar dari tempatnya, dia bisa mendengar suara alunan guqin yang sangat merdu. Wei WuXian tahu kalau Lan WangJi sangat berbakat bermain guqin, bahkan ternama sebagai kultivator muda dengan kemampuan inqury yang sangat baik.
Sampai di paviliun di kolam teratai, Wei WuXian melihat Lan WangJi duduk memangku guqin miliknya, memainkan nada yang membuat hati terasa damai. Tak ingin mengejutkan, Wei WuXian sengaja melangkah dengan berat, memberitahu Lan WangJi kalau dia ada di sini.
Alunan nada indah itu terhenti saat wajah Lan WangJi terangkat.
“Hei,” sapa Wei WuXian, “kau disini sejak tadi?”
“Mn.”
Sudah hampir terbiasa dengan jawaban seperti itu, Wei WuXian tetap santai, “Kalau kau menganggur, bagaimana kalau kita jalan ke kota? Ini kali pertama kau datang ke YunMeng Jiang, kan? Sia-sia kalau kau hanya menghabiskan waktu di rumah saja.”
Ada jeda sejenak sebelum Lan WangJi membungkus guqin miliknya dengan kain putih lalu berdiri dan menyandang alat musik itu di punggungnya. Mendeteksi itu sebagai persetujuan, Wei WuXian tersenyum lebar.
“Oke!! Kita keliling kota sampai puas!!”
.
Hiruk pikuk penduduk memadati jalanan kota. Penjual dan pembeli bercengkrama dengan akrab, suasana yang sangat disukai Wei WuXian.
“Kau liat ladang teratai di sana?” Wei WuXian menunjuk sebuah tempat di perairan yang dipenuhi oleh teratai hijau segar, “aku dan Jiang Cheng juga Shidi yang lain sering sekali mengambil biji teratai dari sana. Kalau ketauhan, kami sering dipukuli sama kakek pemilik,” Wei WuXian tertawa, “akhirnya paman FengMian yang membayar ganti ruginya dan kami semua dimarahi bibi Yu di rumah.”
Mereka berjalan menuju ke salah satu kios jajanan, “Paman, minta dua!”
Paman penjual itu membungkus dua jajanan untuk Wei WuXian. Saat hendak dibayar, paman itu menolak, “Tidak usah, Tuan Muda Wei, anggap saja ini hadiahku untuk pernikahanmu.”
Senang karena tidak perlu membayar, Wei WuXian menerima kue itu dengan tersenyum, “Terima kasih banyak, paman. Semoga daganganmu selalu laris!” lalu Wei WuXian kembali ke tempat Lan WangJi, memberikan satu kue untuk pemuda itu, “Ini!! Enak sekali. Manis dan lembut.”
Lan WangJi menerima panganan ringan itu dan mencipi sedikit.
“Bagaimana? Enak kan? Ini kesukaanku.”
Reaksi dari Lan WangJi hanya anggukan kepala singkat.
Itu saja sudah cukup membuat Wei WuXian senang. Mungkin saat ini mereka masih orang asing yang disatukan oleh perjodohan, tapi karena bagi Wei WuXian lebih baik menambah teman dari pada menambah musuh, dia akan coba mengakrabkan diri dengan Lan WangJi ini.
“Hei?!”
Lan WangJi memandang Wei WuXian.
“Boleh aku memanggilmu Lan Zhan? Kau juga boleh panggil aku Wei Ying.”
Beberapa detik berlalu lagi sebelum Wei WuXian mendapat jawaban, “Mn,” dari Lan WangJi.
Mereka kembali menyusuri jalanan dan sering kali menerima ucapan selamat dari para warga di sana. Meski masih merasa canggung dengan statusnya sekarang, Wei WuXian membalas semua ucapan itu dengan riang.
Mendadak saja perut Wei WuXian terasa lapar, tak heran, dia hanya sempat sarapan dan belum makan siang.
“Lan Zhan, kita makan siang di kedai itu saja. Kau juga pasti lapar, kan? Ini sudah lewat waktunya makan siang.” Tak menunggu jawaban dari Lan WangJi, Wei WuXian menuju ke kedai yang ada di persimpangan jalan. Dia duduk dekat dengan pintu masuk dan langsung memesan makanan. Pelayan di sana menyatakan kalau hari ini semua makanan yang dipesan Wei WuXian adalah hadiah dari pemilik toko. Tentu saja itu disambut dengan suka cita oleh Wei WuXian, dia berdiri dan memberi hormat pada pemilik kedai yang duduk di meja dekat tangga.
Tak lama Lan WangJi datang dan duduk berhadapan dengannya.
“Hei hei, Lan Zhan, hari ini kita bebas pesan apa saja. Kalau kau tidak suka makanan yang aku pesankan, kau boleh pesan yang lain!!”
Tak ada reaksi dari Lan WangJi.
Begitu makanan datang, Wei WuXian langsung mengambil sumpitnya, “Aaah!! Aku lapar sekali!!” dia melirik Lan WangJi yang mengangkat mangkuk nasinya dengan elegan, “Ini pedas loh!! Aku suka pedas. Kalau kau tidak suka … ini, ini dan ini tidak seberapa pedas,” dia menunjuk beberapa piring di meja dan tersenyum saat Lan WangJi mulai makan.
“Enak tidak? Ini kedai langgananku dan Jiang Cheng. Kadang kami juga makan di sini bersama Shijie.”
Lan WangJi melirik Wei WuXian sekilas, “Jangan bicara saat makan! Nanti kau tersedak.”
Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Wei WuXian dengar dari Lan WangJi sejauh ini, sedikit membuatnya takjub. “Memang kenapa? Makan sambil mengobrol itu menyenangkan. Kita bisa kenal lebih dekat dengan mengobrol.”
Lan WangJi tak bersuara.
“Hmp!! Kau itu dingin sekali,” Wei WuXian mengambil sayur pedas dari piring dan langsung memakannya. Dia pasti akan rindu sekali masakan pedas seperti ini. Makanan di Gusu tidak memiliki banyak rasa seperti di YunMeng.
Hhh … semoga aku masih diberi izin untuk sering berkunjung ke YunMeng. Kalau harus tinggal dua bulan penuh di Gusu, kurasa aku bisa gila perlahan.
.
#
.
“A-Xian?”
Wei WuXian menoleh dan melihat Jiang YanLi berdiri di koridor sedangkan dia sendiri duduk di kursi batu yang ada di taman.
“Kenapa kau sendirian di sini?”
“Shijie,” Wei WuXian menunggu sampai Jiang YanLi duduk di dekatnya, “aku hanya tidak bisa tidur?”
“Kemana Lan WangJi?”
“Sudah tidur sejak tadi. Dia itu seperti anak bayi saja, masih sore begini sudah pulas.”
Jiang YanLi tertawa pelan, “Hanya kau saja yang bilang ini masih sore, A-Xian.”
“Shijie sendiri, kenapa keluar?”
“Oh, aku hanya haus. Aku lupa mengisi guci airku, jadi aku mau ke dapur.”
Mereka diam sejenak, menikmati udara malam yang sejuk.
“Tidak terasa besok kau sudah harus pergi,” Jiang YanLi merapatkan jubah tidurnya, “aku pasti akan sangat merindukanmu, A-Xian.”
“Aku juga akan merindukanmu setiap hari, Shijie,” kalau dia bicara terus, Wei WuXian yakin kalau dia pasti akan menangis.
“Baik-baiklah di Gusu. Jangan buat keributan dan membuat susah Lan WangJi,” Jiang YanLi mengusap sisi wajah Wei WuXian dengan penuh sayang, “seringlah berkirim surat untukku!”
Wei WuXian mengangguk, “Aku janji. Aku akan kirim surat untukmu sehari tiga kali, Shijie!!”
Tawa Jiang YanLi terdengar sedikit serak, gadis itu jelas juga sedang menahan tangis, “Aku akan minta izin pada ayah dan ibu untuk datang mengunjungimu di Gusu. Nanti akan aku bawakan sup iga pedas kesukaanmu.”
Sayang yang Wei WuXian rasakan pada Jiang YanLi tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun.
.
.
Pagi itu cuaca sedikit mendung. Keluarga Jiang berkumpul di dermaga untuk mengantar Wei WuXian dan Lan WangJi yang akan kembali ke Gusu.
“A-Xian, ini biji teratai untuk bekal perjalananmu,”Jiang YanLi memberikan kantung berwarna biru pada Wei WuXian.
“Terima kasih, Shijie.”
Jiang FengMian menepuk pundak Wei WuXian, “Jangan abaikan latihanmu di sana!”
“Baik, Paman.”
“Jaga tingkah lakumu di sana!” Yu ZiYuan berdiri di samping suaminya, “saat ini kau membawa nama baik Lan WangJi juga, jangan membuatnya ada dalam kesulitan.”
“Bak, Bibi.”
Jiang Cheng maju dan memeluk Wei WuXian sambil berbisik, “Aku masih menagih ceritamu tentang ‘itu’.”
Hampir saja Wei WuXian menonjok Jiang Cheng, tapi pemuda itu keburu melepaskan diri dan tertawa.
Wei WuXian dan Lan WangJi naik ke perahu yang sudah disiapkan. Orang suruhan Jiang FengMian pun siap mengantar mereka sampai ke perbatasan Gusu. Kapal itu mulai bergerak, Wei WuXian masih berdiri di ujung perahu, tak ingin segera masuk ke dalam kabin.
Dia membalas lambaian tangan Jiang YanLi, juga Jiang Cheng.
Kapal semakin menjauh dari dermaga Yunmeng Jiang dan sosok-sosok di sana sudah nyaris tak tampak. Barulah Wei WuXian beranjak masuk ke dalam kabin. Di dalam, Lan WangJi duduk di kursi kayu dan memandang ke luar. Wei WuXian duduk di kursi yang lain, berhadapan dengan Lan WangJi.
“Lan Zhan, di Gusu nanti aku boleh ikut perburuan malam, kan?”
“… Mn.”
Senyum mengembang di wajah Wei WuXian, “Baguslah. Aku sempat berpikir kalau aku tidak diizinkan keluar lagi.”
Suara aliran air mengiringi perjalanan mereka dan Wei WuXian menghabisan waktunya untuk merekam pemandangan khas YunMeng yang entah kapan bisa dia lihat lagi.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Lebih dari tiga bulan sudah Lan WangJi menjalani kehidupan barunya bersama Wei WuXian. Selama itu, rasanya bukan seperti memiliki pasangan hidup, tapi malah seperti punya teman sekamar yang luar biasa berisik.
Awalnya kelakuan Wei WuXian sangat mengganggu untuk Lan WangJi, tidak pernah tenang saat belajar, terus saja bicara tentang hal apapun yang terlintas di kepalanya. Suka mengeluh. Sering mengabaikan peraturan. Sudah tidak terhitung lagi seberapa sering Wei WuXian dihukum oleh Lan QiRen, tapi sepertinya pemuda itu tidak peduli.
Kadang … kepala Lan WangJi sakit.
Tapi kelamaan, Lan WangJi merasa kalau keberadaan Wei WuXian juga membawa sesuatu yang baru dalam hidupnya. Sesuatu yang asing, tapi bukan sesuatu yang buruk.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Lan WangJi terbangun karena mendengar suara benda terjatuh. Dia membuka mata dan melihat kalau hari masih gelap, mungkin baru lewat tengah malam. Lan WangJi duduk dan akhirnya melihat ‘benda’ apa yang jatuh tadi.
Wei WuXian terbaring tengkurap di lantai, tidak bergerak.
Menghela napas, Lan WangJi turun dari tempat tidur dan menghampiri Wei WuXian, mengguncang pelan pundak pemuda itu.
“Wei Ying, bangunlah!”
Tidak ada reaksi.
“Wei Ying?”
Masih tetap sama.
Akhirnya Lan WangJi mengangkat badan Wei WuXian dan membaringkannya di tempat tidur. Dia melepaskan lapis luar pakaian pemuda itu juga sepatunya. Melihat wajah Wei WuXian, Lan WangJi segera tahu kalau pemuda itu pasti menyelinap keluar lagi untuk minum-minum. Sungguh tidak ada rasa jera, padahal Wei WuXian sudah pernah dihukum pukulan sebanyak puluhan kali akibat melanggar jam malam.
“Wei Ying,” kali ini Lan WangJi menepuk pipi Wei WuXian dan baru mendapat reaksi.
Wei WuXian membuka matanya, masih terlihat separuh sadar, “Hmm … Lan Zhan?”
“Mn,” Lan WangJi beranjak untuk mengambilkan minum. Dia kembali dan membantu Wei WuXian duduk, “Minum ini!!”
Menurut, Wei WuXian meminum air yang diberikan oleh Lan WangJi.
“Mandilah!”
“Tidak mau mandi,” Wei WuXian mencoba untuk berbaring lagi tapi lengannya ditahan oleh Lan WangJi, “Mau tidur~”
“Paling tidak cuci mukamu!!” Lan WangJi sedikit memaksa Wei WuXian untuk berdiri dan membawanya ke kamar mandi. Di sana Lan WangJi membantu Wei WuXian untuk membasuh mukanya dengan kain bersih yang dia basahi.
Berulang kali Wei WuXian hampir tertidur, tapi Lan WangJi berhasil membuatnya tetap terjaga. Setelah perjuangan untuk mengganti pakaian Wei WuXian, Lan WangJi memapahnya kembali ke tempat tidur dan membiarkan Wei WuXian berbaring di tempatnya.
Mendadak merasa lelah, Lan WangJi memutuskan untuk kembali tidur. Dia berbaring di sebelah Wei WuXian. Setelahnya, dia tidak heran saat Wei WuXian bergeser dan berbaring dekat dengannya, bahkan mencengram lengan bajunya.
Hampir seratus hari tidur di tempat yang sama, Lan WangJi menangkap kebiasaan tidur Wei WuXian yang selalu memegang sesuatu entah itu selimut, atau lengan Lan WangJi sendiri.
Tak mau menambah pikirannya, Lan WangJi kembali memejamkan mata dan melanjutkan istirahatnya yang terganggu.
.
.
Saat pagi datang, Lan WangJi bangun perlahan dan membiarkan Wei WuXian tetap tidur. Walau sudah selama ini, Wei WuXian belum juga terbiasa dengan jadwal di Cloud Recesses. Kalau dipaksa, pemuda itu akan buruk suasana hatinya sepanjang hari dan membuat kepala Lan WangJi semakin pusing.
Melilhat posisi tidur Wei WuXian, Lan WangJi membenahi selimut yang terabaikan. Lan WangJi menyelimuti Wei WuXian sebatas pundak sebelum beranjak untuk bersiap menjalani kegiatannya hari ini.
Lan WangJi membuka pintu depan dan mengambil sebuah ember kayu berisi air sudah disiapkan di sana oleh Shidi yang bertugas. Tempat tinggal Lan WangJi saat ini memang sedikit terpisah dari kompleks bangunan di Cloud Recesses dan tak sembarang orang boleh masuk ke dalamnya.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Lan WangJi mengambil pedangnya yang tergantung di tembok, juga guqin miliknya. Hari ini dia tidak ada kelas dan rencananya Lan WangJi akan menghabiskan waktu di perpustakaan.
Meninggalkan Jingshi, rumahnya, Lan WangJi menuju ke bangunan yang difungsikan untuk pengajaran teori. Selain murid klan Lan, ada juga murid-murid dari klan lain yang menimba ilmu di sini selama satu tahun. Di sana dia bertemu dengan kakaknya yang terlihat sedang bersiap untuk membimbing para murid.
“WangJi, selamat pagi.”
Lan WangJi memberi hormat kepada Lan XiChen, “Selamat pagi.”
“Kenapa sendirian? Mana Wei Ying?”
“… Masih tidur.”
Lan XiChen tersenyum, “Melanggar jam malam lagi?”
Tak ada jawaban dari Lan WangJi, tapi Lan XiChen selalu mengerti adiknya meski tanpa perubahan raut wajah di sana.
“Bersabarlah! Kehidupan di YunMeng Jiang berbeda sekali dengan di Cloud Recesses. Dia pasti butuh waktu untuk beradaptasi. Apalagi Wei Ying itu anak yang aktif, dia pasti bosan terikat aturan ini dan itu.”
Lan XiChen menepuk pundak adiknya, “Kau bimbinglah dia perlahan. Aku yakin Wei Ying akan membawa pengaruh baik dalam hidupmu.”
Setelah itu mereka berpisah karena kelas akan segera dimulai.
Lan WangJi pun melanjutkan perjalanannya menuju paviliun perpustakaan karena masih banyak buku yang harus dia baca dan dia juga masih harus berlatih kaligrafi.
.
“Lan Zhan!!”
Perhatian Lan Zhan teralih dari bukunya. Pintu perpustakaan terbuka dan masuklah Wei WuXian dengan membawa nampan berisi makanan.
“ZeWu-Jun bilang kau tidak keluar juga saat makan siang, jadi aku bawakan ini untukmu,” Wei WuXian menghampiri Lan Zhan dan meletakkan nampan kayu yang dia bawa ke sisi meja yang tidak tertutup buku.
“… Terima kasih.”
Wei WuXian duduk bersila dan memandang tumpukan buku-buku di dekat Lan Zhan, “Kau baca ini semua sejak pagi? Kuat banget ya kau diam di perpustakaan begini.”
Membiarkan Wei WuXian terus bicara, Lan WangJi mengambil mangkuk nasinya dan mulai makan. Dia baru merasa lapar di suapan pertama.
“Kalau kau dari tadi di sini, kau pasti tidak tahu kalau tadi ada utusan dari klan Wen,” Wei WuXian merebahkan diri di lantai dan memandang Lan WangJi, “mereka mengadakan turnamen panahan di Qishan bulan depan. Kau ikut, kan? Kudengar kemampuan panahanmu luar biasa,” Wei WuXian berpindah posisi menjadi tengkurap, “Tapi kalau begini … aku ingin ikut pun malah jadi bingung ikut dengan mewakili klan mana. YunMeng Jiang atau Gusu Lan?”
Lan WangJi tidak menjawab, sesuai peraturan, tidak boleh bicara saat makan. Jadi dia membiarkan Wei WuXian bicara sendiri.
“Tapi kurasa pasti ikut denganmu, ya?” Wei WuXian bertopang dagu dan tersenyum, “tidak masalah!! Aku malah senang bisa melawan Jiang Cheng. Aku akan buat dia mengakui kalau keahlian memanahku jauh lebih baik darinya!!” dia pun tertawa.
Sampai sekarang sesungguhnya Lan WangJi masih belum bisa bersikap biasa tentang statusnya sebagai orang yang sudah menikah. Memang pernikahannya dengan Wei WuXian adalah hasil perjodohan, bahkan sebelum hari pernikahan, mereka berdua tidak pernah bertemu satu sama lain. Lan WangJi setuju karena ini merupakan keinginan pamannya dan para tetua. Lan WangJi tidak menyangka kalau orang yang akan menjadi pendamping hidupnya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengannya.
“Lan Zhan! Minta kertas, pena dan tinta!!”
Tapi karena Lan WangJi sedang makan, Wei WuXian mengambil sendiri tiga benda yang dia minta dari wadah yang ada di samping meja. Lalu pemuda itu pun sibuk menulis sesuatu, mungkin surat untuk saudaranya di YunMeng.
Selesai makan, Lan WangJi membereskan mangkuk-mangkuk di dalam nampan, lalu berdiri untuk mengembalikan wadah itu ke dapur.
“Taruh situ saja!! Biar aku yang bawa kembali ke dapur,” Wei WuXian melipat kertasnya dan menyelipkan lembaran itu ke dalam pakaian sebelum menyambar nampan dari tangan Lan WangJi.
Belum sempat Lan WangJi berucap terima kasih, Wei WuXian sudah berlari keluar perpustakaan.
“Oh, ZeWu-Jun,” suara Wei WuXian terdengar tak jauh dari luar, “Lan Zhan ada di dalam kalau kau mencarinya.”
Lan WangJi membatalkan niatnya untuk duduk dan menunggu sampai kakaknya masuk ke perpustakaan.
Pintu perpustakaan kembali terbuka dan Lan XiChen masuk menghampiri adiknya, “Kulihat Wei WuXian membawakan makan siang untukmu.”
Lan WangJi hanya mengangguk.
“Kurasa dia juga pasti sudah cerita tentang undangan dari Qishan Wen?”
Lan WangJi mengangguk lagi.
“Aku dan Paman setuju untuk mendaftarkan kalian berdua sebagai peserta. Bersamaku dan dua lainnya, kita akan berangkat ke Qishan sekitar satu minggu sebelum acara dimulai. Ajaklah Wei Ying berlatih! Kurasa tempat berlatih di gunung belakang bisa kalian pakai.”
“Baik.”
Lan XiChen tersenyum, “Kalau kau punya waktu luang, sesekali ajaklah Wei Ying ke kota. Jangan terus memperlakukannya seperti tamu, saat ini dia sudah menjadi keluargamu. Keluarga kita. Jaga dia dengan baik!”
Sekali lagi anggukan kembali menjadi jawaban dari Lan WangJi, walau dalam hati dia belum bisa menentukan bagaimana bersikap sebagai seorang ‘suami’ untuk Wei WuXian.
.
#
.
Hari itu cuaca sangatlah cerah. Lan WangJi memutuskan kalau hari ini adalah hari yang baik untuk melaksanakan usulan kakaknya membawa Wei Ying ke kota. Ajakan itu seketika diterima oleh Wei WuXian yang tampak seperti bocah kecil yang senang diberi mainan baru. Jadilah mereka berdua meninggalkan Cloud Recesses setelah mendapat izin dari Lan QiRen.
“Lan Zhan! Lan Zhan! Lan Zhan! Kau mau ajak aku ke mana? Ke mana??” tanya Wei WuXian begitu mereka keluar dari wilayah Cloud Recesses.
“Ada kota kecil di barat … banyak makanan pedas.”
Mendengar itu, wajah Wei WuXian seolah bersinar, “Sungguh?!! Aku boleh makan sepuasku kan? Aku sudah lama tidak makan yang pedas.”
“… Mn.”
Wei WuXian meninju udara dengan semagat, “Lan Zhan ter-ba-ik!!!”
Desa yang mereka tuju terletak sedikit jauh. Butuh lebih dari empat jam berjalan kaki sebelum sampai di sana meski sebenarnya bisa saja mereka sampai dengan cepat jika mengendarai pedang mereka, tapi keduanya sepakat untuk menghemat energi spiritual karena ini bukan perjalanan ‘dinas’ dan siapa tahu di tengah perjalanan mereka mendapat masalah.
Lelah yang terasa segera hilang begitu mereka sampai di tujuan. Desa itu terletak dekat danau, jadi sungai masih menjadi pusat kegiatan di sini. Menyusuri jalanan, Lan WangJi membiarkan Wei WuXian berjalan dari satu kios ke kios yang lain, berbicara dengan penduduk setempat. Tak butuh waktu lama sampai Wei WuXian terlihat seperti orang yang tinggal di desa ini.
Sifat Wei WuXian yang cepat mengakrabkan diri dengan orang lain kadang membuat Lan WangJi salut. Dia sadar diri kalau sifatnya terlalu dingin dan tertutup. Jangankan pada orang yg baru dia kenal, pada saudara satu klannya saja Lan WangJi tidak bisa menyebut kalau dia memiliki banyak hubungan yang dekat.
Kadang itu juga yang membuat Lan WangJi heran pada dirinya sendiri karena selama tiga bulan ini, keberadaan konstan Wei WuXian di dekatnya sudah menjadi hal yang wajar. Sewajar kedekatannya dengan Lan XiChen.
“Lan Zhan!”
Mendadak saja Wei WuXian sudah kembali ke hadapan Lan WangJi.
“Lihat! Aku diberi loquat,” Wei WuXian menunjukkan dua buah yan sangat segar, “satu untukmu!!” dia meraih tangan Lan WangJi dan meletakkan buah itu di telapak tangannya. Lalu Wei WuXian menoleh pada gadis yang memberinya buah secara cuma-cuma, “Terima kasih, kakak cantik. Kecantikan wajahmu membiaskan kecantikan hatimu. Semoga harimu menyenangkan!!”
Gadis itu tertawa senang, “Terima kasih kembali, tuan yang tampan. Kali lain kembalilah dan beli loquat-ku.”
“Tentu saja!” Wei WuXian melambai dan mengajak Lan WangJi untuk kembali berjalan.
.
Puas menikmati kota, mereka akhirnya masuk ke salah satu kedai di tepi sungai. Seperti janji, Lan WangJi mengizinkan Wei WuXian memesan makanan pedas sepuasnya. Dia sendiri hanya memesan makanan yang tidak terlalu berasa tajam.
“Terima kasih, Lan Zhan!! Aku janji tidak akan pergi malam-malam lagi dan membuatmu dalam masalah.”
Meski tahu janji itu hanya akan bertahan sekitar satu minggu, tapi Lan WangJi tidak keberatan.
Begitu makanan datang, Wei WuXian langsung melahapnya persis seperti orang yang tidak makan selama sebulan. Pernah tinggal selama tujuh hari di YunMeng Jiang, Lan WangJi tahu betul perbedaan kuliner di dua wilayah. Wei WuXian tumbuh besar di YunMeng yang memiliki cita rasa masakan yang kaya. Sekarang dia harus tinggal di wiliayah Gusu yang memiliki cita rasa lebih sederhana. Tentu saja itu akan membuat Wei WuXian tidak bisa menikmati makanannya.
Jadi Lan WangJi berpikir, sesekali mengajaknya makan di luar seperti ini tidaklah buruk.
“Lan Zhan, ikan ini enak. Kau mau coba?” Wei WuXian menyodorkan sepiring ikan berbumbu merah.
Tak ingin membuat Wei WuXian kecewa, Lan WangJi mengambil sepotong daging ikan itu dengan sumpitnya. Begitu Lan WangJi memakannya, dia harus menahan diri supaya tidak terbatuk. Bukannya dia tidak suka pedas, dia hanya tidak terbiasa dengan rasa bumbu yang tajam.
“Lan Zhan?!! Pedas banget, ya?”
Lan WangJi menggeleng tapi dia melihat Wei WuXian sudah menuangkan teh untuknya.
“Minum ini!”
Lan WangJi menerima cangkir keramik dari Wei WuXian dan perlahan meminum teh hangat di dalamnya. Sensasi pedas di mulutnya sedikit berkurang meski tidak hilang sepenuhnya.
“Maaf, Lan Zhan,” ujar Wei WuXian, “aku tidak mengira ini terlalu pedas untukmu.”
“… Tidak apa,” Lan WangJi membiarkan Wei WuXian mengisi cangkirnya lagi.
Mereka melanjutkan makan, karena porsi Lan WangJi lebih sedikit, dia selesai terlebih dulu. Dan walaupun porsi Wei WuXian berlipat darinya, tapi pemuda itu tampaknya juga sudah hampir selesai makan.
“Lan Zhan,” Wei WuXian meletakkan sumpitnya di atas mangkuk nasi yang sudah kosong, “sebelum pulang, kita mampir ke danau sebentar, ya?”
“… Kenapa?”
“Aku dengar ada gangguan hantu air di sana, penduduk bilang tidak terlalu banyak, tapi cukup membuat mereka ketakutan setiap kali melintas. Kurasa kita harus membantu mereka, kasihan kan kalau kegiatan mereka jadi terganggu.”
Satu lagi sifat baik Wei WuXian yang cepat ditangkap oleh Lan WangJi. Pemuda itu kadang terlihat sangat tidak peduli pada sekitarnya dan hidup hanya untuk dirinya sendiri, tapi sesungguhnya Wei WuXian adalah tipe yang tidak bisa membiarkan orang lain kesusahan.
“… Baiklah.”
Wajah Wei WuXian berseri, “Lan Zhan memang terbaik!!”
Setelah membayar, mereka meninggalkan kedai itu lalu menyewa perahu untuk menuju ke danau.
Seperti kabar dari warga, danau itu menyimpan energi jahat, meski tidak terlalu kuat.
Wei WuXian mengeluarkan pedangnya, begitu juga dengan Lan WangJi.
Kalau dipikir … ini akan jadi kali pertama Lan WangJi melihat kemampuan Wei WuXian. Dia pernah dengar dari kakaknya kalau Wei WuXian adalah murid terbaik di YunMeng, pastilah kemampuannya tidak bisa diremehkan.
“Di sana!!”
Seruan Wei WuXian membuat Lan WangJi terfokus pada satu area di tengah danau. Tanpa komando, mereka berdua menyerang bersamaan, pedang milik Lan WangJi melesat bersisian dengan pedang milik Wei WuXian.
Duabilah tajam itu meluncur masuk ke dalam air dan tak lama kembali melesat tinggi meninggalkan air. Dari dalam air muncullah sekitar sepuluh hantu air yang langsung menyerang perahu mereka.
Wei WuXian melompat tinggi dan mendarat ringan di bagian belakang perahu tanpa membuatnya oleng sama sekali. Pedangnya segera kembali ke tangan Wei WuXian dan pemuda itu tak membuang waktu untuk kembali menyerang.
Memusatkan diri pada hantu air di depannya, Lan WangJi pun mengendalikan pedang miliknya yang tanpa kesulitan segera memusnahkan makhluk gaib di danau itu.
Tak butuh waktu yang lama bagi Lan WangJi dan Wei WuXian untuk membereskan masalah di sana. Danau itu pun segera terbebas dari gangguan aura jahat dan kembali tenang.
Wei WuXian bersiul dan kembali ke sebelah Lan WangJi, “Ternyata bukan sekedar rumor. Kau itu kuat sekali,” dia menyarungkan pedangnya.
“… Itu pedang yang bagus. Apa namanya?”
“Suibian.”
Lan WangJi mengira dia salah dengar, tapi melihat wajah Wei WuXian, dia yakin kalau nama pedang itu adalah Suibian, yang artinya adalah ‘Terserah’.
“Serius ini namanya Suibian. Habisnya waktu Paman FengMian memberikan ini untukku, aku tidak bisa memutuskan nama apa yang bagus, jadilah aku bilang ‘terserah’, dan begitu pedang selesai ditempat, namanya sudah terpatri,” Wei WuXian menarik keluar pedangnya dan menunjukkan ukiran nama Suibian di sana.
Sungguh … bagi Lan WangJi, Wei WuXian tetaplah masih menyimpan banyak misteri.
“Kalau nama pedangmu apa? Dia indah sekali,” Wei WuXian membuat gerakan melesat dengan tangannya, “Cepat dan akurat.”
“… Bichen.”
Wei WuXian menggumam, “Nama yang cocok sekali. Sesuai dengan kepribadianmu juga,” dia terkekeh, “Nah!! Masalah sudah selesai. Ayo pulang!” mengambil dayung, Wei WuXian pun mlajukan perahu itu kembali ke kota.
.
.
“Kau tampak senang, WangJi.”
Lan WangJi menoleh dan menemukan kakaknya berdiri di jalan masuk paviliun tempatnya berlatih memainkan guqin untuk mengasah kemampuan inqury-nya.
“Aku dengar kemarin kau dan Wei Ying membantu warga untuk membersihkan danau dari gangguan hantu air,” Lan XiChen duduk di tempat duduk batu, tak jauh dari Lan WangJi yang duduk di tengah paviliun, “Bagaimana menurutmu? Apakah Wei Ying kuat?”
“… Ya.”
“Sungguh sayang aku tidak melihatnya secara langsung. Kepala Klan Jiang selalu membanggakan kemampuan Wei Ying. Dan melihatmu barusan, kurasa kemampuannya bukan sekedar cerita saja.”
Lan WangJi tidak menjawab.
Terbiasa dengan sifat adiknya, Lan XiChen tidak ambil pusing, “Sekarang fokuslah untuk acara bulan depan. Aku lihat Wei Ying sudah menuju ke gunung belakang. Susullah dia!”
Menurut, Lan WangJi membungkus guqin miliknya dengan kain putih. Dia meninggalkan paviliun setelah memberi hormat pada kakaknya.
Pandangan Lan XiChen mengikuti arah kemana adiknya berjalan, “Hhh … dua anak itu manis sekali. Rasanya akhir-akhir ini WangJi juga tampak lebih ceria. Wei Ying memang membawa suasana baru yang menyenangkan.”
Angin siang di Gusu terasa dingin menyegarkan.
.
“Oh!! Lan Zhan!”
Lan WangJi melihat Wei WuXian melambai penuh semangat. Dia membawa busur dan di kejauhan tampak sasaran yang tertancap puluhan anak panah tepat di tengahnya, hanya beberapa yang meleset. Seperti kemampuan berpedangnya, kemampuan panahan Wei WuXian juga di atas rata-rata.
“Aku sudah siapkan sasaran panah untukmu,” kata Wei WuXian begitu Lan WangJi sampai di dekatnya, “Tuh di sana!” dia menunjuk ke sasaran di samping sasaran miliknya sendiri. “Sedikit lebih jauh dari yang kemarin sih, tapi kurasa kau pasti bisa lah. Aku saja bisa!”
Lan WangJi menganggukkan kepalanya sebagai ucapan terima kasih.
Kemudian mereka berlatih bersama. Seperti biasa, Wei WuXian lah yang mengisi kesunyian dengan segala macam ceritanya. Lan WangJi tak merasa itu mengganggu konsentrasinya, jadi dia tidak berusaha membuat Wei WuXian diam.
Satu demi satu anak panah Lan WangJi melesat dan menembus sasaran tepat di bagian tengah. Bulatan merah di sana hampir penuh oleh anak panahnya.
Lan WangJi mendengar siulan dari Wei WuXian.
“Tidak ada yang meleset sama sekali. Padahal lebih jauh hampir lima belas meter dari jarak yang biasa.”
Lan WangJi menurunkan busurnya, membiarkan Wei WuXian mencabuti anak panah di dua sasaran lalu kembali ke tempatnya semula.
“Kau sudah tahu apa saja yang akan dilombakan? ZeWu-Jun tadi memberitahuku.”
Lan WangJi hanya mengangguk.
“Aku pasti mengalahkan Jiang Cheng di perlombaan panah berkuda. Lihat saja nanti!” Wei WuXian mengepalkan tangannya, lalu dia menoleh pada Lan WangJi, “Kau jago berkuda, Lan Zhan?”
“… Bisa.”
Wei WuXian merengut, “Aku yakin kau bisa segalanya, aku tanya apa kau jago berkuda?”
“… Bisa.”
Wei WuXian menghela napas, “Aiyaaa … terserahlah.”
Maka mereka berdua pun kembali berlatih hingga hari beranjak petang.
.
.
Lan WangJi duduk di dekat jendela yang terbuka. Hembusan angin malam masuk ke dalam kamar tidurnya. Sebentar lagi jam sembilan malam tapi Wei WuXian belum juga pulang.
Apa dia pergi ke luar lagi? Batin Lan WangJi.
Baru saja Lan WangJi hendak beranjak tidur, pintu Jingshi terbuka dan Wei WuXian masuk dengan langkah sedikit tertatih.
“Wei Ying?” Lan WangJi menghampiri Wei WuXian dan melihat celana Wei WuXian robek di bagian betis dan darah mengalir dari sana, “kau terluka.”
Wei WuXian tertawa pelan, “Hanya luka kecil saja. Aku terpeleset di tangga dekat Ruang Anggrek,” terpincang dia berjalan ke arah kursi dan langsung duduk.
Tak bisa membiarkan darah terus keluar, Lan WangJi mengambil kain bersih dari laci lalu dduk bertumpu pada lututnya untuk memeriksa luka Wei Ying.
“Eeeh!! Lan Zhan!! Tidak usah!! Aku bisa obati sendiri.”
Tapi Lan WangJi tidak peduli, dia melepaskan sepatu Wei WuXian yang ternoda darah dan perlahan menggulung celana panjang pemuda itu. Terlihat luka panjang di betis Wei WuXian.
“Lan Zhan!! Sungguh aku bisa sendiri,” Wei WuXian berusaha mengambil kain dari tangan Lan WangJi tapi tidak berhasil.
Lan WangJi berdiri dan memandang Wei WuXian, “Diam di sana!” dia bergegas mengambil air dari kamar mandi dan kembali dengan membawa lebih banyak kain bersih.
Wei WuXian tidak bergerak, membiarkan Lan WangJi membersihkan lukanya.
Kain putih di tangan Lan WangJi segera berubah merah, tapi dia tahu luka Wei WuXian tidak separah yang terlihat. Setelah memastikan luka Wei WuXian sudah bersih, Lan WangJi beranjak sebentar untuk mengambil obat-obatan.
Dengan hati-hati Lan WangJi mengoleskan obat di luka itu lalu membebatnya dengan perban.
“… Terima kasih, Lan Zhan,” ujar Wei WuXian setelah Lan WangJi membereskan semua kain, wadah air dan obat-obatan yang tadi berserak di lantai.
Lan WangJi berdiri dan membawa wadah kayu yang berisi air kotor, “Lap badanmu dengan handuk bersih dan jangan basahi kakimu!”
Wei WuXian berdiri, bertumpu pada meja kayu. Saat itu dia terkejut melihat Lan WangJi mengulurkan tangan padanya, tapi toh dia menyambutnya dan berjalan ke kamar mandi dengan bantuan Lan WangJi ….
Menunggu sampai Wei WuXian selesai mandi, Lan WangJi duduk di tempat tidur. Dan begitu Wei WuXian keluar dengan penampilan yang lebih segar dan berpakaian bersih, Lan WangJi langsung menghampirinya dan membantunya sampai ke tempat tidur.
Perlahan, Wei WuXian naik ke tempat tidur dan berbaring, berusaha tidak begitu menggerakkan kaki kanannya. Lalu dia tertawa, membuat Lan WangJi memandangnya heran.
“Ah … maaf maaf. Aku hanya tidak menyangka kau ini perhatian juga. Kupikir kau tidak akan peduli walau aku patah tulang.”
Lan WangJi tidak bicara. Dia hanya menyelimuti Wei WuXian sebelum akhirnya merebahkan diri di samping pemuda itu. Tanpa suara, Lan WangJi memejamkan mata, sedikit mencoba mengabaikan sesuatu yang terasa asing menyelinap dalam hatinya.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Qishan Wen tampak luar biasa megah hari itu. Seperti yang diharapkan dari klan kultivasi terbesar, mereka tidak pernah main-main setiap kali menyelenggarakan acara akbar seperti ini. Lima panji dari klan kultivasi besar yang juga turut serta di turnamen persahabatan ini tampak berkibar gagah di sekitar arena.
Wei WuXian berjalan bersama rombongan dari Gusu yang dipimpin oleh Lan QiRen. Sebelum berangkat, Wei WuXian sudah diberi ceramah panjang lebar oleh Lan QiRen supaya dia tidak membuat kekacauan selama acara berlangsung.
Hampir sampai di pintu masuk Qishan, Wei WuXian mendengar suara desingan anak panah yang meluncur dan menembus sasaran. Didorong oleh rasa penasaran, Wei WuXian menoleh ke kanan dan kiri sampai dia melihat seorang pemuda berseragam klan Wen berlatih sendiri di tanah lapang.
Karena saat ini Wei WuXian ada di barisan paling belakang romobongan Gusu, dia pun menyelinap pergi tanpa kesulitan dan menghampiri si pemuda asing yang menarik perhatiannya karena memiliki kemampuan panahan yang bagus.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Dua anak panah berturut-turut menembus sasaran tepat di tengah. Wei WuXian mendadak muncul dari samping sasaran panah dan bertepuk tangan keras, membuat tembakan berikutnya langsung meleset dan pasti akan mengenai Wei WuXian kalau dia terlambat bereaksi. Wei WuXian menangkap anak panah itu tanpa kesulitan dan bersiul.
“Aku tidak tahu ada murid klan Wen dengan kemampuan hebat seperti ini.”
Pemuda yang terlihat sebaya dengan Wei WuXian itu tampak terkejut dan wajahnya langsung berubah pucat pasi.
“Hei, tidak perlu takut seperti itu. Aku bukan setan,” Wei WuXian membawa anak panah itu kembali pada pemiliknya, “Aku Wei WuXian, siapa namamu?”
Bukannya menjawab, pemuda Wen itu justru langsung kabur dari Wei WuXian secepat laju anak panahnya tadi.
“Aiyaaa …” Wei WuXian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “kenapa malah kabur sih? Memangnya aku ini mayat hidup apa?”
“A-Xian?”
Mendengar namanya dipanggil, Wei WuXian menoleh dan langsung tersenyum lebar melihat rombongan YunMeng Jiang terlihat di ujung jalan, “Paman FengMian!!” Wei WuXian langsung berlari menghampiri pria yang sudah mengasuhnya. Wei WuXian memberi salam hormat pada pria itu sebelum memeluknya erat.
Jiang FengMian tertawa dan menepuk punggung Wei WuXian sebelum melepaskannya, “Kenapa kau sendirian di sini? Apa rombongan Gusu Lan sudah tiba sejak tadi?”
“Hmmm … belum lama sih, tapi aku terpisah dari mereka.”
Tidak mau membahas apakan Wei WuXian memang terpisah atau memisahkan diri, Jiang FengMian memandang pemuda di hadapannya, “Kau tambah tinggi saja.”
Mendengar itu, Wei WuXian tertawa senang, “Aku akan lebih tinggi darimu nanti, Paman. Lihat saja.”
Terdengar suara dengusan dari belakang Jiang FengMian, membuat Wei WuXian langsung merengut memandang saudara angkatnya.
“Mau lebih tinggi dari ayah? Mimpi saja kau, Wei WuXian,” ujar Jiang Cheng.
“Heh!! Kau saja masih kalah tinggi dariku!!” seru Wei WuXian.
“Cuma satu senti!!”
Jiang FengMian menengahi sebelum dua putranya ribut hanya karena masalah sepele, “Sudahlah kalian berdua. Lama tidak bertemu kenapa malah bertengkar?”
Lalu Wei WuXian memandang rombongan dari YunMeng, dia melihat wajah-wajah yang lama tak dia temui, para Shidi-nya, “Hei kalian semua, sepertinya kalian sehat.”
Murid-murid klan Wei WuXian bergantian menyapa da-shixiong mereka. Wei WuXian memang dikenal dekat dengan adik seperguruannya dan tak jarang menyeret mereka dalam kekacauan yang dia timbulkan.
Jiang FengMian menepuk pundak Wei WuXian, “Aku tidak sabar melihat kemajuanmu, Wei Ying. Jiang Cheng juga tidak sabar untuk melawanmu dalam pertandingan resmi seperti ini.”
“Aku akan mengalahkanmu, Wei WuXian!! Ingat itu!!” seru Jiang Cheng.
“Hooo … nantang? Baiklah, aku terima tantanganmu Jiang WanYin. Jangan menangis kalau kau kalah nanti.”
Jiang FengMian hanya menggelengkan kepala melihat keakraban Wei WuXian dan Jiang Cheng yang sungguh berbeda dari saudara kebanyakan.
.
“Wei Ying, ternyata kau bersama rombongan YunMeng. Aku sampai bingung saat kau mendadak hilang.”
Wei WuXian tersenyum serba salah pada Lan XiChen yang sudah berganti pakaian dengan seragam berwarna merah, “Maafkan aku, ZeWu-Jun.”
Lan XiChen tersenyum, “Tidak apa-apa. Lain kali, bilang dulu padaku atau WangJi kalau kau mau pergi.”
“Baik.”
Lalu Lan XiChen menyapa Jiang FengMian sebelum pria itu pergi dan menghampiri kepala klan lain yang sudah berkumpul di tribun.
“ZeWu-Jun, mana Lan Zhan?”
“Dia di tenda sebelah sana,” Lan Zhan menunjuk tenda besar yang berjajar di sisi lapangan luas di depan bangunan utama klan Wen. “Romongan dari YunMeng bisa memakai tenda di sebelahnya.”
Jiang Cheng membungkuk hormat pada Lan XiChen, “Terima kasih, ZeWu-Jun.”
Bersama murid-murid dari YunMeng, Wei WuXian meninggalkan Lan XiChen dan menuju ke tenda.
“Jadi … tiga bulan ini bagaimana perkembangannya?”
Wei WuXian mendelik pada Jiang Cheng, “Kau itu tidak ada bahasan lain apa?”
“Oh, baguslah kau mengerti hanya dengan satu pertanyaan saja. Berarti ada kemajuan.”
“Jiang Cheng!!” Wei WuXian meninju Jiang Cheng yang langsung berkelit.
Mereka berpisah saat sampai ke depan tenda. Wei WuXian segera masuk ke tenda Gusu dan melihat semua sudah berganti pakaian. Dia langsung menghampiri Lan Zhan yang duduk di salah satu kursi, tampak sedang memeriksa busurnya.
“Lan Zhan!! Maaf aku pergi begitu saja,” Wei WuXian tersenyum lebar. Dia melihat seragam merah terlipat rapi di sebelah Lan Zhan, “Itu bajuku?”
Lan WangJi mengangguk.
Mengambil seragam itu, Wei WuXian langsung menuju ke sisi tenda yang dibatasi pembatas ruangan lipat berangka kayu. Di baliknya dia langsung berganti pakaian, sedikit merasa tidak nyaman tapi harus bertahan karena ini adalah seragam resmi. Selesai berganti pakaian, dia kembali ke tempat Lan Zhan yang suah berdiri dan menyandang tempat anak panah di pinggangnya.
Wei WuXian mengambil wadah anak panah yang tersedia di tenda itu lalu mengaitkan di sabuk pinggangnya, “Hei Lan Zhan, kau tahu tidak kalau ada anggota Wen yang jago banget memanah?”
“… Tidak.”
“Dia jago banget. Tapi waktu aku tanya namanya, dia malah kabur.”
Tidak ada jawaban dari Lan WangJi, tapi Wei WuXian sudah sangat terbiasa.
“Ya sudah, ayo latihan!!”
Mereka berdua meninggalkan tenda dan menuju ke area latihan yang sudah disediakan. Di sana Wei WuXian melihat Jiang Cheng bersama seorang pemuda yang dia kenal.
“Hei, HuaiSang!!” Wei WuXian melambai pada adik dari kepala klan Nie, Nie HuaiSang. Pemuda yang bisa dibilang linglung dan sedikit kikuk.
Nie HuaiSang menoleh dan membalas lambaian tangan Wei WuXian, “Wei-xiong, lama tidak ketemu.” Lalu dia menoleh pada Lan WangJi, “WangJi-xiong,” sapaannya hanya mendapat balasan berupa anggukan.
Lalu Lan WangJi langsung menghampiri kakaknya yang ada tak jauh dari mereka.
Mata Jiang Cheng menyipit, “Dia itu sama sekali tidak berubah, ya? Dingin seperti es.”
“Tidak begitu juga,” kata Wei WuXian, “sebenarnya dia anak baik. Kapan kemarin dia merawat lukaku dan meminta Lan QiRen supaya mengizinkanku tidak ikut pelajaran untuk beberapa hari.”
Ada bias tidak percaya di wajah Jiang Cheng.
“Jadi, Wei-xiong, apa kau sudah mempraktekkan apa yang ada di buku-buku hadiah dariku?”
Wei WuXian teringat setumpuk buku dewasa yang sempat membuat Lan WangJi seperti mau pingsan di tempat, “Sudah kuduga itu pasti ulahmu.”
Nie HuaiSang tertawa.
“Buku itu disimpan Lan Zhan di kotak, bahkan sepertinya dia hampir menyegelnya dengan jimat,” Wei WuXian melipat tangan di dadanya dan memandang tajam pada Jiang Cheng dan Nie HuaiSang, “Kalian itu seperti tidak tahu saja kalau pernikahanku dan Lan Zhan itu hanya status. Bukan berarti kami harus punya hubungan seperti suami istri.”
“Hati-hati, kau bisa menelan lagi ucapanmu, Wei WuXian,” ujar Jiang Cheng, “hati orang siapa yang tahu.”
Wei WuXian mendengus, “Tidak usah sok berpuisi. Cari istri sana! Paman dan Bibi pasti tidak sabar untuk menimang cucu.” Dia menunduk seketika begitu melihat tinju Jiang Cheng mengarah padanya. Terkekeh senang, Wei WuXian kembali berdiri. Saat itu dia baru sadar kalau Nie HuaiSang tidak memakai seragam perlombaan, “Kau tidak ikut?”
“Tidak,” Nie HuaiSang membuka kipasnya, “aku jadi tim penggembira saja. Dari pada aku buat kakakku marah lagi, lebih baik mundur duluan.”
Pandangan Wei WuXian langsung tertuju ke tribun di mana para ketua klan akan duduk. Dia melihat sosok Nie MingJue yang sedang bicara dengan kepala klan Jin Ling. Kakak Nie HuaiSang itu memang terkenal dengan temperamennya yang tinggi. Sumbu pendek. Jadi orang bijak pasti akan memilih untuk tidak membuat pria itu marah. Meski begitu semua orang juga tahu kalau Nie MingJue sangat menyayangi adiknya, walau kasih sayangnya sering ditunjukkan dengan cara yang tidak biasa.
Karena waktu berlatih semakin berkurang, Wei WuXian dan Jiang Cheng memutuskan untuk berlatih di dua sasaran yang berdampingan. Nie HuaiSang, seperti katanya tadi, jadi penyemangat dari belakang.
Wei WuXian melihat Lan WangJi ada tak jauh darinya, hanya berjarak beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Lan WangJi terlihat berlatih bersama Lan XiChen, sesekali terlihat meminta masukan dari kakaknya. Wei WuXian melihat ikat kepala Lan WangJi sedikit miring, jadi dia berhenti menembakkan anak panahnya dan menghampiri pemuda itu.
“Lan Zhan, ikat kepalamu longgar. Sini, biar aku ikatkan lagi.”
Ada jeda sebentar sebelum Lan WangJi memberi izin dengan, “Mn,” yang khas.
Wei WuXian luput melihat perubahan wajah Lan XiChen yang terkejut, tapi kemudian berubah senang.
“Wah wah, Jiang-xiong … udaranya kerasa panas tidak sih?” Nie HuaiSang membuka kipasnya dan mengipasi dirinya juga Jiang Cheng.
“Hmm … panas. Panas banget,” Jiang Cheng terkekeh.
Keduanya pun tertawa terbahak-bahak.
Bukannya tidak mendengar, tapi Wei WuXian berusaha tidak peduli. Makin diladeni, Jiang Cheng dan Nie HuaiSang hanya akan makin semangat menggodanya.
Selesai membenahi ikat kepala Lan WangJi, Wei WuXian berniat untuk melanjutkan latihannya, tapi ternyata suara genderang tanda kalau perlombaan akan segera dimulai sudah ditabuh.
.
#
.
Malam sudah meraja, namun suasana di Qishan Wen masih gempita, sungguh tepat dinamai sebagai Kota Tanpa Malam. Pesta meriah diselenggarakan setelah perlombaan selesai dan pemenang diumumkan. Wei WuXian senang karena dia berhasil unggul dari Jiang Cheng walau hanya selisih dua poin. Tapi dia tertinggal dari dua bersaudara Lan yang mendapat nilai hampir sempurna.
Di tengah pesta itu, semua anggota klan duduk dengan bebas, berbaur dan bercengkrama. Wei WuXian duduk bersama Jiang Cheng dan Nie HuaiSang, tapi dia gagal menyeret Lan WangJi dan membiarkan pemuda itu duduk bersama kakaknya.
“Aaah!! Hari ini menyenangkan sekali,” Wei WuXian menenggak minuman yang disajikan, rasanya tidak senikmat Emperor’s Smile di Gusu, tapi cukuplah.
“Lain kali aku akan mengalahkanmu! Lihat saja,” kata Jiang Cheng.
Nie HuaiSang menuangkan arak ke cawan milik Wei WuXian dan Jiang Cheng, “Kenapa sih tidak ada lomba melukis atau puisi?” protesnya, “Kalau tidak pedang, ya panah. Atau berkuda. Atau berenang. Hhhh … seperti orang masokis saja.”
Mereka mengobrol santai, membahas hal-hal yang terjadi di tiap klan. Hanya hal-hal sepele, seperti saat Nie HuaiSang tidak sengaja menumpahkan sebotol tinta ke kipas yang hendak dia lukis. Atau saat Jiang Cheng ditanyai oleh kakek pemilik ladang teratai tentang kabar Wei WuXian, sepertinya kakek itu jadi kurang olah raga karena tidak ada lagi yang bisa dia pukuli.
Tanpa sengaja Wei WuXian menangkap sosok yang dia lihat pagi tadi, murid Wen yang jago memanah. Dia langsung berdiri dan menghampiri pemuda yang duduk lumayan jauh, abai pada seruan Jiang Cheng yang memanggil namanya.
“Hei, kita ketemu lagi.”
Pemuda Wen itu terkejut sampai terlihat hampir melompat dari duduknya.
Wei WuXian memasang senyumnya yang paling bersahabat.
“T-Tuan Muda Wei.”
Wei WuXian duduk di sebelahnya karena tempat itu kosong. “Aku akan menunggu sampai kau beritahu aku namamu loh. Kau sudah tahu namaku, tapi aku tidak tahu namamu.,itu kan curang namanya.” Dia masih tersenyum.
Setelah diam untuk beberapa waktu, akhirnya pemuda itu menjawab, “Wen … Wen Ning.”
Senyum Wei WuXian melebar, “Wen Ning!” ulangnya, “terus kenapa kau tidak ikut lomba tadi?” tanyanya.
“A-aku …” Wen Ning menunduk, “T- Tuan Muda Wen Chao tidak mengizinkanku.”
Wei WuXian menoleh ke arah meja yang dekat dengan tribun para ketua klan dan melihat Wen Chao, anak bungsu dari Wen Rouhan yang terkenal karena sifat manjanya dan juga sangat mata keranjang. Wei WuXian mendecakkan lidahnya, “Ceh!! Padahal kemampuan dia tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu. Kalau kau ikut tadi, kurasa Klan Wen bisa mendapatkan posisi juara juga.”
Ada semburat merah di pipi Wen Ning, tapi dia tidak bicara apa-apa.
“Kali lain, kalau ada perlombaan di lagi, ikutlah! Aku ingin beradu teknik denganmu,” Wei WuXian menepuk-nepuk pundak Wen Ning, “Aku kembali dulu. Sampai jumpa.”
Kembali ke tempat Jiang Cheng dan Nie HuaiSang,Wei WuXian duduk bersila di tempatnya semula.
“Siapa?” tanya Jiang Cheng.
Wei WuXian pun menceritakan tentang pertemuannya dengan Wen Ning.
“Wen Chao, dia itu sama sekali tidak berubah. Bocah manja,” desis Jiang Cheng, “tapi kalau kau bilang si Wen Ning itu punya keahlian di panahan, aku jadi ingin bertanding melawannya.”
Tak mau merusak suasana, mereka melanjutkan obrolan dengan topik yang lebih menyenangkan. Wei WuXian mendengarkan tanpa interupsi saat Jiang Cheng bercerita keseharian di YunMeng, tapi pemuda itu hampir saja berdiri dengan tekad menghajar seseorang di sana begitu Jiang Cheng mengatakan kalau kakak perempuan kesayangan mereka sepertinya diincar oleh Tuan Muda Jin.
Bagi Jiang Cheng dan juga Wei WuXian, siapapun yang hendak menjadikan Jiang YanLi sebagai istri mereka paling tidak harus memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari mereka berdua yang disebut sebagai dua kultivator paling berbakat dari YunMeng. Wei WuXian jelas tidak akan menyerahkan Shijie-nya pada pemuda yang tidak bisa melindungi gadis itu.
“Wei Ying.”
Mendengar namanya dipanggil, Wei WuXian menoleh ke belakang dan melihat Lan XiChen memandangnya dengan isyarat supaya dia mendekat.
Sekali lagi abai pada suara cekikikan Jiang Cheng dan Nie HuaiSang, Wei WuXian menuju ke tempat Lan XiChen.
“Sepertinya Lan Zhan sudah lelah, bisa kau antar dia ke kamar?”
Wei WuXian memandang Lan WangJi yang memang terlihat sedikit pucat, “Baiklah,” dia membantu Lan WangJi berdiri, “bisa jalan sendiri?”
“… Mn.”
Lan XiChen tersenyum, “Terima kasih, Wei Ying.”
Melangkah perlahan, Wei WuXian meninggalkan keriuhan pesta dan menuju ke bagunan lain yang disediakan untuk para tamu. Seorang pelayan Wen mengantar mereka sampai ke kamar yang dekat dengan sebuah taman batu.
Di dalam, Wei WuXian membantu Lan WangJi melepas lapis luar pakaiannya juga menggerai rambutnya, melepas ornamen yang menghias kepalanya, termasuk ikat putih bercorak awan yang hampr tidak pernah absen dari wajah Lan WangJi. Wei WuXian melipat pakaian Lan WangJi dengan rapi sebelum meletakkannya di kursi dekat jendela.
“Kenapa kau diam saja kalau sedang tidak enak badan? Kalau kau bilang kan kau tidak perlu ikut pesta di luar malam-malam begini,” Wei WuXian lalu membantu Lan WangJi duduk di tempat tidur dan beranjak untuk mengambil minum yang tersedia di meja bulat di tengah ruangan itu.
Wei WuXian memberikan cangkir itu pada Lan WangJi yang langsung meminumnya. Tidak pernah Wei WuXian melihat Lan WangJi sakit, jadi dia tidak tahu harus berbuat apa.
“… Kau kembali saja,” ujar Lan WangJi.
“Dan meninggalkanmu sendiri? Tidak,” Wei WuXian memandang Lan WangJi lalu memutuskan kalau lebih baik Lan WangJi segera berbaring daripada duduk terus, “mandilah, lalu tidur! Aku tidak akan pergi kemana-mana.”
Ada kilau asing yang tertangkap oleh Wei WuXian saat memandangg mata Lan WangJi, tapi itu berlalu begitu cepat sampai Wei WuXian mengira dia hanya salah lihat. Kemudian Lan WangJi berdiri, sedikit limbung tapi dia menerima uluran tangan Wei WuXian yang membantunya agar tetap seimbang. Perlahan dia menuju ke pintu yang ada di sisi ruangan dan masuk ke dalamnya.
Wei WuXian menunggu dengan tidak tenang. Dia duduk, lalu berdiri, berjalan ke dekat pintu kamar mandi, jaga-jaga kalau Lan WangJi butuh bantuan. Terus begitu sampai akhirnya Lan WangJi keluar dengan penampilan lebih segar dan bersih.
Segera Wei WuXian membantu Lan WangJi untuk rebahan di tempat tidur lalu menyelimutinya sampai sebatas pundak.
“Tidurlah!”
Lan WangJi memejamkan mata dan segera pulas. Sepertinya dia memang benar-benar lelah.
Duduk di sisi tempat tidur, Wei WuXian hanya diam memandang wajah tidur Lan WangJi yang jauh berbeda dengan imejnya sebagai orang yang dingin dan susah bergaul. Tanpa sadar Wei WuXian tersenyum dan dia terus duduk di sana, menikmati wajah Lan WangJi yang tak banyak orang tahu ….
.
Lan XiChen menutup pintu kamar itu perlahan agar tidak membangunkan dua orang di dalam. Senyum menghias wajah tampannya mengingat apa yang dia lihat di dalam.
Niatnya tadi dia hanya ingin tahu bagaimana kondisi Lan WangJi. Namun begitu sampai di kamar tempat adik dan adik iparnya bermalam, Lan XiChen melihat Lan WangJi tidur nyenyak sementara Wei WuXian tidur dengan posisi duduk di lantai, kepalanya terkulai di dua tangannya yang terlipat. Yang membuat Lan XiChen senang adalah saat melihat kalau jemari Lan WangJi bersentuhan dengan Wei WuXian.
Adiknya yang canggung dan sering merasa tidak nyaman kalau berkontak fisik dengan orang lain bisa terlihat begitu nyaman setiap kali bersama Wei WuXian.
Meninggalkan kamar itu, Lan XiChen pun menuju ke kamarnya sendiri yang tak jauh dari sana. Dia berharap setelah ini hidup Lan WangJi dan Wei WuXian akan senantiasa diberkahi dengan kebahagiaan.
.
.
#
.
.
Hujan deras turun sejak pagi hingga sore, membuat kegitan di Cloud Recesses terpusat di dalam ruangan. Karena bosan, akhirnya Wei WuXian menguntit Lan WangJi ke perpustakaan, diam di sana sambil mencoret-coret kertas sementara Lan WangJi membaca kitab entah apa.
Seraya menggoreskan pena di kertasnya, Wei WuXian berpikir kalau tanpa terasa, sekarang dia sudah tinggal di Gusu selama lebih dari satu tahun. Dan selama itu dia hanya dua kali datang berkunjung ke YunMeng. Ajaibnya, Wei WuXian masih merasa waras sampai sekarang, tidak menjadi gila perlahan seperti yang dulu dia pikirkan. Malah rasanya dia jadi betah sekali di Cloud Recesses meski dengan ribuan peraturan yang kadang juga membuatnya stress.
Yang lebih mengherankan lagi, hubungannya dengan Lan WangJi juga terasa lebih dekat. Sejak awal Wei WuXian yakin kalau dia dan Lan WangJi hanya akan berujung seperti teman satu asrama saja, tanpa hubungan lebih dekat. Tapi nyatanya, sekarang dia dan Lan WangJi boleh dikatakan sudah seperti sahabat, setidaknya itu yang dikatakan oleh Lan XiChen. Siapa yang akan ragu pada perkataan seorang ZeWu-Jun, kakak kandung Lan WangJi? Orang yang paling bisa membaca apa yang dipikirkan oleh adiknya.
Wei WuXian juga seperti mendapatkan turunan ilmu dari Lan XiChen, dia sudah mengerti sedikit perubahan ekspresi di wajah datar Lan WangJi. Wei WuXian tahu kapan pemuda itu sedang baik suasana hatinya, atau saat pemuda itu sedang ada pikiran. Lan WangJi juga menunjukkan perubahan sikap yang baik terhadap Wei WuXian.
Lan WangJi bahkan membuatkannya sebuah tempat rahasia di Jingshi untuk menyimpan Emperor’s Smile. Lan WangJi bilang Wei WuXian boleh minum, tapi hanya di dalam Jingshi dan saat sedang tidak ada tugas. Sebagai gantinya, Wei WuXian tidak boleh lagi melanggar jam malam di Cloud Recesses.
Dan sampai hari ini, Wei WuXian tak sekali pun melanggar satu peraturan itu, menepati janjinya pada Lan WangJi.
Tidak hanya itu, Wei WuXian juga merasa kemampuannya berkembang pesat. Saat perburuan malam, dia berpasangan dengan Lan WangJi memburu makhluk-makhluk kegelapan yang menimbulkan kekacauan. Walau awalnya canggung, tapi sekarang Wei WuXian bisa bekerja sama dengan Lan WangJi sebaik kerjasamanya dengan Jiang Cheng. Rasanya senang … memiliki satu orang lagi yang bisa mengerti dirinya.
Wei WuXian memandang kertas yang tadinya kosong, kini sudah berisi sebuah lukisan.
Tanpa sadar Wei WuXian melukis sosok Lan WangJi yang sedang membaca.
Untunglah kemampuan seni Wei WuXian cukup bagus jadi lukisan itu tidak tampak menodai wujud asli Lan WangJi. Dia tersenyum lebar lalu menyodorkan kertas itu pada Lan WangJi, “Ini, hadiah untukmu.”
Memandang apa yang diberikan oleh Wei WuXian, raut wajah Lan WangJi sedikit berubah, membuat Wei WuXian tersenyum lebar saat kertas itu berpindah tangan.
“… Terima kasih.”
Senang, Wei WuXian duduk bersila berhadapan dengan Lan WangJi, yang memisahkan mereka hanya sebuah meja tulis kecil. Lan WangJi memandang lukisan dirinya untuk beberapa waktu sebelum beranjak untuk mengambil sesuatu dari rak buku. Dia kembali membawa sebuah gulungan kosong, lalu Lan WangJi merekatkan lukisan dirinya di sana untuk kemudian diberikan kepada Wei WuXian lagi.
“Hah? Apa?”
“… Namamu.”
Paham dan sedikit terenyuh, Wei WuXian mengambil penanya lalu menuliskan namanya di tepian kertas itu. Padahal ini hanya lukisan hasil keisengan saja … tapi Lan WangJi ingin menyimpan lukisan ini.
Terlihat puas, Lan WangJi untuk sejenak memandang lukisan itu seolah mengagumi hasil karya seniman ternama. Lalu dengan perlahan Lan WangJi menggulung lukisan itu dan mengikatnya dengan rapi. Dia mengangkat wajahnya dan bertemu pandang dengan Wei WuXian.
Melihat binar di mata Lan WangJi saat itu, Wei WuXian merasakan jantungnya berdetak sedikit lebih kencang. Ada hangat yang menyelinap ke dalam hati Wei WuXian.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Udara pagi yang menyapa Lan WangJi saat dia membuka matanya terasa berbeda. Butuh waktu sampai dia menyadari kalau saat ini dia tidak sedang berada di Cloud Recesses, melainkan di rumah kediaman keluarga Jiang di YunMeng.
Lan QiRen memberi izin pada mereka untuk bertandang ke YunMeng karena sudah cukup lama mereka tidak datang ke kampung halaman Wei WuXian. Itu akan jadi hal yang sangat tidak sopan sekali mengingat Gusu dan YunMeng kini adalah satu keluarga.
Mereka tiba di YunMeng semalam dan cukup larut karena di tengah perjalanan mereka harus berurusan dengan beberapa mayat hidup. Karena itu mereka baru sempat bertemu dengan Jiang FengMian saja sebelum akhirnya diminta untuk beristirahat dan baru menemui keluarga lain esok hari saat sarapan.
Perlahan Lan WangJi duduk dan memandang Wei WuXian yang masih pulas di sebelahnya.
Seperti rutinitas hariannya, Lan WangJi membenahi selimut Wei WuXian sebelum beranjak dari tempat tidur dan bersiap menjalani hari.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Suasana makan pagi di YunMeng sangatlah berbeda dengan di Gusu. Di sini tidak ada aturan dilarang bicara saat makan, jadi suasana sangat hidup dengan obrolan antara anggota keluarga. Namun Lan WangJi tumbuh besar di bawah aturan klannya dan dia tidak bisa melanggar begitu saja walau dia juga sudah menjadi bagian dari keluarga YunMeng. Jadilah dia hanya diam, mendengarkan percakapan di sana, bicara kalau ditanya saja.
“Ini A-Xian, biji teratai kesukaanmu.”
Lan WangJi melihat Jiang YanLi menyerahkan semangkuk biji teratai pada Wei WuXian yang menerimanya dengan senang hati. Kedekatan saudara tak sedarah itu bahkan tampak lebih dekat dari saudara sekandung. Setelah itu Jiang YanLi beranjak untuk duduk di sebelah Jiang Cheng di sisi yang lain.
“Kudengar kau dan Lan WangJi mendapat masalah di gunung Dafan,” Jiang FengMian memandang putra angkatnya, “dan kudengar juga kalian berhasil menyelesaikannya sendiri.”
Senyum terkembang di wajah Wei WuXian, “Itu benar, Paman. Lan Zhan yang mengalahkan monster itu,” Wei WuXian menirukan gerakan jika Lan WangJi menggunakan senar guqin-nya untuk menghadapi musuh, “wussh!! Dan semua selesai begitu saja. Aku cuma jadi penonton sebenarnya.”
Tidak benar. Batin Lan WangJi. Kalau saat itu dia sendirian tanpa Wei WuXian yang menjadi pengalih perhatian, dia pasti ada dalam masalah besar.
Tapi Lan WangJi tidak bicara apa-apa.
“Jiang Cheng sudah gemas saja ingin melihat perkembanganmu secara langsung,” Jiang FengMian jelas abai pada putranya yang langsung protes dan kembali bicara, “Malam ini ikutlah perburuan malam dengannya!”
Wajah Wei WuXian bersinar, “Dengan senang hati. Ya ‘kan, Lan Zhan?”
Mengangguk sebagai tanda dia setuju untuk turut serta, Lan WangJi memandang sekilas pada para anggota keluarga Jiang. Sebelum pernikahannya dengan Wei WuXian, Lan WangJi hanya pernah bertemu dengan Jiang FengMian saja kalau pria itu bertandang ke Gusu untuk membahas urusan antar klan.
Di mata Lan WangJi, sosok seorang Jiang FengMian adalah sosok ayah yang berbeda dengan ayah kandungnya. Jiang FengMian lebih bersahabat dan dekat dengan anak-anaknya. Dengan para murid YunMeng pun beliau tampak mengayomi, bukan sekedar sebagai seorang ketua klan, tapi juga figur seorang ayah.
Pandangan Lan WangJi beralih pada sosok pendamping Jiang FengMian. Seorang nyonya yang memiliki wibawa yang justru terasa lebih kuat dari suaminya. Sejak pertama bertemu dengan Yu ZiYuan, Lan WangJi paham benar kalau Yu ZiYuan bukanlah tipe wanita kebanyakan yang patuh pada suami. Yu ZiYuan adalah wanita yang kuat, tak jarang menyuarakan langsung pendapatnya. Dan Jiang FengMian tidak merasa keberatan dengan itu, justru Jiang FengMian sering meminta masukan dari istrinya jika klan Jiang sedang menghadapi masalah.
Terkadang itu membuat Lan WangJi rindu pada mendiang ibunya.
Lalu akhirya Lan WangJi memandang dua bersaudara Jiang.
Jiang YanLi adalah gadis yang pasti akan menarik banyak perhatian pemuda dengan niat untuk memperistrinya. Tidak heran. Jiang YanLi berparas ayu, bertutur kata lembut, bertingkah laku sopan, pintar memasak dan meski fisiknya lebih mirip dengan ayahnya, Jiang YanLi justru mewarisi bakat ibunya untuk mengintimidasi orang lain walau tanpa kata. Sudah berulang kali Lan WangJi melihat Wei WuXian dan Jiang Cheng bertekuk lutut di depan kakak perempuan mereka kalau keduanya melakukan kesalahan.
Sementara Jiang Cheng adalah kebalikan dari kakaknya. Pemuda itu mirip seperti ibu mereka, memiliki sifat yang keras, pantang menyerah dan sering bicara tanpa disaring terlebih dahulu. Tapi setidaknya Jiang Cheng bukan tipe yang maju duluan tanpa berpikir panjang seperti Wei WuXian. Lan WangJi merasa kalau kelak Jiang Cheng akan mampu menggantikan posisi Jiang FengMian sebagai kepala klan karena saat ini Jiang Cheng sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya seperti sang ayah.
Sungguh keluarga yang saling melengkapi satu sama lain, saling menyeimbangkan.
Dia berharap bisa memiliki keluarga seperti itu … bersama Wei WuXian.
Pikirannya sendiri membuat Lan WangJi tersedak, untung saja tidak sampai mempermalukan dirinya sendiri. Dia meletakkan mangkuk nasi dan sumpitnya. Saat akan mengambil minum, secangkir teh sudah ada di hadapannya.
“Ada yang pedas ya? Atau kau makan terlalu cepat?” tanya Wei WuXian yang mengambilkan teh untuknya.
Lan WangJi menerima cangkir itu dan meminum isinya perlahan.
Jaga pikiranmu, Lan WangJi!
Dalam hati Lan WangJi merutuk dirinya sendiri.
Saat ini dalam diri Lan WangJi, sudah tersimpan perasaan yang istimewa untuk Wei WuXian. Awalnya dia tidak mengerti kenapa setiap kali dia melihat senyum Wei WuXian, dia merasa kalau dunia baik-baik saja. Saat melihat Wei WuXian terluka, rasanya Lan WangJi siap menjelajahi pelosok dunia untuk menemukan pelakunya. Saat melihat Wei WuXian sedang tidak bersemangat, Lan WangJi ingin menjadi orang yang mengembalikan senyum pemuda itu.
Setelah satu sesi curhat –yang cukup memalukan- dengan kakaknya, Lan WangJi akhirnya menyadari apa yang dia rasakan.
Sayang.
Cinta.
Pada Wei WuXian.
Masih terekam jelas dalam ingatan Lan WangJi, wajah kakaknya yang tampak setengah geli setengah lega. Lan XiChen yang terkenal dengan sifat kalem dan lembut, saat itu terlihat hampir tertawa histeris mendengar pengakuan adiknya.
Tapi Lan WangJi tak ingin menyatakan perasaannya. Dia tak yakin Wei WuXian memiliki perasaan yang sama dengannya. Sejauh yang Lan WangJi tahu, Wei WuXian senang dengan gadis yang cantik. Selalu mempunyai cara untuk mendapatkan perhatian setiap gadis yang dia temui. Selalu gembira dan membuat tiap gadis tersenyum, tertawa karena candaannya.
Saat ini Lan WangJi hanya ingin menjaga perasaan ini sebaiknya. Memberi perhatian pada Wei WuXian dengan harapan agar perasaannya bersambut. Namun dia tak ingin memaksa. Baginya yang terpenting adalah agar Wei WuXian bahagia.
Itu saja.
.
Selesai sarapan, Lan WangJi dan tiga anak Jiang bersantai di paviliun di kolam teratai. Harus Lan WangJi akui kalau tempat ini adalah tempat kesukaannya di YunMeng. Hamparan teratai hijau dan jernihnya air membuat pikiran menjadi tenang.
Jiang YanLi menyajikan makanan ringan dan teh untuk teman mereka mengobrol.
“Senang sekali rasanya kalian bisa main kemari,” ujar Jiang YanLi yang duduk di sebelah Wei WuXian, “Jiang Cheng kalau sudah kangen padamu pasti dilampiaskan dengan memarahi Shidi-nya.”
Seketika Jiang Cheng protes, “Aku tidak begitu!!”
Jiang YanLi tertawa pelan.
Bahkan Lan WangJi saja tahu kalau apa yang Jiang YanLi katakan sepenuhnya adalah kebenaran. Tidak mengejutkan kalau kehadiran Wei WuXian di sini sangat dinanti. Setiap ada Wei WuXian, suasana akan menjadi sangat menyenangkan. Itu juga yang membuat Wei WuXian cepat diterima oleh para murid di Gusu.
“Lan WangJi.”
Memandang pada Jiang YanLi, Lan WangJi menunggu gadis itu bicara lagi.
“Kalau tidak merepotkan, mau tidak kau mainkan guqin-mu?” pinta gadis itu.
Sama seperti Wei WuXian dan Jiang Cheng yang tak bisa menolak permintaan Jiang YanLi, Lan WangJi menemukan dirinya pun menghadapi kesulitan untuk mengatakan tidak. Jadilah dia memangku guqin yang senantiasa dia bawa lalu mulai memainkan alat musik yang berfungsi ganda sebagai senjatanya juga.
Di pertengahan lagu, Lan WangJi melihat Wei WuXian berdiri dan mengambil suling hitam yang juga selalu dia bawa, terselip rapi di pinggangnya, bersebelahan dengan Suibian. Chenqing, suling yang merupakan hadiah dari Jiang FengMian dan merupakan harta berharga bagi Wei WuXian.
Suara guqin dan suling mengalun seirama menyenandungkan lagu yang sering mereka mainkan di Cloud Recesses. Setiap kali mereka berduet seperti ini, rasanya dunia di sekitar Lan WangJi menghilang, hanya menyisakannya dengan Wei WuXian seorang.
Lan WangJi ingin menikmati waktu yang seperti ini lebih lama lagi.
.
#
.
Tiga hari menginap di YunMeng, seorang utusan dari klan Wen datang membawa undangan untuk melakukan perburuan bersama. Klan Wen menemukan sarang tempat seekor monster bermukim. XuanWu, yang kabarnya meredup selama hampir satu dekade, kini terlacak oleh beberapa kultivator.
Jiang FengMian merasa ini adalah kesempatan bagus untuk mempererat hubungan antar klan, jadi dia mengutus Jiang Cheng dan beberapa murid untuk ikut serta. Tentu saja Wei WuXian dan Lan WangJi akan bergabung.
Karena perburuan akan dilaksanakan empat hari lag, maka Jiang FengMian meminta semua untuk segera berangkat hari itu juga. Jadilah Lan WangJi dan Wei WuXian mengepak barang mereka untuk menghadapi perburuan besar ini.
“XuanWu!! Ini bakal jadi pengalaman yang luar biasa,” Wei WuXian memasukkan beberapa obat-obatan ke dalam kantung kain.
Lan WangJi sendiri memastikan kedua senjatanya dalam kondisi yang sempurna. XuanWu bukanlah sembarang monster, tapi sudah hampir seperti legenda. Lengah sedikit, nyawa mereka bisa melayang.
“Wei Ying, jangan lupakan kertas jimatmu!”
“AH!!” Wei WuXian mengambil setumpukan kertas kuning dari meja dan menyimpannya di lengan baju, “hahaha … bisa celaka kalau tidak ada ini.”
Lan WangJi melihat Wei WuXian menuju lemari tempat senjata lain tersimpan, “Kau bawa busur?”
“Tidak perlu?”
“Bawa saja. Untuk jaga-jaga.”
Wei WuXian pun menyandang busur dan wadah anak panahnya. Mereka seperti prajurit yang hendak maju ke medan laga.
Begitu semua persiapan selesai, mereka berkumpul di lapangan latihan. Setelah menerima beberapa nasehat dari Jiang FengMian dan Yu ZiYuan, para pemuda terpilih pun meninggalkan YunMeng untuk menuju lokasi perburuan.
.
#
.
Ada sekitar tiga puluh orang yang ikut dalam perburuan itu. Masing-masing klan mengirim utusan mereka, begitu juga dengan Gusu. Jadi secara alamiah, Lan WangJi dan Wei WuXian berkumpul dengan saudara seperguruan mereka. Setelah membahas beberapa rencana, akhirnya kelompok itu masuk ke dalam gua.
Lan WangJi ada di barisan depan bersama Wei WuXian, Jiang Cheng dan utusan dari klan Jin. Jin ZiXuan. Pemuda yang diketahu Lan WangJi ada dalam urutan pertama dari orang yang tidak mau ditemui oleh Wei WuXian juga Jiang Cheng karena Jin ZiXuan jelas menunjukkan ketertarikan kepada Jiang YanLi.
Perlahan mereka memasuki gua itu, sengaja tidak menyalakan banyak obor agar tidak menarik perhatian. XuanWu diketahui baru saja selesai berhibernasi dan belum sempat membuat kekacauan dan memangsa manusia. Diharapkan kondisinya yang seperti itu akan membuatnya melemah dan bisa dikalahkan. Tapi mereka sama sekali tidak boleh menganggap remeh. Bagaimanapun, XuanWu adalah monster tua yang ganas.
Lan WangJi mengangkat sebelah tangannya, membuat seluruh kelompok itu berhenti.
Mereka sampai di sebuah danau yang cukup besar, di tengahnya tampak sebuah gundukan menyerupai pulau kecil. Beberapa daun mapel segar tampak mengambang di danau itu.
“Lan Zhan … kau pikir itu …”
Tak menunggu Wei WuXian menyelesaikan kalimatnya, Lan WangJi mengangguk. Itu bukan pulau, tapi tempurung XuanWu.
“Kita harus berpencar menjadi kelompok yang lebih kecil lagi,” ujar Jin ZiXuan, “monster sebesar ini gerakannya pasti tidak begitu cepat. Kita manfaatkan dengan menyerangnya dari segala penjuru.”
Setuju pada usulan Jin ZiXuan, mereka berpencar menjadi enam kelompok. Tentu saja tidak ada yang protes melihat Lan WangJi dan Wei WuXian ada di kelompok yang sama. Selain mereka, ada tiga kultvator muda dari klan lain, seorang di antaranya adalah seorang gadis.
Semua kelompok bergerak berjauhan, waspada pada apapun yang akan terjadi.
“Aku akan memancing monster itu bergerak,” Wei WuXian mengeluarkan sebuah jimat untuk menimbulkan ledakan kecil.
Semua mengangguk dan menyiagakan senjata mereka.
Lan WangJi menghunus Bichen saat Wei WuXian melempar kertas kuning itu tepat di tempurung XuanWu, ledakan yang cukup besar itu berhasil menarik perhatian sang monster. Gundukan di tengah danau itu tak bergeming dan air seketika berombak besar begitu sosok monster di dalamnya menampakkan diri.
Tanpa komando, mereka yang ahli memanah langsung melesatkan anak panak mereka ke arah XuanWu, termasuk Wei WuXian. Namun puluhan anak panah itu bahkan tak mampu menggores kulit luar XuanWu. Segera suara pedang-pedang yang membelah udara memenuhi gua itu, menebas bagian tubuh XuanWu yang bisa mereka jangkau.
Namun semua berakhir tanpa hasil. Begitupun dengan serangan yang memakai jimat atau teknik-teknik kultivasi yang mereka kuasai. Semua tak mampu menggores sosok monster berukuran luar biasa besar itu.
Kepala ular XuanWu keluar dari danau dan menyapu permukaan terdekat dengannya. Semua kelompok langsung mundur, mencari jarak aman. Bebatuan runtuh dan menghantam tanah dengan suara dentuman dahsyat.
“Wei Ying!!” Lan Zhan mengambar lengan Wei WuXian, menarik pemuda itu ke dekatnya sedetik sebelum sebuah batu besar jatuh di tempatnya tadi.
Wei WuXian memandang Lan WangJi, “Kau menyelamatkanku, Lan Zhan.”
“Jangan lengah!!” Lan Zhan mengarahkan Bichen ke mata XuanWu, namun belum lagi pedang itu mengenai sasaran, hentakan kepala XuanWu mementalkan bilah tajam itu. Lan WangJi segera memanggil pedangnya kembali dan dalam sekejap Bichen sudah ada dalam genggaman tangannya lagi.
Suasana makin mencekam karena amukan XuanWu semakin tidak terkendali. Merasa kalau mereka tak mungkin menghadapi monster ini sendiri tanpa bantuan para senior, kesepakatan tanpa suara terbentuk.
Beberapa orang menganggukkan kepala dan berteriak bersamaan, “Mundur!! Mundur!!”
Separuh panik, hampir seluruh peserta perburuan berlari ke arah mulut gua. Namun mendadak terjadi guncangan yang luar biasa hingga bebatuan besar berjatuhan dan menutup satu-satunya jalan di gua itu, menyisakan sekitar sepuluh orang terperangkap di dalam gua.
Yang tersisa langsung menjauh dari danau, menunggu sampai keadaan mereda. Akhirnya XuanWu pun tenang lagi dan kembali menyelam ke dalam air.
Meski begitu, mereka tidak bisa merasa lega. Mereka terkurung di gua ini tanpa jalan keluar. Lan WangJi memandang mereka yang ada di dalam gua bersamanya. Wei WuXian, Jiang Cheng, Jin ZiXuan dan enam orang yang tidak dia kenal.
“Ada jalan lain!” seru Wei WuXian, membuatnya jadi pusat perhatian, “kalian lihat daun di danau? Daun itu masih segar, jadi pasti ada jalan lain yang terhubung dengan danau ini.”
“Gua bawah air?” terka Jiang Cheng.
Wei WuXian mengangguk.
Murid dari YunMeng Jiang memang terkenal karena kemampuan mereka untuk menyelam dan menahan napas untuk waktu yang cukup lama, jadi tak ada yang keberatan saat Wei WuXian dan Jiang Cheng mengajukan diri untuk masuk ke dalam danau.
Lan WangJi memandang cemas pada Wei WuXian yang masuk ke dalam air bersama Jiang Cheng. Walau gerakan mereka nyaris tidak bersuara, siapa yang tahu kapan XuanWu akan bangun lagi.
Rasanya seperti menunggu berjam-jam sampai akhirnya Wei WuXian dan Jiang Cheng muncul kembali ke permukaan. Beberapa orang membantu mereka naik dan segera menjauh dari air.
“Bagaimana?” tanya Jin ZiXuan.
“Ada gua di bawah air, cukup besar untuk dilewati tiga atau empat orang sekaligus,” ujar Jiang Cheng, “Kita bisa membagi jadi tiga kelompok.”
Akhirnya dengan berusaha tidak mengeluarkan suara sama sekali, mereka akhirnya masuk ke dalam danau. Jiang Cheng dan Jin ZiXuan sudah siap menjadi pemandu jalan. Tinggal Wei WuXian dan Lan WangJi yang masih ada di darat.
“Kalian tunggu apa lagi? Ayo!!” Jiang Cheng tampak tidak sabar dan berseru dengan suara sekecil mungkin.
Lan WangJi mengangguk pada Wei WuXian dan mereka bersiap untuk masuk ke dalam air. Namun mendadak saja XuanWu bergerak lagi dan mengeluarkan raungan yang mengerikan. Gua itu kembali bergetar dan sekali lagi bebatuan berjatuhan bagai hujan.
“JIANG CHENG!! PERGI DARI SINI!! CEPAT!! BAWA YANG LAIN KELUAR!!!”
“AKU TIDAK AKAN MENINGGALKANMU!!” seru Jiang Cheng.
“PERGI!! PERGI DAN BAWA BANTUAN KEMARI!!”
Lan WangJi menarik lengan Wei WuXian untuk menghindarkan pemuda itu dari sebuah batu cukup besar yang jatuh dari bagian atas gua.
Wajah Jiang Cheng jelas tampak tidak tega meninggalkan saudaranya, namun dia juga paham kalau menyelamatkan nyawa yang lain sama pentingnya. Dengan berat hati Jiang Cheng menyelam bersama para kultivator muda lainnya dan meninggalkan Wei WuXian bersama Lan WangJi.
Keduanya bergerak menghindari bebatuan yang terus berjatuhan sampai akhirnya mereka menemukan sebuah celah yang cukup besar dan menghindarkan mereka dari amukan XuanWu.
“Sial … padahal dia belum makan sejak bangun dari hibernasi, kenapa dia sekuat ini sih?” Wei WuXian mengangkat tangannya, hendak menyibak poninya yang basah, tapi gerakan itu membuatnya mengerang kesakitan.
“Wei Ying?”
Seketika Wei WuXian menurunkan lengannya.
Lan WangJi perlahan menyentuh tangan Wei WuXian, memeriksa bagian mana yang terluka, ternyata pundak kanannya. Lan WangJi bsa melihat darah membasahi pakaian Wei WuXian. Segera dia mengeluarkan kantung berisi obat-obatan dan membantu Wei WuXian melepas lapisan pakaiannya.
Pundak Wei WuXian terluka cukup parah, sepertinya terkena bagian tajam dari batu-batu yang runtuh. Lan WangJi merobek lengan bajunya dan menggunakan kain itu untuk membersihkan luka Wei WuXian. Kemudian perlahan dia mengoleskan obat ke tempat yang terluka, bergerak begitu hati-hati supaya tak membuat Wei WuXian lebih kesakitan.
Gua itu berhenti berguncang dan sosok XuanWu kembali ke dalam air.
“… Apa yang lain berhasil keluar?” Wei WuXian menyandarkan diri ke tembok batu yang menjulang tinggi.
“Ya,” jawab Lan WangJi dengan yakin. Tangannya masih bekerja untuk memastikan luka di pundak Wei WuXian sudah terobati dengan benar. Dia merobek lengan bajunya yang lain untuk dijadikan pembebat luka Wei WuXian.
“Aiyaaa … maaf, ya. Bajumu jadi berantakan begitu.”
Lan WangJi membebat luka Wei WuXian dengan seksama, “Istrahatlah sebentar! Aku akan memeriksa sekeliling.”
Sadar diri kalau kondisinya sedang tidak baik, Wei WuXian mengangguk dan tetap duduk.
Dengan langkah ringan dan tak bersuara, Lan WangJi memeriksa setiap suduh gua itu dan nyatanya memang tak ada lagi jalan yang bisa mereka pakai untuk keluar dari sana. Menghela napas, Lan WangJi kembali ke tempat Wei WuXian hanya untuk menemukan pemuda itu tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.
Lan WangJi memakai jimat untuk membuat api unggun darurat sebelum duduk di samping Wei WuXian, perlahan mengubah posisi tidur pemuda itu. Kini Wei WuXian berbaring dengan kepalanya ada di pangkuan Lan WangJi. Wajah Wei WuXian tampak lebih tenang dalam tidur saat tangan Lan WangJi bergerak untuk mengusap kepalanya.
.
Entah berapa lama waktu berlalu, tapi jam biologis Lan WangJi mengatakan kalau paling tidak sudah lewat tiga hari sejak mereka terkurung di sini. Cadangan makanan mereka menipis dan mereka sama sekali tidak bisa mendekati air karena sepertinya XuanWu jadi luar biasa sensitif jika ada yang mendekati danau.
Lan WangJi memeriksa luka Wei WuXian dan melihat kalau luka itu tidak membaik. Udara lembab di gua ini buruk untuk proses penyembuhan.
“Aku tidak apa, Lan Zhan. Sekarang yang penting kita harus memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini,” Wei WuXian membenahi pakaiannya, “aku akan coba menyelam lagi, kau alihkan perhatian monster itu.”
Paham kalau Wei WuXian sedang tidak ingin dibantah, Lan WangJi mengangguk meski sesungguhnya dia tidak rela Wei WuXian harus masuk ke dalam air dan bisa jadi membuat lukanya terinfeksi.
Mereka berdua berdiri, sengaja membuat suara untuk menarik perhatian XuanWu. Benar saja, segera kepala XuanWu muncul ke permukaan. Lan WangJi memakai Bichen untuk membuat perhatian monster itu terpusat padanya agar Wei WuXian bisa menyelam.
Sedikit waswas, Lan WangJi terus mengawasi air, jaga-jaga kalau Wei WuXian butuh bantuan.
XuanWu kembali mengeluarkan raungan luar biasa, tepat saat itu sosok Wei WuXian muncul ke permukaan. Fokus Lan WangJi teralih dan itu membuatnya tidak sempat mengelak saat kepala XuanWu bergerak ke arahnya.
“LAN ZHAN!!”
Seruan Wei WuXian tidak terdengar oleh Lan WangJi karena dia merasakan sakit luar biasa di kakinya yang kini ada dalam gigitan taring tajam XuanWu. Tubuhnya tersapu gerakan kepala XuanWu dan Lan WangJi tak bisa berbuat apa-apa begitu monster itu melemparkannya ke atas lalu membuka mulut dengan lebar, siap untuk memakannya.
“LAN ZHAN!!”
Wei WuXian menyambar pinggang Lan WangJi tepat saat monster itu mengatupkan mulutnya, hanya untuk menangkap udara kosong. Mereka mendarat di tepi danau dan tanpa meunggu, Wei WuXian menggendong Lan WangJi di punggungnya lalu melesat berlari menjauh menuju ke celah bebatuan yang menjadi tempat persembunyian mereka.
.
“Lukanya parah.” Kali ini giliran Wei WuXian yang mengobati luka di kaki Lan WangJi akibat ggitan XuanWu, “kurasa kau patah tulang, lihat, sampai seperti ini.”
Lan WangJi pun bisa merasakan kalau tulangnya paling tidak pasti remuk atau patah akibat kuatnya gigitan XuanWu tadi.
Wei WuXian mencari potongan dahan-dahan kering yang berserakan di lantai gua itu, mungkin terbawa arus juga dari luar sana. Dia memakainya untuk menahan posisi tulang kaki Lan WangJi agar tidak semakin bergeser. Memakai kain merah yang terlilit di pinggangnya, Wei WuXian mengikat dahan-dahan itu di sekeliling kaki Lan WangJi dengan erat
Tangan Lan WangJi terkepal sampai jemarinya berwarna putih.
“Tahan sebentar!!” Wei WuXian mengencangkan ikatannya, membuat Lan WangJi akhirnya mengerang kesakitan. “Ikat kepalamu!”
Lan WangJi memandang Wei WuXian.
“Ikat kepalamu! Aku butuh itu untuk mengencangkan ikatan ini.”
Ada ragu dalam hati Lan Zhan. Ikat kepala klan Lan bukanlah benda yang bisa sembarangan dilepaskan. Lan Zhan tidak akan keberatan kalau Wei WuXian meminta ikat kepala itu supaya dia bisa memakainya, tapi kalau sampai digunakan sebagai pembebat luka … sepertinya sangat tidak pantas.
“Lan Zhan!! Ayolah!! Kakimu ini parah sekali!!” seru Wei WuXian tidak sabar.
Melihat wajah cemas di hadapannya, Lan Zhan akhirnya melepaskan ikat kepala dan memberikanya pada Wei WuXian.
Akhirnya Wei WuXian tampak puas setelah memastikan pengobatan darurat untuk kaki Lan WangJi sudah aman dan tidak akan berdampak buruk.
“Sekarang … kita punya masalah baru,” Wei WuXian duduk bersila di dekat Lan WangJi, dia menyalakan api unggun dan melepas lapis luar pakaiannya yang basah, “gua bawah air itu sudah tertutup bebatuan. Kita benar-benar terkurung di sini.”
Wei WuXian mengusap pundaknya. Bebatan kain di pundaknya tampak merah lagi, lukanya pasti terbuka.
“Posisi kita lebih dekat ke Gusu, kalau perhitunganku tidak salah … bantuan bisa sampai ke sini dalam dua hari lagi,” ujar Wei WuXian, “Kalau menunggu bantuan dari YunMeng … kira-kira tiga hari lagi. Bekal makanan kita sudah habis,” dia melirik Lan WangJi. “Kita harus mengalahkan makhluk itu secepatnya.”
Lan WangJi mengangguk.
Mereka berdua pun membahas strategi apa yang kira-kira bisa digunakan untuk mengalahkan XuanWu. Lan WangJi memikirkan untuk memakai chord assasination, kemampuannya memang belum semputna, tapi kakaknya sudah memberi izin untuk menggunakan teknik itu di kondisi terdesak.
Setelah mencapai kesepakatan, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Bermeditasi agar energi spiritual mereka terkumpul kembali.
.
.
“Kau siap, Lan Zhan?” Wei WuXian menghunus pedangnya. Suibian tampak berkilau meski di minimnya cahaya dalam gua.
Lan WangJi mengangguk. Dia sudah menyebar senar guqin-nya ke segala penjuru. Mereka aan memancing agar kepala XuanWu terangkat tinggi dari air. Semoga saja senar guqin itu cukup kuat untuk menahan XuanWu.
Dengan kode anggukan kepala, Wei WuXian melompat dan mendarat ringan di bilah Subian yang langsung melesat dengan kecepatan tinggi. Lan WangJi memandang bagaimana lihai Wei WuXian mengendalikan pedangnya di kecepatan yang seperti itu.
Membuat dua ledakan di tempurung XuanWu dengan sisa jimatnya, Wei WuXian berhasil memancing XuanWu bergerak. Monster itu mengamuk karena ketenangannya terganggu, atau mungkin karena lapar. Segera menjadikan Wei WuXian sebagai sasarannya, Lan WangJi bersiap dengan tujuh senar Guqin yang dia pegang erat, tersambung dengan jalinan senar yang dia siapkan untuk menahan XuanWu.
“Lan Zhan!!” Wei WuXian melaju ke arah jalinan senar milik Lan WangJi.
Rencana mereka berjalan mulus ketika kepala XuanWu berhasil dijerat dengan senar Lan WangJi. Tapi mereka salah memperkirakan kekuatan monster itu, walau berhasil ditahan, namun senar milik Lan WangJi tidak melukai XuanWu sama sekali.
Masih berusaha sekuat tenaga untuk menahan amukan XuanWu, mendadak aliran darah Lan WangJi seolah terbalik begitu melihat Wei WuXian melompat tepat ke arah mulut XuanWu yang terbuka lebar, Suibian tergenggam erat di tangannya.
“WEI YING!!”
Kehilangan kendali pada senarnya, Lan WangJi terseret gerakan XuanWu dan terhempas menghantam dnding batu. Lan WangJi memuntahkan darah segar tapi dia tak melepaskan senarnya.
“WEI YING!!” walau sekujur tubuhnya terasa sakit, Lan WangJi masih mencari keberadaan Wei WuXian, sampai akhirnya dia melihat sebuah pedang menembus leher XuanWu dari dalam. Itu membuat XuanWu meraung dan menghentakkan kepalanya. Lan WangJi memakai kesempatan itu untuk mengikatkan senar-senarnya di tempat yang sama dengan luka tusukan.
Mengalirkan seluruh sisa energinya pada senar guqin, Lan WangJi mempererat lilitan di leher XuanWu. Pedang yang menembus dari dalam pun terlihat bergerak dan akhirnya setelah perjuangan keras, leher XuanWu terpisah dari tubuhnya.
Saat itu mata Lan WangJi menangkap sosok Wei WuXian yang keluar dari leher XuanWu yang terpotong. Pemuda itu tak sadarkan diri dan langsung terjatuh ke dalam danau. Abai pada luka dan nyeri di tubuhnya, Lan WangJi berlari dan menyelam untuk menyelamatkan Wei WuXian
.
.
“Nggh … Lan Zhan?”
“Ssh … jangan bergerak dulu!” Lan WangJi mengusap kepala Wei WuXian yang sekali lagi berbaring dengan kepala di pangkuannya.
“Monsternya?”
“Sudah mati. Kau membunuhnya.”
Ada senyum lemah di wajah Wei WuXian, “Bohong … tidak mungkin aku membunuhnya sendiri.”
Lan WangJi tidak bicara.
Mendengar erangan dari Wei WuXian, Lan WangJi tidak bisa abai pada panik di hatinya. Sejak keluar dari danau, Wei WuXian tekena demam tinggi, mungkin akibat lukanya berulang kali basah dan bisa jadi sudah terinfeksi.
“Lan Zhan …”
“Hm?”
“Sepi sekali di sini,” Wei WuXian membuka matanya dan memandang Lan WangJi, “nyanyikan lagu untukku.”
Tak sampai hati menolak, Lan WangJi memenuhi permintaan Wei WuXian. Dengan suara lembut, dia menggumamkan sebuah irama. Sebuah nada yang tercipta saat Lan WangJi menerima perasaannya pada Wei WuXian. Sebuah lagu yang sesungguhnya akan dia persembahkan pada Wei WuXian jika perasaan mereka bersambut ….
Saat Lan WangJi selesai dengan nada lagunya yang masih belum sempurna, dia bertemu pandang dengan Wei WuXian. Tangan Lan WangJi bergerak untuk menyibak poni Wei WuXian dan entah didorong oleh adrenalin yang tersisa atau hanya dorongan hasrat belaka, Lan WangJi merendahkan tubuhnya, mendekatan wajahnya pada Wei WuXian.
Begitu bibir mereka bertemu, kehangatan membungkusnya dengan sempurna.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Insiden di gua XuanWu akhirya selesai begitu bala bantuan dari Gusu dan YunMeng datang di waktu bersamaan. Wei WuXian dan Lan WangJi berhasil di selamatkan dari dalam gua walau dalam kondisi tidak sadarkan diri dan mengalami luka parah.
Jiang FengMian memutuskan untuk membawa kedua pemuda itu ke YunMeng karena perjalanan ke Gusu yang didominasi tanjakan tidak akan membawa dampak baik pada Wei WuXian dan Lan WangJi. Lan XiChen setuju dan meminta agar diizinkan turut serta ke YunMeng untuk menemani adiknya. Jiang FengMian juga segera mengutus seseorang ke Qishan Wen, meminta agar Wen Rohan sekiranya sudi untuk mengirim tabib terbaiknya ke YunMeng.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Selama dua minggu penuh Wei WuXian dan Lan WangJi berada dalam pengawasan khusus. Wen Qing, tabib ternama yang sudah tersohor di usianya yang masih muda, setiap hari memeriksa kondisi pasiennya. Selain luka di tubuh mereka, kedua pemuda itu nyaris tidak makan apapun selama lebih dari empat hari saat terkurung di dalam gua.
Namun kemampuan Wen Qing bukanlah isapan jempol belaka. Kondisi Wei WuXian dan Lan WangJi berangsur membaik dan hari ini, akhirnya mereka berdua membuka mata.
“A-Xian!!” Jiang YanLi duduk di sisi tempat tidur Wei WuXian, wajahnya terlihat sembab karena beberapa hari belakangan ini dia sering menangis.
“… Shijie?” Wei WuXian juga melihat Jiang FengMian, Yu ZiYuan dan Jiang Cheng di dekatnya. Mendadak Wei WuXian langsung duduk saat teringat apa yang terjadi, “Lan Zhan?!!”
Jiang FengMian menahan pundak Wei WuXian, “Tenanglah, A-Xian, WangJi ada di sana,” dia memberi isyarat dengan gerakan kepalanya.
Mengikuti arah pandang pamannya, Wei WuXian menoleh dan melihat Lan WangJi berbaring di tempat tidur yang tak jauh darinya. Lan XiChen duduk di dekat adiknya, terlihat lega. Segera Wei WuXian menarik napas lega dan tidak melawan saat Jiang FengMian membaringkannya lagi.
Karena kedua pasiennya sudah bangun, Wen Qing meminta semua untuk keluar agar dia bisa memeriksa kondisi Wei WuXian dan Lan WangJi dengan lebih tenang.
“A-Ning! Kenapa lama sekali?” seru Wen Qing ke arah pintu.
Wei WuXian mengangkat sebelah alisnya saat mendengar nama yang familiar. Dan berikutnya sosok yang familiar juga masuk ke dalam ruang pengobatan.
“Wen Ning? Kenapa kau di sini?” tanya Wei WuXian.
Wen Ning berdiri di sebelah Wen Qing, “T- Tuan Muda Wei … S- saya …”
“Dia adikku,” ujar Wen Qing yang tampak tidak sabar pada kecanggungan adiknya, “kalian saling kenal?”
“Begitulah. Waktu acara lomba panahan kapan dulu itu.”
Wen Qing meletakkan tangannya di kening Wei WuXian, “Masih sedikit demam, tapi lukamu sudah lebih baik. Infeksinya sudah teratasi, tapi kau tidak boleh menggerakkannya dulu! Setidaknya sampai seminggu lagi.”
Saat Wen Qing beralih untuk memeriksa Lan WangJi, Wen Ning memberikan secangkir penuh berisi ramuan obat.
“Minum itu sampai habis!” kata Wen Qing dengan nada yang mirip sekali dengan Yu ZiYuan setiap kali habis mengomeli Wei WuXian atau Jiang Cheng kalau mereka sedang sakit. Terdengar keras, tapi tidak menghapus kesan sayang dan lembut.
Menurut, Wei WuXian meneguk obat yang sangat pahit itu sekaligus. Kemudian dia menoleh pada Lan WangJi, “Bagaimana kakinya?”
“Patahan tulangnya bersih. Kau membebatnya dengan baik jadi kondisinya tidak semakin parah,” Wen Qing juga memeriksa suhu badan Lan WangJi, “Sebulan ini jangan lakukan latihan berat. Tulangmu butuh waktu untuk pulih dengan sempurna.”
Wen Ning kemudian menghampiri Lan WangJi saat Wen Qing membantunya duduk. Dia juga menyerahkan ramuan obat pada Lan WangJi yang langsung meminumnya. Wei WuXian menahan tawa melihat raut wajah Lan WangJi sedikit berubah saat cairan pekat berasa pahit itu menyentuh lidahnya.
“Istirahatlah dengan cukup, makan dengan teratur, minum obat kalian!” Wen Qing berdiri dan meadang dua pemuda itu, “kalau besok kondisi kalian tidak lebih baik dari sekarang, jangan salahkan kalau aku terpaksa memakai jarum akupuntur dan membuat kalian benar-benar tidak bisa bergerak!” ancamnya. “Ayo, Wen Ning, masih ada obat yang harus kita rebus,”
Wen Ning mengikuti kakaknya keluar rumah setelah membungkuk hormat pada Wei WuXian dan Lan WangJi. Pintu ruang pengobatan tertutup dan meninggalkan Wei WuXian bersama Lan WangJi seorang.
Beranjak dari tempat tidurnya, Wei WuXian menahan sakit di pundaknya. Tapi itu tak mengurungkan niatnya untuk duduk di sisi tempat tidur Lan WangJi. Tidak ada kata yang terucap di antara mereka. Saat Wei WuXian meraih jemari Lan WangJi, segera saja jemari mereka bertaut, erat, tak ingin saling melepaskan. Wei WuXian membiarkan Lan WangJi menyentuh sisi wajahnya, terasa nyaman. Wei WuXian memejamkan mata saat melihat bias dirinya di mata Lan WangJi.
Kali kedua bibir mereka bertemu. Kali ini tak secanggung dan tak sesingkat ciuman pertama mereka. Wei WuXian membiarkan Lan WangJi memegang kendali, sepenuhnya menikmati sentuhan bibir pemuda itu padanya.
Begitu mereka melepaskan diri, keduanya menyentuhkan kening mereka, jemari masih bertaut.
“Wei Ying …”
Suara Lan WangJi terdengar sedikit bergetar, membuat Wei WuXian tak bisa menahan diri untuk memeluknya. Kedua tangannya melingkar di punggung Lan WangJi, membiarkan pemuda itu bersandar di pundaknya yang tidak terluka.
Akhirnya …
Sebuah tanda tanya besar yang menggelayuti hati Wei WuXian sejak lama, kini sudah menemukan jawabnya.
Dia jatuh cinta pada Lan WangJi.
Dan sepertinya dia juga berhasil membuat Lan WangJi jatuh cinta kepadanya.
Sungguh … siapa yang menyangka akan jadi seperti ini?
Untuk beberapa saat mereka tetap dalam posisi seperti itu sampai akhirnya Lan WangJi menegakkan diri dan memandang lurus pada mata Wei WuXian.
Wei WuXian bukan tipe yang terlalu suka pada kesunyian, namun kali ini, dia menikmati setiap detiknya bersama Lan WangJi tanpa bicara sepatah katapun. Karena saat ini otaknya tidak mampu memproses kata yang bisa mengungkapkan buncah rasa yang memenuhi hatinya.
.
Empat hari kemudian Wen Qing dan Wen Ning kembali ke Qishan setelah memastikan kondisi Wei WuXian juga Lan WangJi sudah melewati masa bahaya. Dia juga meninggalkan ramuan obat untuk dua bulan penuh dengan pesan kalau obat itu harus diminum rutin sampai habis walau luka mereka sudah sembuh nanti.
Hari ini Wei WuXian bersma Lan WangJi, Jiang Cheng dan Jiang YanLi bersantai di paviliun kolam teratai. Mereka mengobrol santai ditemani camilan dan teh melati buatan Jiang YanLi.
“Jadi kalian akan ada di sini sampai pulih benar?” Jiang YanLi tak bisa menahan rasa gembiranya.
“Ya. ZeWu-Jun bilang begitu daripada memaksakan diri kembali ke Gusu, lebih baik kami memulihkan diri di sini,” ujar Wei WuXian.
Jiang YanLi tersenyum lebar.
“Bagus juga kalau kau ada di sini,” Jiang Cheng duduk bersandar di pagar paviliun, “jadi ada yang bantu aku untuk menyingkirkan si Jin ZiXuan itu jauh-jauh.”
“A-Cheng!!”
Wei WuXian menautkan keningnya, “Kenapa dengan dia?”
Raut wajah Jiang Cheng berubah masam, “Dia sempat menjenguk kalian kemari waktu itu, dan kau tahu? Dia berani-beraninya memberikan puisi pada A-Jie!!”
“APA?!” Wei WuXian melompat berdiri, “Berani-beraninya dia itu!!”
“A-Cheng, A-Xian!! Kenapa kalian selalu begini? Tuan Muda Jin hanya memberikan lukisan dan puisi tentang musim semi.”
Jiang Cheng ikut berdiri dan mengepalkan tangannya, “Musim semi apa? Sekarang di ujung musim gugur dan musim dingin akan segera datang!!”
Wajah Jiang YanLi bersemu merah saat dia memandang kedua adiknya, “Kalau kalian seperti ini terus, sepanjang musim dingin jangan harap aku mau buatkan sup iga untuk kalian.”
Ancaman itu seketika membuat Wei WuXian dan Jiang Cheng tidak bersuara lagi.
Jiang YanLi menghela napas panjang lalu memandang Lan WangJi, “Maaf ya, mereka selalu saja ribut seperti ini. Kalau terganggu, kau boleh pakai mantra supaya mereka berdua diam.”
Mendengar itu, Wei WuXian merengut sebelum duduk lagi di sebelah Lan WangJi, “Shijie … jahad banget sih?”
Obrolan berlanjut tanpa menyinggung tentang Jin ZiXuan lagi.
Tak lama, sosok Lan XiChen muncul dari ujung koridor, semua –kecuali Lan WangJi- langsung berdiri untuk memberi hormat. Lan WangJi sendiri hanya membungkukkan separuh badannya dalam posisi duduk karena dia belum diizinkan untuk menggerakkan kakinya terlalu sering.
Lan XiChen mengangkat sebelah tangannya, isyarat kalau tidak perlu terlalu formal.
“WangJi, aku akan kembali ke Gusu. Aku akan sampaikan kabarmu pada ketua klan. Kau prioritaskan saja penyembuhan dirimu. Wei Ying juga.” Lan XiChen memandang Jiang Cheng dan Jiang YanLi, “Saya titipkan WangJi pada kalian, maaf jika merepotkan.”
Jiang YanLi menggeleng, “Tidak merepotkan sama sekali. Sekarang kita satu keluarga, sewajarnya saling menjaga.”
Berada di dekat ini dengan dua manusia yang memiliki senyum surgawi, rasanya hati siapapun akan tersucikan.
Setelah itu Lan XiChen pun berpamitan. Raut wajahnya menampakkan kegembiraan yang tidak biasa saat dia memandang Wei WuXian dan Lan WangJi sekali sebelum berbalik pergi meninggalkan paviliun. Wei WuXian yakin kalau Lan XiChen tahu kalau hubungannya dengan Lan WangJi tidak lagi sama seperti dulu. Seorang ZeWu-Jun memang sangatlah ahli membaca pikiran orang, karena itu Wei WuXian sudah kapok berbohong pada kakak iparnya.
.
Hujan turun cukup deras sore itu, Wei WuXian menemani Lan WangJi di kamar karena kaki pemuda itu terasa sakit lagi akibat hawa dingin. Wei WuXian mengambil selimut tambahan dari dalam lemari dan menumpuknya dengan selimut di kaki Lan WangJi.
“Masih sakit?”
Lan WangJi menggeleng pelan.
“Aku ambilkan teh untukmu, ya?!” Wei WuXian hendak beranjak, tapi lengannya ditahan oleh Lan WangJi. Akhirnya dia mengurungkan niat dan duduk di dekat Lan WangJi, “Kau itu kalau sedang sakit memang jadi manja, ya?”
“… Tidak manja.”
Wei WuXian mengerutkan keningnya, “Tidak manja tapi tidak mau ditinggal sendirian. Memangnya kau itu bocah?”
Tak menjawab, Lan WangJi bersandar di pundak Wei WuXian.
Sejak hubungan mereka naik satu tingkat, rasanya sifat Lan WangJi banyak berubah, setidaknya saat mereka sedang berdua seperti ini. Lan WangJi seakan melepas topeng ‘sempurna’ yang selalu terpasang. Gerak tubuhnya menjadi lebih santai, lebih terbuka. Dan Wei WuXian senang karena itu tanda kalau Lan WangJi merasa nyaman bersamanya. Wei WuXian mengusap kepala Lan WangJi, merasakan helai halus dan lembut menyapa telapak tangannya.
Rasanya sedikit lucu kalau menyebut status hubungan mereka sebagai ‘kekasih’ saat mereka sudah resmi menikah lebih dari satu tahun. Tapi keduanya sepakat untuk menjalaninya perlahan. Sama seperti saat awal pernikahan mereka. Saling mengenal, menjadi teman, sahabat. Sekarang pun mereka ingin tetap begitu. Perlahan menjalani hubungan baru ini. Mereka masih muda, masih banyak hal yang tidak mereka pahami dan keduanya tak ingin terburu-buru.
Yang terpenting saat ini adalah mereka bisa tetap bersama,
Suara napas Lan WangJi yang teratur membuat Lan WangJi sadar kalau pemuda itu sudah tidur. Perlahan, Wei WuXian membaringkannya lalu menyelimuti Lan WangJi.
Kalau sedang begini, sepertinya Lan WangJi masih belum bisa ikut makan malam bersama. Wei WuXian pun beranjak pergi memberi tahu pelayan di dapur kalau makan malam mereka diantarkan saja ke kamar.
Dari dapur, Wei WuXian juga membawa beberapa camilan karena perutnya jadi cepat terasa lapar. Memang Wen Qing pernah bilang kalau efek obatnya akan membuat nafsu makan mereka bertambah.
“Wei WuXian.”
Mendengar suara bibinya, Wei WuXian menoleh dan memberi hormat.
“Kenapa kau sendirian?”
“Ah … Lan Zhan sedang tidur. Kakinya sakit lagi, jadi kurasa hari ini kami belum bisa makan bersama.”
Wajah Yu ZiYuan tampak melembut, sekeras apapun dia pada Wei WuXian, dia tetap menganggap pemuda itu seperti anaknya sendiri, “Istirahatlah sampai kalian benar-benar pulih! Tidak usah memusingkan makan malam bersama atau latihan.” Yu ZiYuan berjalan mendekat dan mengusap wajah Wei WuXian, “Apa yang kau lakukan di gua XuanWu sungguh membuatku bangga, Wei Ying.”
Sungguh jarang sekali Wei WuXian mendengar Yu ZiYuan memakai nama kecilnya, tapi itu membuat hatinya terasa hangat. Terlebih lagi Yu ZiYuan bilang ia bangga, Wei WuXian merasa seperti terbang ke langit.
Yu ZiYuan berlalu dan Wei WuXian masih setengah terpana sampai lupa memberi hormat. Setelah tersadar, Wei WuXian langsung menuju ke kamar, dia lega karena Lan WangJi masih tidur. Meletakkan piring berisi camilan yang dia bawa ke meja, Wei WuXian duduk lagi di samping Lan WangJi, memandang wajah tidurnya yang terlihat seperti anak kecil.
Sampai hari berubah gelap, Wei WuXian tidak beranjak lagi dari tempatnya.
.
.
#
.
.
Tidak sampai satu bulan kemudian, tepat saat salju pertama turun di YunMeng, kaki Lan WangJi bisa dikatakan hampir pulih sepenuhnya. Tidak perlu lagi disangga, tidak perlu lagi memakai tongkat untuk membantunya berjalan. Itu membuat suasana Wei WuXian menjadi sangat senang luar biasa.
Kebahagiaan itu menular ke seluruh penghuni kediaman Jiang hingga akhirnya Jiang FengMian memutuskan ini adalah hari yang baik untuk mengadakan perjamuan. Jadilah, malam itu sajian yang dihidangkan sungguh sangat mewah.
“Untuk kesembuhan Wei Ying dan Lan WangJi,” Jiang FengMian mengangkat cawannya, “bersulang!”
“Bersulang!!” semua mengangkat cawan mereka, kecuali Lan WangJi yang masih kukuh tidak mau minum alkohol, jadi dia mengangkat cangkir tehnya.
Wei WuXian terharu karena keluarganya begitu perhatian kepada Lan WangJi, bahkan menyediakan masakan khusus untuknya yang tidak terlalu beraroma dan berasa tajam.
“Kepala Klan Jiang, Nyonya Yu, saya berterima kasih atas kebaikan hati kalian,” ujar Lan WangJi.
Jiang FengMian tersenyum, “Tidak perlu sungkan. Kau suami Wei Ying, artinya kau juga putra kami.”
Dulu, Wei WuXian akan cuek saja dengan kata ‘suami’, tapi dia yang sekarang rasanya ingin sekali berguling ke kegelapan malam dan menghilang selamanya demi menahan panas yang merambat ke pipinya.
Mata Wei WuXian tertuju pada Jiang Cheng saat dia dengar pemuda itu menahan tawa dari seberang ruangan. Dia juga melihat Jiang YanLi tersenyum penuh arti padanya.
Bagus. Mereka berdua sepertinya juga sudah mengendus perubahan di antara kami. Batin Wei WuXian merana, belum siap menerima godaan dari Jiang Cheng yang pasti tidak akan berhenti untuk waktu yang lama.
Seperti biasa, makan malam di keluarga Jiang pasti penuh dengan obrolan. Suasana hangat mengusir hawa dingin yang mulai menyelimuti YunMeng. Wei WuXian menikmati makanan yang tersaji di mejanya. Ikan bakar pedas, tumis sayur pedas, sup iga spesial buatan Jiang YanLi. Dia bisa tambah sampai empat mangkuk nasi kalau diberi lauk seenak ini.
“Kalian tidak tergesa untuk kembali ke Gusu, kan?” tanya Jiang YanLi, suaranya jelas menyimpan harap.
Wei WuXian melirik pada Lan WangJi sebelum menjawab pertanyaan Shijie-nya, “Tidak. Kemarin ada surat dari ZeWu-Jun, ia bilang kami boleh ada di YunMeng sampai musim dingin berlalu.”
Mendengar itu, Jiang YanLi mengatupkan kedua tangannya dengan wajah berseri, “Oh, aku senang sekali kalian akan lama di sini.”
“Bagus kalau begitu. Kau tidak bisa mengelak lagi untuk latih tanding denganku, Wei WuXian!” tuntut Jiang Cheng.
“Iya iya!! Aku juga sudah boleh latihan dengan normal, jadi jangan salahkan kalau kau kalah lagi ya?!”
Jiang Cheng merengut, “Aku tidak akan kalah semudah itu.”
Sambil menikmati hidangan yang tersaji, Wei WuXian melihat Lan WangJi juga mengobrol dengan Jiang FengMian dan Yu ZiYuan, tentu saja tidak seheboh obrolannya dengan Jiang YanLi atau Jiang Cheng. Wei WuXian senang karena Lan WangJi tampak sudah nyaman dengan keluarga Jiang, tidak lagi kaku dengan peraturan klannya yang melarang bicara saat makan. Toh saat ini mereka ada di YunMeng, bukan di Gusu.
.
“Kau suka makan malamnya?”
“… Mn.”
Wei WuXian merapat pada Lan WangJi memeluk pinggang pemuda itu dengan sebelah tangannya. Sekarang, ini adalah posisi tidur yang paling disukai Wei WuXian. Kepalanya nyaman bersandar di pundak Lan WangJi dan lebih nyaman lagi saat Lan WangJi juga mengusap-usap punggungnya.
“Karena kita akan menghabiskan musim dingin di YunMeng … aku harus mengajakmu menikmati perairan di sini saat sudah membeku nanti.”
“… Mn.”
Wei WuXian tersenyum, memejamkan matanya dan menikmati aroma cendana yang khas dari tubuh Lan WangJi. Dia menguap lebar dan memeluk Lan WangJi makin erat. Sepertinya dia sudah ketularan kebiasaan Lan WangJi yang tidur jam sembilan dan bangun jam lima.
“Tidurlah!”
Suara lembut Lan WangJi membuat Wei WuXian tak bisa menahan kantuknya. Membiarkan tubuhnya terasa santai, Wei WuXian segera larut dalam tidur tanpa mimpi.
.
.
Memenuhi tantangan Jiang Cheng, hari ini Wei WuXian bergabung dengan para Shidi di halaman latihan. Lan WangJi juga ada di sana dan menyandang Bichen di pinggangnya. Sosok Lan WangJi tampak menonjol dengan seragam Gusu yang serba putih, mencolok di lautan seragam ungu YunMeng.
Rasanya senang bisa berlatih bersama murid YunMeng lagi. Bukannya Wei WuXian tidak senang berlatih dengan murid di Gusu, tapi perbedaan mencolok di aliran pedang mereka membuat Wei WuXian sulit menyesuaikan diri.
Latihan tanding Wei WuXian dengan Jiang Cheng berakhir saat bilah Suibian terlempar jauh dari tangan Wei WuXian dan Sandu milik Jiang Cheng terhunus tepat di lehernya.
“Sepertinya kau kurang olah raga, Wei WuXian,” Jiang Cheng menyarungkan pedang miliknya.
Wei WuXian tertawa, “Ya maaf, sebulan ini kan aku memanjakan diri jadi pasien kesayangan,” dia bersiul dan Suibian meluncur mulus kembali dalam genggamannya.
Tepuk tangan riuh terdengar dari barisan para Shiidi yang terpana melihat aksi kedua senior mereka. Wei WuXian dan Jiang Cheng saling memberi hormat sebelum turun dari arena latihan.
“Bagaimana kalau kau melawan Lan Zhan?” tawar Wei WuXian saat mereka sampai di dekat Lan WangJi.
Jiang Cheng mengangkat sebelah alisnya, “Kau mau?”
Anggukan menjadi jawaban Lan WangJi.
Wajah Jiang Cheng kembali bersemangat, “Kapan lagi bisa latih tanding melawanmu, Lan WangJi.”
Menunggu sampai beberapa Shidi selesai berlatih, akhirnya Jiang Cheng kembali ke arena, kini bersama Lan WangJi.
Wei WuXian duduk bersila di tanah, bersemangat menunggu latihan pertama Lan WangJi di YunMeng. Murid yang lain juga terlihat tidak sabar. Nama Lan WangJi memang sudah tersiar sebagai seorang jenius yang menyandang julukan Giok Kembar bersama Lan XiChen.
Suasana hening saat Jiang Cheng membuka serangan pertama. Semua mata tertuju ke arena, memandang bagaimana Lan WangJi tampak sama sekali tidak kesulitan menghindari Sandu. Langkah ringan Lan WangJi bisa mengimbangin gerakan Jiang Cheng yang lebih cepat dan penuh tenaga.
“Aliran pedang Lan memang indah.”
Mendengar suara Jiang FengMian, Wei WuXian menoleh dan langung melompat berdiri, “Paman! Sejak kapan di sini?”
“Baru saja,” Jiang FengMian memandang putranya yang melawan murid kebanggaan klan Lan.
Sejenak mereka diam, mengamati latihan di arena. Jiang Cheng sedikit terhuyung saat bilah Bichen dengan ringan menepis Sandu yang melesat kencang. Serangan dari Jiang Cheng tidak berakhir di sana, pemuda itu memutar badannya dan mengarahkan Sandu ke arah pundak Lan WangJi. Serangan itu dihindari Lan WangJi hanya dengan sedikit gerakan menyamping, membuat bilah Sandu berlalu di depan dadanya. Lan WangJi sedikit merendahkan tubuhnya dan dia menghantamkan telapak tangannya telak ke pinggang Jiang Cheng, seketika membuat pemuda itu terhempas mundur dan hampir keluar arena.
Heh!! Jadi itu hasil dari hukuman menyalin peraturan klan sambil berdiri dengan tangan? Wei WuXian terkekeh sendiri. Kurasa kapan-kapan aku harus mencobanya.
“Kemampuannya benar-benar luar biasa,” ujar Jiang FengMian, “kau beruntung bisa berlatih dengannya setiap hari, kurasa itu juga yang mempengaruhi perkembanganmu.”
Wei WuXian tersenyum lebar.
Suara denting aduan Sandu dan Bichen memenuhi tanah lapang itu, semua seperti menahan napas melihat latihan tanding yang tidak biasa di arena.
Tapi mendadak saja Wei WuXian menghentikan latihan itu dengan melompat tiba-tiba ke tengah arena dan memakai Suiban untuk menahan Bichen dan Sandu yang hampir beradu.
“Wei WuXian!! Apa-apaan kau?! BAHAYA!!” Jiang Cheng mendelik pada saudaranya.
Tapi Wei WuXian justru memandang Lan WangJi, “Kakimu sakit lagi, kan?!”
Itu membuat Jiang Cheng juga mengarahkan pandangannya pada Lan WangJi tapi dia tidak bicara.
“Yak!! Latihan selesai!!” Wei WuXian menyambar lengan Lan WangJi dan menyeretnya keluar arena. Jiang Cheng mengikuti mereka dari belakang setelah memberi aba-aba pada murid yang lain untuk kembali berlatih.
Wei WuXian membantu Lan WangJi duduk di kursi kayu yang ada di tepi lapangan.
“Sakit sekali?” tanya Wei WuXian.
“… Tidak. Hanya nyeri.”
Alis Wei WuXian bertaut, “Kau ini selaaaaalu saja begitu,” dia mendengus.
Jiang FengMian menghampiri mereka, “Perlu aku panggilkan tabib?”
Yang menjawab tetap Wei WuXian, “Tidak perlu, Paman. Obat luar dari tabib Wen Qing masih tersisa.”
“Kalau begitu bawalah dia beristirahat!”
“Baik, Paman.” Wei WuXian membantu Lan WangJi berdiri lalu meninggalkan lapangan latihan.
.
Malam harinya, Lan WangJi absen dari makan malam karena tak ingin membebani kakinya, jadi dia memutuskan untuk makan di kamar saja. Sebenarnya Wei WuXian ingin menemaninya, tapi Lan WangJi meminta supaya Wei WuXian makan dengan keluarganya saja.
Jadilah malam ini Wei WuXian duduk bersama Jiang Cheng dan Jiang YanLi, seperti saat sebelum dia menikah.
“Bagaimana kondisi Lan WangJi?” tanya Yu ZiYuan yang jelas sudah jatuh sayang pada murid kebanggaan klan Lan itu.
“Tidak ada yang parah, Bibi. Dia hanya suka memaksakan diri seperti itu,” wajah Wei WuXian cemberut.
Jiang Cheng memandang Wei WuXian, “Bagaimana kau tahu kalau kakinya sakit waktu latihan tadi?”
“Kau tidak lihat dia limbung waktu mendarat saat menghindari pedangmu? Keningnya berkerut waktu itu.”
Ada jeda hening untuk beberapa detik di ruang makan.
Jiang FengMian berdehem untuk mengatasi keheningan canggung itu, “Ya— syukurlah kalau kondisinya tidak parah. Udara musim dingin di YunMeng juga pasti berbeda dengan di Gusu, pastikan dia tidak sampai sakit.”
“Baik, Paman,” Wei WuXian kembali menikmati makanannya, abai ada Yu ZiYuan yang menggelengkan kepala sambil menghela napas, atau Jiang YanLi yang tertawa pelan dan Jiang Cheng yang sepertinya lupa cara untuk menutup mulutnya yang menganga semenjak tadi.
Sungguh … siapa yang mengira seorang Wei WuXian akhirnya takluk juga pada rasa yang bernama cinta.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Matahari bersinar sangat cerah hari itu. Sungguh suasana yang sangat tepat untuk menyelenggarakan upacara pernikahan. Lan WangJi dan Wei WuXian menaiki tangga menuju ke kediaman keluarga Jin, karena hari ini adalah pernikahan calon penerus posisi kepala klan Jin ZiXuan.
Setelah perjuangan panjang tanpa kenal lelah –dan takut-, Jin ZiXuan akhirnya berhasil meminang Jiang YanLi untuk mendampinginya membangun rumah tangga. Kabar itu tentu saja menjadi berita akbar karena sekali lagi dua klan besar menjalin hubungan kekeluargaan melalui pernikahan.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
“Jangan berwajah masam seperti itu,” ujar Lan WangJi saat melihat Wei WuXian masih merengut sepanjang jalan menuju ke kamar Jiang YanLi sebelum pernikahan diselenggarakan esok hari. Seorang pelayan keluarga Jin mengantar mereka menyusuri kompleks bangunan Menara Koi di Lanling yang ternama karena kemegahannya.
“Aku kesal,” gerutu Wei WuXian.
Lan WangJi berjalan di sisi pemuda yang telah mencuri hatinya dan juga sudah mendampingnya selama lebih dari dua tahun dalam pernikahan, “Tidak ada yang salah dengan Tuan Muda Jin.”
Dari cerita Wei WuXian, Lan WangJi tahu bagaimana gigihnya seorang Jin ZiXuan mengejar hati Jiang YanLi. Tak peduli pada ancaman tanpa henti dari Jiang Cheng atau pun surat-surat mengerikan dari Wei WuXian, pemuda itu tetap teguh pendirian.
“Shijie-ku jadi istri orang … aku tidak tahu harus senang atau sedih.”
“… Berbahagialah untuknya.”
Bibir Wei WuXian mengerucut, “Tapi kan aku jadi tidak bisa menikmati masakan Shijie lagi.”
Walau terus menggerutu seperti itu, Lan WangJi tahu kalau di dalam hatinya, Wei WuXian berbahagia untuk kakak perempuan yang sangat dia sayangi.
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kecil yang dikelilingi oleh taman bunga dan kolam yang indah. Di sana mereka lihat ada keluarga Jiang berkumpul dan duduk santai di teras.
Melihat kehadiran mereka, Jiang YanLi berdiri dan langsung menghampiri Wei WuXian, memeluknya singkat, wajah gadis itu memancarkan kebahagiaan yang luar biasa.
“A-Xian, WangJi, terima kasih kalian bersedia datang,” ujar Jiang YanLi yang sebentar lagi akan menyandang nama keluarga Jin.
“Shijie bicara apa? Mana mungkin aku tidak datang ke pernikahanmu. Langit bisa mengutukku sampai seribu tahun.”
Jiang YanLi tertawa.
Kemudian mereka mengikuti Jiang YanLi kembali pada keluarga Jiang dan memberi salam hormat pada Jiang FengMian dan Yu ZiYuan sebelum duduk di kursi yang tersedia.
“Aku melihat Lan XiChen tadi, apa kalian tidak berangkat bersama?” tanya Jiang FengMian.
“Kakak berangkat bersama klan Nie karena ia ada urusan di sana sebelum ini,” ujar Lan WangJi.
Jiang FengMian mengangguk penuh arti, “Kudengar kakakmu dan Nie MingJue telah menjadi saudara sesumpah, benar begitu?”
“Ya. Mereka melakukan ritualnya pada purnama lalu.”
“Nie MingJue yang keras seperti itu memang tampak selaras dengan Lan XiChen yang lebih tenang,” Yu ZiYuan meminum teh yang hampir terlupakan, “Dengan mereka berdua menjadi pemimpin muda, kurasa masa depan dunia kultivasi akan cerah.”
Rasanya bangga, kakak yang sangat dia sayangi menerima pujian setinggi itu. Lan XiChen sejak tiga bulan yang lalu memang sudah menjadi pemimpin Klan Lan karena ayah mereka meninggal setelah sakit berkepanjangan.
Dalam diamnya Lan WangJi menikmati percakapan di tengah keluarga Jiang. Saat ini dia benar-benar merasa sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Jiang FengMian dan Yu ZiYuan menyayanginya seperti anak sendiri, Jiang YanLi dan Jiang Cheng pun sudah tidak terlalu kaku lagi saat bicara dengannya.
Memiliki dua keluarga seperti ini rasanya luar biasa.
.
“Suasana hatimu sedang senang sekali, Lan er-gege?”
Lan WangJi menoleh pada Wei WuXian yang duduk bersila di tempat tidur. Lan WangJi menyusul ke tempat tdur dan duduk di dekat Wei WuXian, meraih tangan pemuda itu dan menautkan jemari mereka.
Tanpa suara, mereka saling mendekat dan berbagi satu ciuman manis.
Walau perasaan mereka telah tersambung sejak lama, tapi keduanya masih belum siap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Bukan ragu, mereka hanya ingin menikmati setiap waktu yang mereka lalui bersama, saling mengenal sampai detail terkecil tentang pasangan mereka. Lagipula mereka sudah resmi menikah, untuk apa terburu-buru.
Saat Lan WangJi mengakhiri sentuhan itu, dia melihat Wei WuXian tersenyum lebar padanya. Dia membiarkan Wei WuXian menyibak helai rambutnya yang tergerai bebas.
“Beberapa hari ini kulihat kau sedang senang hati. Ada sesuatu yang baik terjadi padamu dan kau tidak mengatakan apapun padaku?”
Sekali lagi Lan WangJi meraih jemari Wei WuXian, kali ini dia membawa ke bibirnya dan mengecup punggung tangan Wei WuXian, “Selama kau di sini … hal baik selalu bersamaku.”
Wei WuXian tertawa, “Mulutmu makin manis saja,” dia mengecup singkat bibir Lan WangJi, “Sudah lewat jam sembilan, tidurlah!”
“… Mn,” Lan WangJi berbaring bersama Wei WuXian. Dia membawa kekasihnya ke dalam pelukan, tak ingin melepaskannya malam ini. Rasanya begitu nyaman, merasakan hangat tubuh Wei WuXian, merasakan detak jantungnya yang teratur
Setiap kali seperti ini, tidur Lan WangJi tak akan pernah terganggu oleh mimpi buruk.
.
.
Keesoan harinya, suasana di Lanling Jin sungguh luar biasa. Sejak matahari belum terbit, sudah terdengar kegiatan pelayan yang memastikan kalau semua persiapan untuk acara hari ini sudah sempurna.
Keributan itu membuat Wei WuXian, yang bahkan bisa tidur pulas saat ada badai, terbangun dan menggerutu. Lan WangJi menghiburnya dengan memberi kecupan-kecupan ringan di wajah pemuda itu.
“Berisik banget, sih? Perasaan waktu kita menikah tidak sampai begini,” Wei WuXian menguap, “tapi ya … acara perjamuan keluarga Jin saja sudah melewati kemewahan pesta pernikahan normal sih, apalagi acara seperti ini? Aku yakin makanan yang dihidangkan nanti bisa menghidupi satu desa selama seminggu.”
Lan WangJi tersenyum tipis mendengar itu, tapi dia setuju.
Kemudian mereka pun bersiap untuk menyambut hari istimewa ini. Dan sesungguhnya alasan kenapa suasana hati Lan WangJi sangat baik beberapa hari ini adalah karena Wei WuXian setuju untuk mengenakan pakaian keluarga Lan. Baju dan jubah putih dengan motif awan. Lambang sakral yang tak sembarang orang boleh memakainya.
Beberapa waktu lalu, dia dan Wei WuXian sempat bicara serius. Untuk sekali waktu itu, Wei WuXian sama sekali tidak melemparkan candaannya yang biasa. Mereka membahas tentang kehidupan mereka, tentang pernikahan.
Tentang masa depan.
Saat itu Wei WuXian meminta supaya dia diizinkan untuk tetap membawa nama Wei. Walau mereka sudah menikah dan seharusnya marga Wei WuXian sudah berubah mengikuti marga Lan WangJi, tapi Wei WuXian mengatakan kalau ada begitu banyak ‘Lan’, namun hanya ada satu ‘Wei’. Dia tidak ingin melepaskan nama peninggalan orang tuanya. Sebagai gantinya, Wei WuXian berjanji akan belajar tentang etika dan tata cara kehidupan di Cloud Recesses, mencoba menjadi pendamping yang pantas untuk Lan WangJi.
Namun bagi Lan WangJi, tanpa harus mencoba mengubah dirinya, Wei WuXian sudah menjadi pendamping yang sangat pantas untuknya. Tapi melihat tekad yang sangat kuat dalam diri Wei WuXian, akhirnya Lan WangJi meluluskan permintaan kekasihnya dan menjadi mentor bagi Wei WuXian dalam mempelajari tradisi keluarga Lan.
Hasilnya?
Lan WangJi tak pernah melihat pamannya tersenyum begitu lebar pada Wei WuXian saat kali pertama Wei WuXian menghadiri perjamuan keluarga Lan dengan mengenakan pakaian khas Cloud Recesses lengkap dengan etika yang hampir mendekati sempurna.
Walau begitu, Wei WuXian tetaplah Wei WuXian. Pemuda yang tumbuh besar di bawah sinar mentari. Pemuda dengan energi secerah mentari pagi, dengan senyum yang sepertinya mampu megusir awan mendung. Saat tidak berurusan dengan para tetua, Wei WuXian akan kembali pada sifat riangnya, berlari seolah mengikuti angin, bergerak ke sana kemari, menebarkan semangat di setiap tempat yang dia datangi.
“Kenapa malah melamun?”
Suara Wei WuXian membawa kesadaran Lan WangJi kembali ke tempatnya. Dia menoleh dan melihat Wei WuXian sedang menyisir rambutnya di depan cermin, “… tidak melamun.” Lan WangJi menghampiri Wei WuXian dan mengambil sisir dari tangannya.
Lan WangJi merapikan rambut panjang Wei WuXian, lalu menatanya perlahan. Mengambil sebagian rambut Wei WuXian dan mengikatnya longgar di belakang leher sementara sisanya dibiarkan tergerai. Lan WangJi mengambil pita merah di meja dan memakainya untuk menghias ikatan di rambut Wei WuXian.
Lalu Lan WangJi mengambil ikat kepala berwarna putih, mengecupnya sebelum memakaikannya di kening Wei WuXian. Lan WangJi pun membantu Wei WuXian memakai jubah putih yang identik dengan miliknya. Menyampirkan Subian di pinggangnya, juga Chenqing, suling kesayangan Wei WuXian.
Walau bukan kali pertama, napas Lan WangJi tetap tertahan melihat penampilan Wei WuXian yang seperti ini. Biasanya Wei WuXian selalu mengenakan pakaian berwarna gelap dan melihat pujaan hatinya dalam balutan pakaian serba putih seperti sekarang, Lan WangJi terpesona untuk kesekian kalinya.
“Jangan melihatku terus, Lan Zhan!!” Wei WuXian menggembungkan pipinya.
Lan WangJi tak bisa menahan diri dan dia mencium Wei WuXian penuh di bibir. Pertahanan diri Lan WangJi sungguh lemah jika berhadapan dengan Wei WuXian, tapi dia tak keberatan.
“Hei, kalau diteruskan, kita bisa telat,” Wei WuXian mendorong pundak Lan WangJi, “Ayo sini!! Gantian aku yang membantumu.”
Menurut, Lan WangJi membiarkan Wei WuXian menyisir rambutnya dan membantunya berpakaian.
.
Begitu mereka tiba di paviliun tempat Jiang YanLi bersiap untuk pernikahannya, seluruh keluarga Jiang yang berkumpul di sana terkejut dengan penampilan Wei WuXian.
“A-Xian?!!” Jiang YanLi pasti akan segera berdiri kalau saja kedua pundaknya tidak ditahan oleh sang ibu yang sedang menata rambutnya.
Jiang Cheng bersiul, “Wow … kau sungguh sudah jadi ‘Lan’ ya?”
“’Wei’,” ujar Lan WangJi, membuatnya menjadi pusat perhatian, “… tetap ‘Wei’.”
Wei WuXian tersenyum, dan mengalihkan topik, “Ini kan acara istimewamu, Shijie, aku tidak akan membuatmu malu.”
Jiang YanLi tersenyum dan mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Wei WuXian, “Kau tidak pernah membuatku malu, A-Xian,” ujarnya dengan kasih sayang yang tidak berubah, “kau terlihat tampan sekali dengan pakaian ini.”
“Oh? Jadi biasanya aku tidak tampan, begitu?” Wei WuXian pura-pura cemberut, membuat Jiang YanLi tertawa.
Berdiri di dekat pintu masuk, Lan WangJi melihat Jiang Cheng mendekatinya.
“Sihir apa yang kau pakai sampai membuat dia mau memakai baju seperti itu?”
Lan WangJi tak menjawab, tapi sepertinya Jiang Cheng juga sudah terbiasa dengan sikapnya.
“Dia tampak jauh lebih dewasa sejak menikah denganmu. Wei WuXian yang dulu tidak akan bisa diam kalau ada pesta seperti ini. Paling tidak dalam dua jam, bisa ada empat kekacauan karena dia.”
Dalam suara Jiang Cheng, Lan WangJi menemukan kerinduan di sana dan dia yakin Jiang Cheng tak akan pernah mengaku.
Dari tempatnya, Lan WangJi melihat Wei WuXian mengeluarkan sebuah kotak kayu berukir bunga teratai yang indah. Itu adalah hasil kerajinan tangan Wei WuXian sendiri. Sejak kabar pernikahan Jiang YanLi sampai pada mereka, setiap hari dihabiskan Wei WuXian untuk membuat kado yang istimewa. Dan Lan WangJi yakin kalau hadiah pernikahan dari Wei WuXian tak akan kalah dari kado-kado mewah yang pasti berdatangan dari setiap klan.
Jiang YanLi membuka kota panjang itu dan tertegun melihat sebuah tusuk rambut yang juga terbuat dari kayu, namun semua di ruangan itu tahu kalau di dalam tusuk rambut itu telah diberi begitu banyak mantra perlindungan yang diukir oleh Wei WuXian dengan begitu teliti. Tak akan ada pedang yang sanggup mematahkan tusuk rambut yang tampak rapuh itu.
Hanya Lan WangJi yang tahu kerja keras Wei WuXian selama hampir dua bulan ini. Hari-hari yang Wei WuXian habiskan dengan mengurung diri di perpustakaan, membaca seluruh kitab tentang mantra perlindungan. Hari-hari yang Wei WuXian habiskan untuk pergi ke kota mencari bahan terbaik. Hari-hari yang Wei WuXian untuk mencoba semua mantra yang sudah dia kuasai. Hari-hari saat Wei WuXian mengorbankan waktu tidurnya untuk menyempurnakan apa yang dia buat.
Semua itu membuat Lan WangJi semakin terseret jatuh dalam pesona seorang Wei WuXian. Pada kemampuan hati pemuda itu untuk memberi begitu banyak cinta. Pada ketulusan hati pemuda itu untuk orang-orang yang dia sayangi.
Lan WangJi sungguh merasa menjadi manusia yang paling diberkati di muka bumi.
Airmata mengalir di pipi Jiang YanLi, gadis itu menyerahkan tusuk rambut dari Wei WuXian pada ibunya, “Aku ingin memakainya di hari ini, A-Niang.”
Yu ZiYuan tidak berkata, dia menerima tusuk rambut itu dan menyematkannya di tatanan rambut putrinya.
Jiang FengMian menepuk pundak putra angkatnya, “Terima kasih, Wei Ying.”
“Ini tidak seberapa, Paman. Kalau aku mampu, aku akan buat yang lebih bagus lagi.”
Jiang YanLi meraih tangan Wei WuXian, menggenggamnya dengan erat, “Ini hadiah terbaik, A-Xian. Terima kasih.”
Kemudian Lan WangJi mengajak Wei WuXian untuk mencari Lan XiChen dan membiarkan keluarga Jiang mempersiapkan diri untuk upacara.
Mereka berjalan berdampingan dan Lan WangJi tidak bisa tak menyadari kalau sejak tadi banyak mata memandang ke arah Wei WuXian. Mungkin setengah berpikir siapa gerangan yang ada di samping Lan WangJi.
Di halaman utama, akhirnya mereka melihat Lan XiChen di sana, sedang berbincang dengan seorang dari klan Wen.
“Kakak.”
Lan XiChen menoleh dan langsung tersenyum, “WangJi, Wei Ying.”
Wei WuXian memberi hormat pada Lan XiChen.
Orang dari klan Wen itu langsung mengundurkan diri dan berlalu dari sana.
“Wei Ying, kau semakin pantas saja memakai jubah Lan,” ujar Lan XiChen pada Wei WuXian.
“Aku punya guru yang terbaik di sini.”
Lan XiChen tersenyum penuh arti pada adiknya, “Kalian sudah bertemu dengan keluarga Jiang?”
“Baru saja,” jawab Lan WangJi.
“Kalian berencana pulang ke YunMeng? Atau langsung pulang ke Gusu?” tanya Lan XiChen, “Sudah cukup lama kalian tidak pulang ke keluarga Jiang.”
Lan WangJi pun memakai kesempatan itu untuk mengutarakan niatnya dan Wei WuXian yang ingin keluar dari Gusu selama beberapa waktu. Mereka ingin melakukan perjalanan berdua, mengunjungi tempat-tempat baru, membantu mereka yang membutuhkan, mengasah kemampuan mereka di dunia luar.
Permintaan itu tak seberapa mengejutkan bagi Lan XiChen, terlebih lagi dia sudah sangat mengenal sifat adik iparnya yang tidak bisa diam. Dia justru senang Lan WangJi bersedia untuk turun gunung dan mengenal dunia. Jadi segera Lan XiChen meluluskan permintaan kedua adiknya.
“A-Huan.”
Semua menoleh ke asal suara dan Lan WangJi juga langsung memberi hormat pada Nie MingJue.
“Da-ge.” Lan XiChen juga memberi hormat pada satu-satunya orang yang dia panggil dengan sebutan kakak.
Nie MingJue memandang Wei WuXian, “Dari jauh kukira siapa, ternyata kau, Wei Ying. Kupikir WangJi punya pasangan baru.”
Itu membuat Wei WuXian memasang muka sok tersinggung, dengan dramatis dia menarik napas dan mengepalkan tangan di dadanya, “Kepala Klan Nie … jangan bicara buruk seperti itu. Lan Zhan-ku tidak akan pernah mendua.”
Menggelengkan kepalanya, Nie MingJue menyunggingkan senyum, membuat raut wajah kerasnya tampak melembut.
“Di mana HuaiSang?” tanya Wei WuXian, tak biasanya adik Nie MingJue itu tidak menempeli kakaknya.
“Sedang mengagumi dekorasi. Entah ada di mana dia sekarang.”
Seorang Nie HuaiSang memang terkenal dengan ketertarikannya pada seni. Dan berada di tengah kemegahan pesta klan Jin yang seperti ini tentu saja membuat pemuda itu tak akan membuang kesempatan menikmati pajangan-pajangan berharga yang dipamerkan untuk para tamu.
Tak lama seorang kultivator dari klan Jin datang menghampiri mereka dan memberi hormat. “Tuan Muda Wei, ada yang mencari anda di gerbang depan,” ujarnya.
Lan WangJi memandang Wei WuXian yang tampak sama heran dengan dirinya.
“Mencariku? Siapa?”
“Dia mengatakan namanya adalah Xiao XingChen, murid dari Baoshan Sanren.”
Wajah Wei WuXian membeku seketika. Tidak mengherankan karena BaoShan SanRen adalah guru dari mendiang ibunya.
“Kalian pergilah! Upacara masih akan dilaksanakan cukup lama,” Lan XiChen memberi isyarat supaya Lan WangJi mengajak Wei WuXian pergi karena sepertinya pemuda itu berubah jadi patung.
Setelah mengucapkan terima kasih pada orang yang memberitahu mereka, Lan WangJi meletakkan tangannya di punngung Wei WuXian, dengan lembut mengajaknya berjalan. Mereka menuju ke gerbang depan yang dijaga ketat oleh kultivator dari setiap klan, tak ingin terjadi adanya keributan sedikitpun di acara akbar ini.
“… Murid dari BaoShan SanRen …” suara Wei WuXian terdengar seperti bisikan, “berarti … berarti dia itu …”
“Dia paman seperguruanmu, Wei Ying.”
Lan WangJi merasakan perubahan suasana hati Wei WuXian yang sekarang bercampur antara senang, sedih, bingung tapi juga penasaran. Tak melepaskan tangannya dari punggung Wei WuXian, Lan WangJi berjalan di samping pemuda itu.
Sampai di gerbang utama, mereka melihat tiga orang di sana, dua orang pria yang terlihat seusia dengan Jiang FengMian dan seorang gadis kecil yang mungkin baru berumur sebelas atau dua belas tahun. Satu pria mengenakan jubah kultivator putih sederhana namun terkesan elegan, pria yang lain mengenakan jubah senada hanya berbeda warna, yaitu hitam. Mereka berdua bagaikan perwujudan yin dan yang yang sempurna. Sang gadis sepertinya bukan seorang kultivator, tapi yang jelas dia ada dalam perlindungan dua pria itu,
Melihat kedatangan mereka, ketiga orang di depan gerbang memberi salam yang langsung dibalas oleh Lan WangJi dan Wei WuXian.
“Salam, Wei WuXian, Lan WangJi,” ujar pria yang mengenakan pakaian putih. Wajahnya tampan dan menyimpan kebajikan yang dalam. “Namaku Xiao XingChen, adik seperguruan CangSe SanRen. Ini Song Lan, sahabat baikku. Dan gadis ini bernama A-Qing. Maaf jika kami datang mendadak tanpa pemberitahuan.”
Menyadari kalau obrolan mereka tidak akan singkat, Lan WangJi meminta seorang penjaga mengantar mereka ke paviliun terdekat. Mereka pun diantar sampai ke sebuah paviliun di dekat sungai, di sana, mereka bisa berbincang dengan lebih leluasa.
“Daozhang Xiao, boleh aku melihat-lihat taman? Di sini indah sekali,” pinta A-Qing.
Xiao XingChen mengangguk, “Jangan terlalu jauh!”
“Baik,” dan A-Qing pun meninggalkan paviliun untuk menikmati keindahan taman bunga di sekitar tempat itu.
Sejenak ada kekakuan yang canggung di antara empat orang yang duduk di paviliun, sampai akhirnya yang bernama Song Lan angkat bicara.
“Sebenarnya sudah sejak lama Xiao XingChen mencari keberadaan putra dari CangSe SanRen, lalu kami mendengar kabar bahwa putranya telah diasuh oleh keluarga Jiang di YunMeng dan kami pikir kehidupanmu sudah terjamin, jadi kami tidak segera menemuimu.”
Pandangan mata Wei WuXian terarah pada Xiao XingChen yang tampak sama gugupnya.
“XiaoChen, kau yang ribut memaksaku dan A-Qing untuk kemari karena kau dengar kalau Wei WuXian akan menghadiri acara penikahan ini, lalu kenapa kau justru membisu? Aku bukan juru bicaramu.”
Xiao XingChen melirik sahabatnya sebelum memandang Wei WuXian, “Maaf … aku … aku hanya …” ucapannya tidak selesai karena dia berhenti untuk menatap wajah Wei WuXian dengan seksama, “kau mirip dengan ibumu.”
Lan WangJi sudah sering mendengar Jiang FengMian dan Yu ZiYuan bicara tentang kemiripan Wei WuXian dengan mendiang ibunya, namun mendengar hal itu dari orang yang berlatih di bawah naungan guru yang sama dengan sang ibu, Lan WangJi merasa pasti Wei WuXian merasa luar biasa senangnya.
“Maaf aku baru datang menemuimu. Aku … aku tidak tahu harus bagaimana. Dulu saat CangSe SanRen memutuskan untuk turun gunung, sejujurnya aku marah padanya dan untuk beberapa tahun aku tidak pernah mencoba mencari kabar tentang dia. Sampai akhirnya aku tersadar kalau apa yang aku rasakan bukanlah amarah, tapi iri. Iri pada dia yang tidak terikat, iri pada kebebasannya.
“Jadi beberapa tahun setelahnya aku mengikuti jejaknya untuk menjelajah dunia. Aku mencari keberadaannya dan begitu bertemu, dia menikah dengan seseorang bernama Wei CangZe. Saat itu kau sudah ada dalam kandungannya … Wei Ying.”
Lan WangJi merasakan jemari Wei WuXian meremas lengan bajunya.
“Melihat dia bahagia, aku pun pergi berkelana sampai akhirnya bertemu dengan Song Lan. Selama perjalanan, aku tetap mencari informasi tentang YunMeng, tentang ibumu. Sampai kabar itu tiba, kabar yang mengatakan kalau CangSe SanRen tewas bersama suaminya di satu perburuan malam.
“Seperti yang dikatakan Song Lan tadi, karena mendengarmu ada dalam asuhan YunMeng Jiang, aku tidak berpikir hidupmu ada dalam bahaya. Jadi kami melanjutkan perjalanan ke tanah yang jauh. Sampai kami kembali beberapa bulan lalu dan baru mengetahui kalau kau sudah menikah.”
Lan WangJi melihat pandangan Xiao XingChen terarah padanya, tapi pria itu tak bicara apapun.
“Kami pergi ke Cloud Recesses dan menerima kabar kalau kalian ada di Lanling, maka kami pun menyusul kemari,” ujar Xiao XingChen setelah diam cukup lama.
Tak biasanya Lan WangJi menemukan Wei WuXian kehilangan kata seperti sekarang, tapi dia coba mengerti apa yang ada dirasa oleh Wei WuXian saat ini.
“A-Apa kalian akan tinggal?” tanya Wei WuXian mendadak, “M- maksudku … apa kalian bisa tinggal sampai acara ini selesai? Aku … aku ingin bicara lebih banyak lagi. Aku ingin mengenalkanmu, kalian, pada Paman Jiang dan yang lain.”
Senyum di wajah Xiao XingChen saat itu membuat wajahnya seolah bersinar, “Tentu saja … jika tidak merepotkan.”
Wajah Wei WuXian berubah ceria, “Tidak merepotkan. Bertambah tiga atau tiga puluh tamu lagi tidak akan jadi masalah untuk acara seperti ini.”
Lalu terdengarlah suara lonceng dari menara tertinggi yang menandakan kalau acara akan segera dimulai. Lan WangJi berdiri bersamaan dengan Wei WuXian.
“Kami akan menemui kalian lagi setelah acara,” kata Wei WuXian.
“Kami akan ada di sini,” Xiao XingChen tersenyum meyakinkan, “kau tumbuh menjadi orang yang luar biasa, Wei Ying. Ayah dan ibumu pasti bangga melihatmu.”
Wei WuXian tampak separuh ingin tertawa, separuh ingin menangis, tapi pemuda itu memutuskan untuk tersenyum saja sebelum meninggalkan paviliun.
Sebelum menyusul Wei WuXian, Lan WangJi menyempatkan diri untuk memberi hormat pada dua pria di sana.
Tak jauh dari tempat acara akan dilaksanakan, langkah Wei WuXian terhenti, membuat Lan WangJi juga tidak berjalan lagi.
“Wei Ying?” Lan WangJi menyentuh dagu Wei WuXian dan mengangkat wajah pemuda itu. Dia tidak terkejut melihat airmata mengalir di pipi Wei WuXian. Lan WangJi merendahkan kepalanya untuk mengecup kedua mata Wei WuXian, beralih ke pipi dan memberi kekasihnya kecupan singkat di bibir. Dia tidak peduli pada orang-orang yang masih berlalu lalang di sana, Wei WuXian adalah miliknya, semua orang sudah tahu itu.
“Sudah … sudah, Lan Zhan!!” suara Wei WuXian terdengar serak.
Lalu Lan WangJi mengeluarkan sapu tangannya dan mengeringkan wajah Wei WuXian, “Jangan menangis.”
“Aku menangis karena senang, kok,” Wei WuXian membiarkan Lan WangJi mengusapkan helai lembut itu ke wajahnya, “aku hanya tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang mengenal ibuku sebelum dia tinggal di YunMeng.”
“Kita bisa mengundang mereka ke Cloud Recesses.”
Mata Wei WuXian langsung berbinar, “Sungguh? Boleh?”
“Mn. Aku akan minta izin pada kakak.”
Wei WuXian langsung memeluk Lan WangJi erat, “Terima kasih, Lan Zhan!!”
Memakai kesempatan itu untuk memberi ciuman di kepala Wei WuXian, Lan WangJi menegakkan lagi badan kekasihnya, “Acara segera dimulai.”
Memastkan wajahnya tidak sembab, Wei WuXian mengangguk dan menyambut uluran tangan Lan WangJi. Tetap bersisian, mereka berjalan untuk menghadiri upacara gadis yang paling disayangi Wei WuXian di muka bumi ini.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Seminggu berlalu setelah pernikahan akbar di Lanling Jin. Upacara pernikahan antara Jiang YanLi dan Jin ZiXuan masih menjadi topik pembicaraan yang hangat di tiap daerah. Menurut Wei WuXian, itu adalah sesuatu yang normal, selama seratus tahun lagi, tidak akan pernah ada pengantin wanita secantik Shijie-nya.
Selama itu juga, Cloud Recesses kedatangan tamu yang cukup mengejutkan untuk para tetua di sana. Murid dari seorang BaoShan SanRen datang memenuhi undangan dari kemenakannya, tentu saja diterima dengan tangan terbuka oleh penghuni Cloud Recesses.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Selama tujuh hari, Wei WuXian menghabiskan banyak waktunya untuk bertukar kisah dengan Xiao XingChen. Lan WangJi memberinya izin dan tidak membebaninya untuk mengajar di kelas junior sampai dia puas saling mengenal dengan paman yang baru pertama dia temui.
“Jadi kau menikah dengan Lan WangJi karena ulah ibumu yang pernah mencukur habis kumis Lan QiRen?” Xiao XingChen tampak ingin tertawa, tapi mati-matian dia tahan.
“Begitulah. Bibi Yu ZiYuan sudah sering kali bilang kalau sifatku benar-benar menurun dari ibu, tukang mencari masalah.”
Xiao XingChen memandang pemuda di hadapannya. Terima kasih pada sifat Wei WuXian, saat ini mereka merasa seolah sudah kenal dan dekat sejak lama. “Tapi kau tampak bahagia bersama Lan WangJi.”
Senyum lebar menghiasi wajah Wei WuXian, “Awalnya sih terasa aneh dan canggung. Tapi lama kelamaan, kami jadi terbiasa. Berteman. Menjadi sahabat, sampai dua tahun lalu … kami baru saling menerima perasaan masing-masing.”
Melihat raut wajah Wei WuXian saat itu, Xiao XingChen tak bisa menahan diri untuk tidak mengacak rambut keponakannya. Walau usia Wei WuXian sudah dua puluh tahun, di mata Xiao XingChen, dia tampak seperti bocah kecil, dan dia senang Wei WuXian tidak menolak sentuhannya.
“Lalu, kau dan Song Lan …”
Tidak perlu menunggu Wei WuXian meyelesaikan ucapannya untuk tahu apa yang dimaksudkan.
Memandang langit biru yang membentang, Xiao XingChen tersenyum, “Dia menyempurnakanku, Wei Ying. Seperti Lan WangJi untukmu, dia memberi tujuan dalam hidupku.”
Mereka berdua diam sejenak, menikmati hebusan angin dingin pengunungan Gusu.
“Senior Wei. Daozhang Xiao.” Seorang murid junior ada tak jauh dari mereka. Memberi salam hormat yang sempurna, “HanGuang-Jun meminta kalian bergabung untuk makan siang dengan beliau.”
HanGuang-Jun.
Mendengar nama itu, Wei WuXian tak berhenti tersenyum. Nama itu kini tersemat pada Lan WangJi. HanGuang-Jun, julukan yang sempurna untuk sosok yang hampir tanpa cela seperti Lan WangJi. Hanya dengan keberadaannya saja, seseorang akan merasa aman, seolah mereka mendapat perlindungan dari langit.
Usai mengucapkan terima kasih, Wei WuXian pun mengajak Xiao XingChen untuk menuju ke gunung belakang. Dia tahu benar kalau Lan WangJi suka menghabiskan waktu di sana kalau ada keluarga Wei WuXian yang datang berkunjung.
Tempat itu tak jauh berbeda dari saat pertama Wei WuXian tinggal di Cloud Recesses. Hanya saja, sekarang ada satu kelompok kelinci yang menjadi peliharaannya dan Lan WangJi. Walau sering juga murid-murid Lan datang bermain dengan hewan-hewan mungil menggemaskan itu.
Di sana, Lan WangJi sudah menunggu bersama Song Lan dan A-Qing. Meja bundar di satu-satunya paviliun di sana sudah terisi dengan berbagai jenis makanan. Lalu Wei WuXian duduk di sebelah Lan WangJi, dan Xiao XingChen di sisinya yang lain, bersebelahan dengan Song Lan.
Wei WuXian tersenyum melihat sepiring besar tumis sayur dan daging yang berbumbu merah dan beraroma luar biasa pedas. Lan er-gege terlalu memanjakannya.
“Aku tidak tahu Gusu juga memiliki makanan pedas seperti ini,” ujar Xiao XingChen yang ternyata memiliki selera seperti Wei WuXian terhadap makanan pedas.
Wei WuXian tertawa, “Daozhang Xiao,” katanya dengan nada geli, “ini masakan HanGuang-Jun sendiri. Aku jamin tidak akan kalah dengan masakan di restoran.”
Tak hanya Xiao XingChen yang tampak terkejut, Song Lan dan A-Qing pun seperti kehilangan kemampuan bicara. Siapa yang menyangka, salah satu dari Giok Kembar Gusu ternyata bisa memasak yang seenak ini.
“Nah!! Ayo makan!!” Wei WuXian mengangkat mangkoknya, memecah keheningan di sana. Detik berikutnya Wei WuXian tersenyum pada Lan WangJi yang mengambil beberapa lauk untuk diletakkan di piringnya. Selalu seperti itu setiap kali mereka makan bersama, tidak peduli meski itu saat di perjamuan keluarga sekali pun, Lan WangJi seperti ingin memastikan Wei WuXian mendapat potongan lauk yang terbaik.
Suasana makan mereka mengingatkan pada suasana di YunMeng. Wei WuXian mengobrol dengan A-Qing, senang mendengarkan gadis itu bercerita tentang perjalanannya bersama dua orang Daozhang. Keduanya sepakat kalau Xiao XingChen butuh mengasah kemampuannya bercerita dan itu membuat Song Lan harus menahan tawa sebelum membuat yang bersangkutan tersinggung. Dalam waktu singkat Wei WuXian sudah begitu akrab dengan A-Qing, rasanya seperti memiliki adik perempuan yang manis dan menggemaskan. Wei WuXian sampai membelikan hiasan rambut untuk A-Qing saat kemarin mereka menikmati keindahan kota di dekat danau.
.
.
Lebih dari sepuluh hari Xiao XingChen, Song Lan dan A-Qing tinggal di Cloud Recesses, mereka bertiga akhirnya memutuskan kalau ini waktunya melanjutkan perjalanan.
Wei WuXian sebenarnya masih belum puas, tapi dia tahu kalau mereka memiliki jalan sendiri. Lagipula setelah ini Wei WuXian dan Lan WangJi juga akan memulai perjalanan mereka, jadi besar kemungkinan mereka akan bertemu di salah satu kota.
Mengantar sampai ke kaki gunung, Wei WuXian memeluk Xiao XingChen sebelum akhirnya melambai pada tiga sosok baru dalam kehidupannya, menambah panjang daftar orang yang dia sayangi. Wei WuXian tidak keberatan dengan itu.
Begitu sosok ketiga orang itu menghilang di ujung jalan, Wei WuXian merasakan sentuhan lembut di pungungnya. Dia menoleh dan tersenyum pada Lan WangJi, “Kita pasti akan bertemu lagi. Pasti.”
“… Mn.”
Wei WuXian mencium bibir Lan WangJi singkat, “Ayo pulang! Kita masih harus mempersiapkan diri untuk perjalanan kita.”
Mengangguk, Lan WangJi mengikuti langkah Wei WuXian kembali menaiki tangga menuju ke Cloud Recesses. Sesuai rencana yang sudah disepakati, lusa mereka berdua akan pergi meninggalkan Gusu, hanya berdua saja. Wei WuXian sudah tidak peduli lagi setiap Jiang Cheng mengatakan kalau mereka sesungguhnya hanya pergi berbulan madu.
.
.
#
.
.
Hujan deras turun tiba-tiba di sore hari yang tadinya cerah. Wei WuXian berlari menuju ke penginapan secepat yang dia bisa, tapi tubuhnya tetap saja basah kuyub begitu dia sampai di pelataran bangunan tempatnya menginap.
“Aaah!! Basah semua!!” gerutunya. Wei WuXian menyibak poninya yang basah.
“Wei Ying.”
Pandangan Wei WuXian segera tertuju ke asal suara dan dia melihat Lan WangJi menuruni tangga dengan membawa kain kering.
“Lan Zhan!! Kau sungguh penyelamatku.”
Lan WangJi menyelimuti pundak Wei WuXian dan segera kembali ke kamar mereka, “Lepaskan bajumu!”
Mendengar itu, Wei WuXian memakainya untuk menggoda Lan WangJi, “Aiya, Lan er-gege. Hari masih sore dan kau sudah memintaku untuk membuka baju? Aku tidak menyangka kau orang yang seperti itu.”
Sudah terlalu terbiasa, Lan WangJi menghela napas dan menarik ikatan kain di pinggang Wei WuXian, “Kau bisa sakit kalau terus memakai baju basah seperti ini.”
Membiarkan Lan WangJi melepaskan jubah dan pakaian luarnya, Wei WuXian mengeringkan tubuhnya.
“Perlu mandi? Biar aku minta pelayan membawakan air panas.”
“Tidaklah. Nanti saja,” Wei WuXian melepaskan ikatan rambutnya, membiarkan helai hitam panjang tergerai di punggungnya.
“Ganti bajumu! Aku akan pesankan makan siang.”
Wei WuXian membiarkan Lan WangJi keluar dari kamar dan dia pun segera berganti pakaian. Sambil menunggu, Wei WuXian duduk di kursi dan memandang hujan di luar dari jendela yang terbuka. Dia mencoba mengeringkan rambutnya walau tidak begitu berhasil.
Tidak terasa sudah hampir satu tahun mereka meninggalkan Gusu.
Perjalanan yang luar biasa. Mereka menghadapi banyak sekali halangan, namun semua bisa mereka lalui dengan selamat … setidaknya tanpa luka yang membahayakan nyawa.
Selama perjalanan, mereka juga berkunjung ke LanLing Jin, untuk berpamitan kepada Jiang YanLi juga Jin ZiXuan. Lalu setelahnya mereka pergi ke Qinghe Nie, sekedar untuk menyambung tali kekerabatan. Baru beberapa hari kemarin mereka berkunjung ke Qishan Wen, selain menemui Wen Rouhan, Wei WuXian dan Lan WangJi memakai kesempatan itu untuk menemui Wen Qing dan Wen Ning, juga bermain dengan si kecil A-Yuan, sepupu mereka, bocah berumur tiga tahun yang sangat lucu dan juga pintar. Walau baru saja kenal, bocah itu sudah sangat akrab dengan Wei WuXian seolah mereka teman lama. Mungkin karena Wen Yuan merasakan jiwa Wei WuXian masih seperti bocah seusianya.
Setelah ini mereka berencana untuk pulang ke YunMeng Jiang dan beristirahat sejenak di sana.
Pintu kamar terbuka lagi dan Lan WangJi masuk dengan membawa nampan dengan teko berisi teh panas juga dua cangkir keramik.
“Lan Zhan-ku memang terbaik,” Wei WuXian tersenyum lebar saat Lan WangJi meletakkan nampan itu di meja dan menuangkan teh untuknya.
Hujan turun semakin deras, suara petir pun bergemuruh di langit. Lan WangJi menutup jendela supaya air tidak masuk karena angin pun semakin kencang.
Tak begitu lama, dua orang pelayan perempuan penginapan datang membawa makan siang untuk mereka. Tapi selain makanan, pelayan itu juga menyampakan pesan untuk mereka.
“Tuan-tuan …” salah seorang gadis tampak ragu, “Ada … yang mencari kalian di bawah.”
Wei WuXian dan Lan WangJi bertukar pandang dengan heran. Membiarkan dua pelayan itu menata makanan mereka di kamar, Wei WuXian turun bersama Lan WangJi dan terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu, ditemani beberapa pelayan pria.
“A-Yuan?!”
Bocah kecil itu langsung menoleh, walau badannya basah kuyub dan wajahnya sembab karena air mata, raut muka Wen Yuan segera berubah lega begitu melihat dua orang yang dia kenal.
“Kakak Xian!!”
Wei WuXian berlari dan langsung menggendong Wen Yuan, tidak perduli pada bajunya kembali basah, “Kenapa kau di sini? Kemana ibumu? Wen Qing? Wen Ning?”
Wen Yuan memeluk leher Wei WuXian erat, “Ibu … Ibu menyuruhku kemari,” dan dia menangis lagi, “Ibuku dibawa orang jahat!! Tolong ibu, kakak Xian!!”
Napas Wei WuXian tercekat, namun belum lagi dia bergerak, dia merasakan tangan Lan WangJi menyentuh wajahnya.
“Kau tetap di sini!”
Hanya mampu mengangguk, Wei WuXian membiarkan Lan WangJi melepas ikat kepala dan mengikatkan kain putih itu di pergelangan tangannya.
Aku akan kembali.
Segera Lan WangJi keluar dari penginapan dan melesat cepat menembus hujan. Lalu Wei WuXian meminta pada pelayan untuk menyiapkan air panas sementara dia membawa Wen Yuan kembali ke kamar.
“A-Yuan,” masih tetap menggendong anak itu, Wei WuXian mengusap lembut punggung Wen Yuan, “Lan Zhan pasti akan menemukan ibumu. Jangan menangis lagi. Aku di sini. Aku akan menjagamu.”
Begitu pelayan lain datang membawakan air panas, Wei WuXian segera membawa Wen Yuan ke kamar mandi supaya anak itu tidak sakit. Sambil memandikan Wen Yuan, Wei WuXian menanyai anak itu.
Menurut Wen Yuan, tadi dia dan ibunya pergi berbelanja di kota. Wen Yuan melihat Wei WuXian dan Lan WangJi ada di penginapan ini, dia ingin menemui mereka tapi ibunya mengatakan kalau dia tidak boleh menganggu. Lalu saat mereka akan pulang, segerombolan orang mencegat mereka dan membawa ibunya pergi, seperti yang disuruh ibunya, Wen Yuan pun berlari kembali ke penginapan untuk mencari Wei WuXian dan Lan WangJi.
Selesai mandi, Wei WuXian memakaikan baju atasannya pada Wen Yuan, yang akhirnya malah seperti jubah di tubuh mungil bocah itu.
“A-Yuan, kau lapar?” tawar Wei WuXian begitu melihat makanan yang ditata di meja, “kita makan sambil menunggu ibumu kembali, ya? Lan Zhan pasti akan membawa ibumu kemari.”
Sambil terus berusaha menenangkan Wen Yuan, Wei WuXian pun meminta pelayan untuk membawa makanan yang cocok untuk anak kecil.
.
.
Malam sudah meraja dan hujan mereda saat Lan WangJi kembali ke penginapan. Sayangnya, dia tidak membawa kabar yang baik. Dia mengatakan kalau ibu Wen Yuan tidak terselamatkan. Saat ini jasadnya ada di rumah duka dan Lan WangJi sudah meminta warga di sana untuk mengurusnya. Dia juga sudah mengirim seseorang untuk memanggil Wen Qing karena kediaman mereka tidak jauh dari kota ini.
Lan WangJi kembali ke penginapan hanya untuk menyampaikan kabar, mandi, lalu bersiap pergi lagi untuk mengurus upacara pemakaman.
“Kau temani A-Yuan saja,” ujar Lan WangJi seraya mengusap sisi wajah Wei WuXian, “tunggu sampai Wen Qing datang sebelum kau menyusulku!”
Wei WuXian memejamkan mata, membiarkan Lan WangJi mencium bibirnya.
Setelah Lan WangJi meninggalkan kamar, Wei WuXian duduk di tempat tidur memandang sosok Wen Yuan yang pulas sejak tadi.
Bagaimana aku harus menyampaikan kabar ini padanya?
Wei WuXian mengusap kepala Wen Yuan.
Sekecil ini sudah harus kehilangan ibunya.
Menghela napas, Wei WuXian berbaring di samping Wen Yuan walau dia yakin malam ini dia tak akan bisa memejamkan mata.
.
.
Keesokan harinya, saat matahari baru saja bersinar, Wen Qing sampai di penginapan bersama Wen Ning. Wei WuXian menemui kedua orang itu dan menceritakan apa yang terjadi. Wen Ning segera menuju ke kamar untuk menemani Wen Yuan yang tadi masih pulas.
“Lan WangJi sudah mengurus upacaranya. Jika masih harus menunggu kerabat yang lain, sebisanya jangan sampai lewat tengah hari.”
Wen Qing menggeleng, “Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Hanya A-Yuan.” Gadis itu menarik napas panjang, “Wei WuXian, aku punya satu permintaan untukmu. Untuk Lan WangJi juga.”
Mereka duduk di dekat pintu masuk saat Wen Qing mengatakan permintaannya.
“Aku ingin kau membawa A-Yuan pergi dari Qishan.”
“… HAH?”
Wen Qing memandangnya dengan wajah serius, “Sebenarnya sudah sejak lama ibunya ingin membawa A-Yuan pergi. Mereka tidak memiliki hubungan darah yang dekat dengan keluarga utama, jadi meskipun nanti A-Yuan menjadi kultivator di bawah bimbingan klan Wen, dia tidak akan mendapat perlakuan yang baik. Ibunya ingin kelak A-Yuan dibimbing oleh mereka yang tidak mementingkan hubungan darah.”
Ini bukan hal yang baru didengar oleh Wei WuXian. Dunia kultivasi tahu kalau klan Wen sangat menjaga kemurnian keturunan darah mereka. Tak jarang mereka yang merupakan kerabat jauh hanya diperlakukan seperti pelayan saja di sana.
“… Aku akan coba bicarakan ini dengan Lan Zhan.”
Wen Qing mengangguk.
Lalu Wen Ning turun bersama We Yuan yang masih mengantuk. Wen Qing segera menghampiri adiknya, menggedong Wen Yuan dan membawa anak itu keluar penginapan. Wen Ning sendiri akhirnya duduk di tempat kakaknya tadi.
“Kau sudah bicara pada A-Yuan?” tanya Wei WuXian.
Wen Ning menggeleng, “A- Aku tidak tahu bagaimana …
Bagaimana cara untuk menjelaskan konsep kematian kepada seorang anak sekecil A-Yuan, batin Wei WuXian.
Setelah Wen Qing kembali bersama Wen Yuan yang menangis, mereka pun menuju ke rumah duka. Tak tega melihat Wen Yuan, Wei WuXian mengambil bocah itu dari gedongan Wen Qing dan memeluknya erat. Membiarkan bagian depan pakaiannya basah, Wei WuXian mengusap punggung Wen Yuan, sebisa mungkin menenangkan anak itu. Melihat reaksinya yang seperti ini, Wei WuXian berpikir kalau Wen Qing pasti sudah menjelaskan kalau mulai saat ini, Wen Yuan tak akan bisa lagi bertemu dengan ibu yang sangat dia cintai.
Sampai di tujuan, Lan WangJi sudah menunggu di halaman. Upacara pemakaman siap dilaksanakan kapanpun. Wen Qing dan Wen Ning membugkuk hormat pada Lan WangJi, mengucapkan terima kasih karena bersedia membantu segala prosesnya.
Wei WuXian membawa Wen Yuan ke peti tempat peristirahatan ibunya yang terakhir, “A-Yuan, ucapkan selamat jalan padanya.” Wei WuXian membantu Wen Yuan agar anak itu bisa mencium pipi ibunya.
“Selamat tidur, ibu, A-Yuan sayang ibu,” anak itu menangis lagi dan kembali memeluk Wei WuXian.
Akhirnya uparaca pun dimulai. Lan WangJi sudah memastikan kalau peti tempat jenazah sudah dilidungi supaya jasadnya tidak akan disalahgunakan atau bangkit menjadi mayat hidup akibat energi jahat.
Wei WuXian terus memeluk Wen Yuan sampai semua prosesi berakhir dan jenasah selesai dikebumikan. Lalu mereka semua pun kembali ke penginapan dan di sana, Wen Qing mengulang permintaannya pada Lan WangJi. Wen Yuan sendiri dibawa Wen Ning ke kamar karena anak itu jatuh tertidur saat perjalanan kembali ke penginapan.
“Mengasuh A-Yuan?” wajah Lan WangJi tampak tak berubah, tapi Wei WuXian menangkap perubahan emosi di bola matanya.
“Tidak akan ada masalah dengan klan Wen, aku janji. Aku sendiri ragu kalau Wen Rouhan masih menganggap keluarga A-Yuan sebagai saudara sedarahnya. Aku akan mengatakan kalau A-Yuan juga tidak selamat,” ujar Wen Qing, “kumohon, HanGuang-Jun, aku ingin memberi kehidupan yang lebih bahagia untuk anak itu.”
Wei WuXian meraih jemari Lan WangJi di bawah meja dan menggenggamnya. Mengutarakan keinginannya tanpa kata karena Wei WuXian yakin Lan WangJi mengerti itu.
Dan benar saja, akhirnya Lan WangJi mengangguk, “Kalau begitu … kami akan asuh Wen Yuan … mengganti namanya menjadi Lan Yuan.”
Wajah Wen Qing berubah cerah dan Wei WuXian langsung memeluk Lan WangJi.
.
“Dengar ya, A-Yuan. Mulai sekarang, kakak Xian yang akan menjagamu,” Wen Qing duduk di tempat tidur, bicara serius dengan A-Yuan.
“Kenapa?”
“Karena kakak Xian sayang padamu dan ingin mengajakmu melihat tempat-tempat yang indah.”
Wen Yuan memandang Wei WuXian yang berdiri di dekat jendela, “Sungguh?”
Tersenyum, Wei WuXian mengangguk dan mendekati Wen Yuan, “Tentu saja sungguh. A-Yuan anak yang manis dan pintar. Bagaimana mungkin kakak Xian ini tidak jatuh sayang padamu?”
Mendengar itu, Wen Yuan tersenyum, membuat semua di kamar itu merasa lega. Dia mengangkat kedua tangannya dan Wei WuXian langsung menggendong Wen Yuan, memeluknya erat di dada.
“Kami akan rajin menulis surat untuk kalian, memberi tahu tentang kondisi A-Yuan,” kata Wei WuXian pada Wen Qing dan Wen Ning yang mengangguk bersamaan.
Malam hariya, Wen Qing dan Wen Ning berpamitan untuk kembali dan melaporkan kejadian ini pada Wen Rouhan. Wei WuXian dan Lan WangJi memutuskan menginap semalam lagi sebelum menuju ke YunMeng Jiang.
Usai makan malam dan mandi, Wen Yuan –ah, bukan- Lan Yuan langsung pulas begitu saja. Wei WuXian membaringkan anak itu di tempat tidur, menyelimutinya, dan kembali duduk di dekat Lan WangJi.
“Jadi … sekarang kita punya anak. Keluarga kita sudah sempurna.”
Perubahan di raut wajah Lan WangJi membuat Wei WuXian tertawa.
“Kenapa?” Wei WuXian menggeser kursi hingga bahunya bersentuhan dengan Lan WangJi, “kau tidak suka karena waktu kita berduaan jadi berkurang?”
Telinga Lan WangJi berubah merah, membuat Wei WuXian tertawa tapi seketika langsung memelankan suaranya karena tidak mau membangunkan Lan Yuan. Wei WuXian beranjak untuk duduk di pangkuan Lan WangJi, mengalungkan tangan di leher kekasihnya.
“Lan Zhan … Lan WangJi … HanGuang-Jun …” Wei WuXian menyentuhkan kening mereka, “kau cemburu sama anak berumur tiga tahun. Apa kau tidak malu?” dia tersenyum dan mencium hidung Lan WangJi, lalu naik ke kening, berpindah ke pipi sebelum akhirnya menyentuh bibir Lan WangJi dengan bibirnya sendiri.
Kedua tangan Lan WangJi pun melingkar di pinggang Wei WuXian, menahan agar pemuda itu tak pergi darinya.
Cumbuan yang tak singkat itu berakhir saat keduanya sepakat kalau ini adalah saat yang tepat untuk menarik napas. Paru-paru mereka menjerit karena kekurangan pasokan oksigen semenjak tadi.
Wei WuXian tersenyum melihat wajah Lan WangJi. Tak ada seorang pun di dunia ini yang akan bisa melihat seberapa panas api yang membara dalam jiwa seorang HanGuang-Jun. “Sudah hampir jam sembilan, sebaikya kita bersiap untuk tidur.”
Meski sudah lebih dari dua belas bulan ada di luar Gusu, kebiasaan tidur Lan WangJi sama sekali tidak berubah. Mereka berganti pakaian dan segera berbaring dengan Lan Yuan di antara mereka.
Ini akan jadi malam yang berbeda, tapi Wei WuXian yakin, kehidupan mereka setelah ini akan menjadi lebih baik.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
Kedatangan Lan WangJi dan Wei WuXian ke YunMeng Jiang dengan membawa seorang anak tentu saja membuat Jiang FengMian, Yu ZiYuan dan Jiang Cheng terkejut bukan main. Di perpustakaan, Wei WuXian pun menjelaskan asal usul Lan Yuan dan meminta ketiga orang di sana merahasiakan jati diri anak itu.
Tentu saja itu disanggupi oleh Jiang FengMian dengan segera, membuat Yu ZiYuan menghela napas namun tidak mengajukan protes. Wanita itu hanya berpesan agar Wei WuXian tidak membesarkan calon pembuat onar di masa depan.
Jiang Cheng sendiri, tidak disangka kalau pemuda itulah yang tampak luar biasa senang mendapat seorang keponakan.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
“Jiang WanYin, kau sudah menggendong A-Yuan hampir tiga jam!!” Wei WuXian menggelengkan kepala melihat Jiang Cheng yang sepertinya berniat membelikan semua mainan di kota untuk Lan Yuan.
Jiang Cheng saat ini membawa Lan Yuan di pundaknya, membiarkan anak itu menikmati pemandangan dari ketinggian, “Kau kan sudah sering menggendongnya.”
Mereka berkeliling kota sejak pagi. Udara musim semi di YunMeng sangat menyenangkan dengan lagit cerah dan angin sejuk yang berhembus tanpa henti.
“A-Yuan, bagaimana kalau sore nanti kita berkeliling dengan perahu? Kau pernah naik perahu?” tanya Jiang Cheng.
Lan Yuan menggeleng, “Tidak pernah.”
Membiarkan Jiang Cheng membawa Lan Yuan ke salah satu penjual makanan ringan, Lan WangJi berjalan bersisian dengan Wei WuXian.
“Aiyaaa … siapa yang menyangka Jiang Cheng tipe paman yang seperti itu? Kupikir dia bakal anti sama anak kecil,” Wei WuXian tersenyum memandang saudaranya yang terlihat senang sekali menuruti kemauan Lan Yuan yang meminta Jiang Cheng berjalan ke arah yang dia tunjuk.
Kehadiran Lan Yuan dalam kehidupan mereka tidak diduga oleh Lan WangJi, namun kehadiran anak itu membawa perubahan baik dalam kehidupannya, kehidupan mereka. Lan Yuan anak yang sangat pintar, penurut, cepat belajar, penuh rasa ingin tahu dan juga sedikit usil. Keceriaan yang dibawa anak itu berbaur manis dengan sifat Wei WuXian.
Setelah dari YunMeng, mereka memutuskan untuk kembali ke Cloud Recesses. Melakukan perjalanan dengan anak sekecil Lan Yuan sangat beresiko, apalagi kalau mereka berhadapan dengan mahkluk-mahkluk kegelapan yang membuat kekacauan.
“Jangan pergi terlalu cepat, aku masih ingin bermain dengan A-Yuan,” begitu pinta Jiang Cheng.
Jadi Lan WangJi menyanggupi keinginan Wei WuXian yang ingin tinggal paling tidak sebulan di YunMeng. Apalagi menurut Jiang Cheng, Jin ZiXuan dan Jiang YanLi akan datang berkunjung minggu depan. Tentu saja Wei WuXian tak akan melewatkan kesempatan untuk bisa bertemu kakak perempuan yang dia sayangi.
Berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang yang berjualan segala macam, mulai dari makanan hingga kerajinan tangan, mata Lan WangJi tertuju pada salah seorang penjual yang menjajakan dagangannya di atas hamparan kain putih. Berbagai jenis kerajinan tangan terpajang di sana dan perhatian Lan WangJi tertuju pada sebuah kain ikat rambut berwarna merah.
“Eh? Lan Zhan? Kau mau kemana?” Wei WuXian mengikuti langkah Lan WangJi yang sudah membayar sejumlah uang pada penjual.
Lan WangJi memandang Wei WuXian dan memberikan ikat rambut itu.
Sedikit takjub, Wei WuXian menerima kain merah yang bersulam teratai indah ditepiannya, “Untukku?”
Lan WangJi mengangguk.
“Terima kasih, Lan Zhan!!” dengan cepat Wei WuXian mengganti ikat rambut lamanya dengan yang baru. Dia tersenyum pada Lan WangJi dan berbalik untuk memperlihatkan ikatan rambutnya, “Pantas?”
“… Mn.”
Kemudian mereka kembali berjalan dan menyusul Jiang Cheng dan Lan Yuan yang sudah ada jauh di depan sana.
.
Makan malam di YunMeng dipenuhi oleh ceria Lan Yuan tentang kegiatannya seharian ini. Sejak pagi sampai mereka kembali pulang, kaki Lan Yuan sama sekali tidak menginjak tanah dan pundak Jiang Cheng jadi singgasananya.
“Paman A-Cheng memberiku ini,” Lan Yuan beranjak dari duduknya dan mendekati Yu ZiYuan, menunjukkan sebuah lonceng kecil yang dia simpan di dalam lengan bajunya. Yu ZiYuan memandang penuh arti pada putranya lalu dia memandang Lan Yuan dan mengusap kepala anak itu dengan sayang, “Kau suka lonceng itu?”
“Iya.”
Lalu Yu ZiYuan mengambil lonceng itu dari tangan Lan Yuan dan mengikatkanya di kain yang ada di pinggang si bocah, “Dengan begini, kau juga resmi jadi bagian keluarga Jiang.”
Wajah Lan Yuan seperti bersinar saat dia kembali duduk di sebelah Jiang Cheng.
Sungguh, anak ini mudah sekali membuat orang lain jatuh sayang padanya.
Selesai makan malam, giliran Jiang FengMian dan Yu ZiYuan yang memanjakan Lan Yuan. Bahkan keduanya mengatakan kalau malam ini biar Lan Yuan tidur bersama mereka. Tentu saja Lan WangJi dan Wei WuXian mengizinkan.
“Rasanya aneh ya, tidak ada A-Yuan yang melompat-lompat keliling kamar sebelum tidur,” Wei WuXian sudah berganti pakaian dengan baju tidur dan rambutnya pun tergerai halus di punggung.
Lan WangJi, yang juga sudah bersiap untuk tidur, duduk di samping Wei WuXian di tempat tidur. Sejenak diam memandang sosok Wei WuXian. Kalau dipikir … hubungan mereka sungguh tidak biasa. Berawal dari pernikahan, lalu baru saling mengenal setelahnya.
Namun sekarang, Lan WangJi merasa kalau dia beruntung menikah dengan Wei WuXian. Jika dengan orang lain, mungkin Lan WangJi tidak akan merasa seperti ini. Jika bukan Wei WuXian, mungkin tidak akan ada orang yang mengerti dirinya. Mengerti tentang diamnya dia.
“Wei Ying ….”
Wei WuXian menoleh memandang Lan WangJi yang meraih tangannya.
“Wei Ying …” Lan WangJi membawa jemari Wei WuXian pada bibirnya, memberinya kecupan lembut. Lalu Lan WangJi juga mengecup kedua telapak tangan Wei WuXian.
“Lan Zhan ….”
Pandangan mata mereka bertemu, kemudian tanpa kata, bibir mereka bertemu dalam cumbuan yang familiar, namun dengan sedikit rasa berbeda. Kedua tangan Lan WangJi menahan kedua pipi Wei WuXian, memberi kebebasan untuk menyentuh kekasihnya.
Erat Wei WuXian mencengkram lengan baju Lan WangJi, merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk rupawan di hadapannya, “Lan Zhan … Lan Zhan … Lan Zhan ….”
Mendengar namanya disebut berulang kali seperti itu, Lan WangJi sungguh kehilangan kontrol dirinya. Sedikit dengan kelebihan tenaga, dia membaringkan Wei WuXian dan menahan pemuda itu di bawahnya.
“Wei Ying … aku …”
Kedua tangan Wei Ying memeluk leher Lan WangJi dan tersenyum, “Tidak apa … kalau Lan Zhan … tidak apa-apa.”
Pertahanan diri Lan WangJi runtuhlah sudah. Dengan satu kibasan tangan, dia mematikan lilin penerang kamar mereka.
Malam itu … pernikahan mereka bukanlah sekedar status belaka.
.
#
.
Seperti yang direncanakan, Jiang YanLi, atau yang sekarang dikenal dengan nama Nyonya Jin, datang ke YunMeng bersama suaminya. Gadis itu seolah bertransformasi menjadi wanita matang dengan keanggunan yang luar biasa.
“A-Xian, A-Ji, senang bertemu dengan kalian lagi,” ujar Jiang YanLi setelah menyapa kedua orang tuanya.
“Shijie, senang melihatmu baik-baik saja,” ujar Wei WuXian dengan wajah bahagia, “kau juga, kakak ipar,” lanjutnya dengan nada menggoda pada Jin ZiXuan.
“Sudah kubilang hentikan itu! Kau membuatku merinding,” kata Jin ZiXuan, membuat istrinya tertawa.
Pandangan Jiang YanLi teralih pada sosok mungil yang sedikit tersembunyi di balik jubah Lan WangJi. Dia tersenyum dan merendahkan badannya, “Halo, kau pasti A-Yuan. Jiang Cheng sudah bercerita banyak tentangmu.”
Tadi pagi memang Jiang Cheng yang pergi untuk menjemput rombongan LanLing di perbatasan. Tak mengherankan kalau pemuda itu semangat bercerita tentang keponakan barunya.
Mendengar suara lembut Jiang YanLi, akhirnya Lan Yuan keluar dari persembunyiannya dan menyapa Jiang YanLi, “Halo, Bibi,” katanya.
Sebutan itu membuat wajah Jiang YanLi berseri, “Anak manis,” segera saja Lan Yuan ada dalam gendongan Lan Yuan.
“YanLi …” mendadak suara Jin ZiXuan menjadi cemas.
Jiang YanLi tersenyum, “Tidak apa-apa, yang begini saja tidak berat.”
Itu membuat semua yang ada di sana jadi bertanya-tanya.
Akhirnya Jiang YanLi menyampaikan kabar yang membuatnya langsung dipeluk oleh Jiang FengMian dan Yu ZiYuan, juga Jiang Cheng.
“Sebentar lagi kalian akan mendapat cucu,” begitu ujar Jiang YanLi.
Hari itu, YunMeng Jiang mengadakan perayaan dadakan yang sangat meriah.
.
“Jadi di sini ada adik bayi?” Lan Yuan menyentuh perut Jiang YanLi, “boleh A-Yuan bermain dengannya nanti?”
Jiang YanLi tersenyum, “Tentu saja, sayang. Kalau dia sudah lahir, kalian pasti akan jadi teman baik.”
Mata Lan Yuan berbinar.
Mereka semua berkumpul di paviliun kolam teratai dan menikmati cuaca cerah hari itu.
“Kapan perkiraan akan lahir?” tanya Jiang Cheng yang jelas terlihat tidak sabar mendapat keponakan lagi.
“Sekitar awal musim dingin,” kata Jin ZiXuan yang berulang kali memastikan istrinya tidak merasa lelah. Tidak ada yang mengira kalau seorang Jin ZiXuan yang terkenal akan sifat angkuhnya di masa dulu, ternyata memiliki sikap yang over-protective.
Lan WangJi memandang Wei WuXian, dia bisa tahu kalau pemuda itu punya rencana di kepalanya. Benar saja, Wei WuXian lalu berdiri dan menarik Lan WangJi bersamanya.
“Kami pergi dulu!!”
“Eh, A-Xian? Kau mau kemana?” tanya Jiang YanLi.
“Sebentaaar saja, Shijie. Titip A-Yuan, yaaa. A-Yuan, jangan nakal!!”
Lan Yuan mengangguk dan melambai pada dua pria muda yang kini menjadi orang tuanya.
Lan WangJi mengikuti langkah Wei WuXian meninggalkan kediaman keluarga Jiang dan menuju ke kota.
“Wei Ying … kau cari apa?” tanya Lan WangJi begitu mereka sampai ke pusat perdagangan.
Seakan abai, Wei WuXian berjalan dari satu pedagang ke yang lain sampai menemukan apa yang dia cari.
“Paman, aku beli ini!!”
Lan WangJi melihat benda apa yang dibeli oleh Wei WuXian. Sebuah lonceng angin dari kaca.
Setelah membayar, Wei WuXian kembali pada Lan WangJi, “Bantu aku memilih mantra yang bagus untuk Shijie.”
Selalu takjub pada kesiapan Wei WuXian melindungi orang yang dia sayangi. Lan WangJi meyanggupi untuk mencari beberapa mantra perlindungan lain karena Wei WuXian pasti akan memakai mantra yang sama dengan yang ada di tusuk rambut Jiang YanLi.
“Aku ingin lonceng ini bisa melindungi paling tidak satu kamar,” Wei WuXian membungkus lonceng angin itu dengan sapu tangannya, “atau satu rumah sekalian?”
Lan WangJi mengusap punggung Wei WuXian, “Benda dengan kekuatan terlalu besar justru berbahaya untuk janin. Kurasa melindungi kamar tidur saja sudah cukup.”
“Begitu ya … baiklah.”
Mereka kembali ke kediaman Jiang hanya untuk meletakkan lonceng itu di kamar dan kembali ke paviliun kolam teratai. Di sana hanya ada Jiang YanLi bersama Lan Yuan.
“Eh? Mana Jiang Cheng dan Jin ZiXuan?” tanya Wei WuXian yang segera menggendong Lan Yuan karena anak itu langsung merentangkan kedua tangannya pada Wei WuXian.
“Mereka mau melihat latihan sebentar. Paling juga kembali saat makan malam nanti,” Jiang YanLi mengusap kepala Lan Yuan, “kalau begitu aku siapkan makan malam dulu. Kau pasti rindu sup iga buatanku, kan?”
Wei WuXian tersenyum lebar dan mengangguk, “Tapi apa tidak masalah kalau kau memasak, Shijie?”
“Ya ampun, A-Xian …” Jiang YanLi tertawa pelan, “aku ini hamil, bukannya kena penyakit parah.”
Wei WuXian tersipu malu.
Setelah Jiang YanLi beranjak pergi, Lan WangJi dan Wei WuXian menuruti ajakan Lan Yuan yang ingin melihat latihan para murid YunMeng.
.
Lan Yuan pulas dalam tidurnya setelah perutnya terisi dua mangkuk besar sup paling lezat yang dia makan. Wei WuXian sampai harus memandikan Lan Yuan yang sudah setengah tidur sebelum akhirnya membaringkan anak itu di kasur.
“Astaga … aku tidak tahu dia bisa makan sebanyak itu,” Wei WuXian menyelimutin Lan Yuan dan duduk di sampingnya. “Sup buatan Shijie memang terbaik sih. Tidak heran A-Yuan makan banyak.”
Lan WangJi beranjak ke tempat tidur setelah selesai memeriksa beberapa mantra yang sudah Wei WuXian tambahkan ke lonceng angin yang akan mereka berikan pada Jiang YanLi.
“Sudah malam. Tidurlah!” Lan WangJi menyibak rambut Wei WuXian sebelum memberinya ciuman selamat malam.
Wei WuXian berbaring di sisi kanan Lan Yuan sementara Lan WangJi di sisi kiri anak itu. Tak pernah mereka kira kehadiran seorang anak bisa membawa kebahagiaan lebih di kehidupan yang sebelum ini mereka rasa telah sempurna. Dalam hati keduanya berjanji akan membesarkan Lan Yuan dengan baik, mengabulkan harapan mendiang ibunya yang menginginkan agar Lan Yuan memiliki kehidupan yang bahagia.
.
#
.
Belum genap sebulan di YunMeng, Lan WangJi memutuskan kalau ini waktunya mereka kembali ke Gusu untuk mengadakan upacara resmi pergantian nama Lan Yuan di Cloud Recesses. Wei WuXian setuju karena semakin cepat Lan Yuan menjadi anggota keluarga Lan, akan semakin bagus untuk anak itu.
Dengan mengendarai Bichen dan Suibian, Lan WangJi bersama Wei WuXian meninggalkan YunMeng. Lan Yuan tampak senang dalam pelukan Lan WangJi, sama sekali tidak takut pada ketinggian.
Mereka tiba di Gusu saat hari menjelang sore.
Sampai di pintu masuk Cloud Recesses, mereka melihat Lan XiChen ada di sana bersama Nie MingJue.
“WangJi, Wei Ying,” Lan XiChen tampak senang melihat kedatangan kedua adiknya.
Lan WangJi dan Wei WuXian memberi hormat pada Lan XiChen dan juga Nie MingJue.
“Siapa anak yang kau bawa, WangJi?” tanya Lan XiChen begitu melihat sosok anak kecil di pelukan adiknya.
Lan WangJi menurunkan Lan Yuan dan memberi isyarat pada anak itu supaya mengenalkan diri.
Dengan patuh Lan Yuan membungkukkan badannya dan membeli salam hormat, “Nama saya Lan Yuan, paman sekalian.”
Alis Lan XiChen dan Nie MingJue terangkat.
“Lan … kalian pakai mantra apa sampai bisa punya anak sendiri?” Nie MingJue terkekeh.
“Da-ge,” Lan XiChen memandang saudara sesumpahnya sebelum beralih pada adiknya, “masuklah dulu, WangJi! Aku akan mengantar Da-ge.”
Nie MingJue menepuk pundak Lan XiChen, “Aku bisa turun sendiri, A-Hian. Kau sudah lama tidak bertemu dengan WangJi dan Wei Ying. Kau juga punya keponakan sekarang,” Nie MingJue menepuk kepala Lan Yuan, “sampai jumpa, bocah kecil.”
Lan Yuan melambai penuh semangat pada sosok Nie MingJue yang menuruni tangga Cloud Recesses.
Setelah sosok Nie MingJue menghilang dalam kabut tipis yang selalu ada di sekitar gunung pada musim seperti ini, Lan XiChen mengajak kedua adik dan keponakan barunya untuk masuk. Sambil berjalan, Wei WuXian menceritakan tentang asal usul Lan Yuan dan mengutarakan niat untuk mengadopsi anak itu, memberinya nama ‘Lan’ yang sah.
Tentu saja permintaan itu disanggupi oleh Lan XiChen, membuat Lan WangJi merasa lega dan juga senang. Dengan begini A-Yuan benar-benar akan menjadi bagian keluarga Lan. Menjadi anaknya dan Wei WuXian.
.
.
Suara batuk membuat Lan WangJi terbangun dari tidurnya. Dia membuka mata dan melihat hari masih gelap. Suara batuk itu terdengar lagi dan Lan WangJi menoleh ke arah Wei WuXian.
“Wei Ying?” Lan WangJi memiringkan tubuhnya dan menghadap ke arah Wei WuXian. Dia mengulurkan tangan untuk mengusap punggung Wei WuXian, berhati-hati supaya tidak mengusik Lan Yuan yang tidur pulas di tengah mereka.
Suara batuk Wei WuXian sedikit mereda, “Lan Zhan ….”
Mendengar suara Wei WuXian yang serak, Lan WangJi langsung beranjak dari tempat tidur dan menyalakan lilin. Saat kembali, dia melihat wajah Wei WuXian sedikit pucat. Pemuda itu menahan batuknya supaya tidak mengganggu Lan Yuan.
“Biar aku bawa A-Yuan ke tempat kakak,” Lan WangJi perlahan menggendong Lan Yuan. Untung saja anak itu sama seperti Wei WuXian yang kalau sudah tidur, akan susah sekali dibangunkan. “Tunggu di sini!”
Meninggalkan Jingshi, Lan WangJi menuju ke Hanshi dan mengetuk pintu tempat tinggal kakaknya. Dia menunggu beberapa waktu sampai akhirnya Lan XiChen membuka pintu.
“WangJi? Kenapa malam-malam ke sini?” Lan XiChen tampak sekali kalau baru saja bangun tidur, tapi penampilannya masih tetap rapi seperti biasa. Pandangan Lan XiChen teralih pada Lan Yuan di gendongan Lan WangJi, “A-Yuan kenapa? Dia sakit?”
Lan WangJi menggeleng, “Bukan …. Wei Ying.”
Mengerti, Lan XiChen pun membiarkan Lan WangJi memindah posisi Lan Yuan ke dalam pelukannya, “Sampai Wei Ying sembuh, biar A-Yuan bersamaku saja.”
“… Maaf … merepotkan.”
Lan XiChen tersenyum, “Merepotkan apa? Aku senang ditemani A-Yuan. Jangan cemaskan dia dan rawatlah Wei Ying dengan baik!”
Kemudian Lan WangJi pun berpamitan. Dia berjalan kembali ke Jingshi setelah sebelumnya berbelok ke dapur untuk merebus obat.
“Wei Ying?”
Batuk masih terdengar dan Lan WangJi melihat Wei WuXian duduk di tempat tidur, membungkus tubuhnya dengan selimut. Lan WangJi duduk di dekat Wei WuXian dan memberikan cangkir berisi teh obat yang dia racik sendiri. Tanpa protes, Wei WuXian langsung meminumnya dan segera merasa lebih baik, setidaknya dingin yang dia rasa jadi berkurang.
Lan WangJi meletakkan tangannya di kening Wei WuXian, “… Sedikit demam.” Dia memeriksa pakaian Wei WuXian yang basah karena keringat, “ganti baju!” Lan WangJi mengambilkan baju bersih untuk Wei WuXian dan membantunya berganti pakaian.
Setelah melipat baju Wei WuXian yang basah dan meletakkannya di meja, Lan WangJi menyuruh Wei WuXian untuk kembali tidur.
“Lan Zhan … dingin.”
Lan WangJi memeluk Wei WuXian erat, membiarkan pemuda itu menyandarkan kepala di dadanya, “Tidur!”
“Tidak mau,” kata Wei WuXian, “nyanyikan lagu untukku? Supaya tidurku nyenyak.”
Menghela napas, Lan WangJi menuruti permintaan itu. Dia pun menggumamkan lagu yang dia ciptakan untuk Wei WuXian. Tangannya mengusap punggung kekasihnya, mencoba mengusir dingin.
.
Pagi harinya, hujan turun cukup deras. Lan WangJi menambah lapisan selimut Wei WuXian dan mengompres kening pemuda itu. Demamnya mendadak memburuk saat fajar datang.
Terdengar suara ketukan pintu dan Lan WangJi beranjak untuk membukanya dan menemukan Lan XiChen bersama Lan Yuan di depan.
“Kakak … A-Yuan,” Lan WangJi membiarkan Lan Yuan memeluk kakinya dengan erat.
“Mau kakak Xian!!” kata bocah kecil itu.
Lan XiChen tersenyum setengah hati, “Waktu aku bilang Wei Ying sakit, dia memaksa kembali ke sini.”
“A-Yuan …” Lan WangJi menggendong Lan Yuan, “biarkan kakak Xian beristirahat!”
“A-Yuan mau sama kakak Xian!!” Lan Yuan menggembungkan pipinya.
Lan XiChen mengusap kepala Lan Yuan, “Kalau kau ikut sakit, nanti kakak Xian sedih. Kau mau lihat kakak Xian sedih?”
Kedua mata Lan Yuan melebar dan dia langsung menggeleng.
“Kalau begitu, ikutlah denganku. Aku akan mengajarimu melukis lagi,” Lan XiChen membuka kedua tangannya dan tersenyum senang saat Lan Yuan pindah ke gendongannya. Lan XiChen memandang adiknya, “Kau juga jaga kesehatan, WangJi. Aku akan suruh seseorang mengantarkan bubur untuk Wei Ying dan sarapanmu juga.”
Lan WangJi mengangguk dan membiarkan kakaknya pergi bersama Lan Yuan yang melambai padanya dengan wajah sedih. Setelah menutup pintu, Lan WangJi kembali ke tempat tidur dan melihat Wei WuXian sudah bangun.
“A-Yuan?”
“Mn,” Lan WangJi duduk dan memeriksa suhu Wei WuXian, masih terasa cukup panas.
Wei WuXian terbatuk lagi.
“Wei Ying ….”
Mengerang, Wei WuXian memiringkan tubuhnya dan menyembunyikan diri dalam selimut.
“Wei Ying?” khawatir, Lan WangJi menyentuh pundak Wei WuXian.
“Aaaaahh~~ nyebelin banget!!!” seruan frustasi Wei WuXian terdengar dari dalam selimut, “kenapa sakit sih?”
Lan WangJi mengalihkan tangannya ke kepala Wei WuXian dan mengusapnya, “Jangan marah. Sakit itu alamiah, siapa saja bisa sakit.”
Wei WuXian mengintip dari balik selimutnya, “Kalau sakit kan aku jadi tidak bisa main dengan A-Yuan,” dia menggembungkan pipinya dan membuat senyum langka menghias wajah Lan WangJi. Walau mendadak terpesona, Wei WuXian tak mau mengaku, “Heh!! Kenapa malah tertawa? Kau mengejekku?”
“Tidak,” Lan WangJi merendahkan badannya dan mengecup kening Wei WuXian, “kau mirip A-Yuan. Seperti anak kecil.”
“Lan Zhan!!” protes Wei WuXian. Dia menggeser posisinya dan merapat pada Lan Zhan, “kalau aku anak kecil, kau harus memanjakanku!!”
“… Mn.” Lan Zhan beranjak berdiri dan melepas jubah luarnya lalu kembali pada Wei WuXian dan berbaring di sebelahnya, menyusup masuk ke dalam selimut.
“Ei? Lan Zhan? Kau mau apa?”
Lan WangJi memeluk Wei WuXian, “… Memanjakanmu.”
“A - Aah?” Wei WuXian mengangkat kedua alisnya dan dia merasakan Lan WangJi menarik lepas ikatan kain di pinggangnya,” Eh!! Lan Zhan!! Tunggu dulu!!”
Abai, tangan Lan WangJi tetap bergerak, kini menyentuh kulit Wei WuXian secara langsung, membelainya dengan lembut.
“Aiyaaa … Lan Zhan… Lan WangJi … kenapa kau salah mengartikan maksudku sih?” Wei WuXian menghela napas. Dia menyentuh kedua sisi wajah Lan Zhan dan memberinya kecupan-kecupan singkat di bibir, “Kau ini memang tidak bisa dilawan, HanGuang-Jun,” Wei WuXian tersenyum lalu memeluk Lan WangJi, “Kurasa kita tidak punya banyak waktu. Sebaiknya kau pakai sisa waktumu dengan baik, Lan er-gege.”
“… Mn.”
Dinginnya hujan yang turun di pagi itu sama sekali tak terasa oleh insan yang larut dalam kemesraan.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
To Be Continued
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
Chapter Text
“A-Ling!! A-Ling, jangan lari!! Nanti kau jatuh!!” Lan Yuan berlari mengejar anak laki-laki berumur lima tahun, Jin Ling, putra pasangan Jiang YanLi dan Jin ZiXuan. “A-Ling!!”
Melihat itu, dua orang dewasa yang mengawasi dari paviliun, tertawa. Wei WuXian dan Jiang YanLi mengawasi anak-anak mereka sementara Jin ZiXuan dan Jiang Cheng sedang menemui Lan XiChen untuk membahas masalah klan. Lan WangJi sendiri sedang mengisi kelas dan baru akan selesai menjelang malam nanti. Di Cloud Recesses ini, peran Wei WuXian lebih banyak sebagai pengawas murid-murid junior, kadang mengawasi latihan mereka, kadang menemani saat perburuan malam.
“A-Yuan benar-benar kakak yang baik untuk A-Ling,” ujar Jiang YanLi.
Wei WuXian tersenyum lebar, “Tentu saja. A-Yuan akan selalu menjaga A-Ling.”
Udara di Gusu hari itu sedikit dingin, tapi sepertinya hawa seperti itu sama sekali tak mengganggu bagi dua anak yang berlarian dan tertawa.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
Mo Dao Zu Shi (Grandmaster of Demonic Cultivation)
© Mo Xiang Tong Xiu
The One © aicchan
Lan WangJi x Wei WuXian
Canon Divergent
(Fanfiksi ini ditulis tanpa tujuan untuk mendapatkan keuntungan materi)
ENJOY
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo
“Ayah!! Lihat!! Kupu-kupu!!”
Wei WuXian menoleh pada Lan Yuan, di tangan anak itu ada seekor kupu-kupu putih yang indah. Saat kupu-kupu itu terbang, wajah Lan Yuan tampak sedih sebentar sebelum dia diseret lagi oleh Jin Ling yang ingin pergi ke sisi taman yang lain.
Jiang YanLi tersenyum lembut, “Kau juga sudah jadi ayah yang baik, A-Xian. A-Yuan tumbuh jadi anak yang luar biasa.”
“Ahahaha … semua karena didikan Lan Zhan. Kalau diserahkan padaku sih, A-Yuan bakal jadi pembuat onar sejati.”
“Kau bukan pembuat onar, A-Xian,” Jiang YanLi mengusap wajah Wei WuXian seperti yang selalu dia lakukan sejak mereka masih kecil, “kalian berdua membesarkan A-Yuan dengan sangat baik.” Menurunkan tangannya, Jiang YanLi lalu memandang ke sekeliling. Ini bukan kali pertama dia bertandang ke Cloud Recesses, tapi tempat ini selalu membuatnya merasa tenang.
Pandangan mata Wei WuXian masih berpusat pada Lan Yuan yang Jin Ling. Kedua anak itu sudah seperti saudara kandung saja, kalau bertemu, sama sekali tidak mau berpisah. Rasanya masih seperti kemarin Lan Yuan memanggilnya dan Lan WangJi dengan sebutan ‘Ayah’, waktu itu Wei WuXian merasa ingin menangis karena terlalu bahagia. Hari itu, keluarga kecilnya bersama Lan WangJi sungguh terasa sempurna.
“Kudengar A-Yuan sudah mulai belajar kultivasi?”
Pertanyaan dari Jiang YanLi membuat Wei WuXian menoleh, “Ya. Awal musim semi kemarin dia mulai menerima dasarnya. Paman QiRen yang langsung membimbingnya.”
“Kenapa bukan kau saja?”
Wei WuXian menggeleng, “Aku dan Lan Zhan sudah memutuskan kalau A-Yuan akan mengikuti aliran Cloud Recesses. Sementara aku dasarnya adalah aliran YunMeng, jadi urusan pendidikannya sih aku serahkan pada Lan Zhan semua.”
Obrolan mereka berdua terputus saat Lan Yuan dan Jin Ling menghampiri mereka. Jin Ling langsung memeluk ibunya sementara Lan Yuan menghampiri Wei WuXian.
“Sudah capek?” Jiang YanLi memangku putranya.
“Ibu, aku mau main ke kota!!” pinta Jin Ling.
“Kota? Kau mau apa di sana?”
“Beli loquat!!”
Wei WuXian tertawa mendengar itu, “Kau sudah seperti Lan Zhan saja. Suka sekali makan loquat,” dia mengacak poni Jin Ling, membuat anak itu merengut. Lalu dia menoleh pada Lan Yuan, “Kau juga mau ke kota?”
“Hmmm … tapi aku masih harus menyalin kitab. Guru QiRen pasti marah kalau besok belum selesai.”
Jiang YanLi mengusap kepala Jin Ling, “Kalau begitu kita ke kota besok saja. Kita kan menginap sampai lusa di sini.”
Wajah Jin Ling berseri mendengarnya, “Kalau begitu A-Ling temani A-Yuan belajar, boleh?”
“Boleh!!” jawab Lan Yuan segera.
Jin Ling turun dari pangkuan ibunya dan menggandeng tangan Lan Yuan. Kedua anak itu pun meninggalkan paviliun untuk menuju ke perpustakaan tempat Lan Yuan biasa belajar.
.
Saat matahari sudah beranjak makin ke barat, Jin ZiXuan datang ke paviliun seorang diri.
“Mana Jiang Cheng?” tanya Wei WuXian.
“Masih bicara dengan Kepala Klan Lan,” ujar Jin ZiXuan yang kini memegang jabatan sebagai Kepala Klan Jin, menggantikan ayahnya. Jiang Cheng sendiri datang ke pertemuan ini sebagai pengganti Jiang FengMian karena pria itu perlahan berniat memberikan posisinya kepada Jiang Cheng sebagai Kepala Klan Jiang.
Jin ZiXuan duduk di samping istrinya, “Pertemuan antar klan nanti akan dilaksanakan di YunMeng. Kurasa A-Li lebih baik langsung pulang ke sana saja. Lagipula acaranya akan dilaksanakan sebulan lagi. Kau pasti lelah kalau harus kembali dulu ke Lanling dan berangkat lagi ke YunMeng.”
“Enaknya … aku juga mau pulang ke YunMeng. Tapi sekarang Lan Yuan sudah mulai belajar, aku tidak bisa seenaknya mengajak dia pergi lagi.”
Itu membuat Jin ZiXuan mengangkat sebelah alisnya lalu memandang Jiang YanLi, “Yakin ini Wei Ying-mu, A-Li? Kupikir dia tipe serampangan yang tidak peduli pendidikan anak. Ternyata dia bertanggung jawab juga.”
Jiang YanLi tertawa saat Wei WuXian mendelik pada suaminya, “Jangan begitu. A-Xian kan senior kita dalam hal mengasuh anak.”
“Omong-omong, mana A-Ling?” tanya Jin ZiXuan, jelas berusaha mengalihkan topik.
“Menemani A-Yuan di perpustakaan. Apa kalian mau menjemputnya?” Wei WuXian berdiri dan merapikan jubahnya.
Akhirnya Jiang YanLi dan Jin ZiXuan mengikuti Wei WuXian untuk menjemput putra mereka di perpustakaan. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan Lan WangJi yang baru saja meninggalkan ruang Anggrek.
“Lan Zhan!!” Wei WuXian segera menghampiri Lan WangJi yang baginya, semakin dewasa semakin terlihat tampan, “kelasmu sudah selesai?”
“Mn.” Lalu Lan WangJi memberi hormat pada kedua kakak iparnya, “Maaf baru bisa menemui kalian.”
Jiang YanLi tersenyum, “Tidak masalah. Pekerjaanmu lebih penting.”
Pandangan Lan WangJi kembali pada Wei WuXian, “Mau kemana?”
“Menjemput A-Yuan dan A-Ling di perpustakaan. Ikut?”
“… Aku harus bicara dengan kakak.”
“Kepala Klan Lan sedang bicara dengan Jiang Cheng,” ujar Jin ZiXuan.
Lan WangJi tampak berpikir, “… Aku ikut menjemput A-Yuan.”
Heran, Wei WuXian mengangkat alisnya, “Tidak jadi bicara dengan ZeWu-Jun?”
“… Nanti saja.”
Mereka semua melanjutkan perjalanan ke perpustakaan untuk menjemput anak mereka dan bersiap untuk makan malam.
.
.
“Astaga … A-Yuan kalau sudah sama A-Ling, lengket tidak mau lepas.” Wei WuXian menggerai rambutnya setelah mandi dan berganti dengan pakaian tidur, “Sampai mau tidur saja tidak mau pisah.”
Lan WangJi duduk di tempat tidur, mengulurkan tangan pada Wei WuXian yang langsung menyambut dan duduk di sampingnya. Dia merangkul pundak Wei WuXian yang langsung menyandarkan kepala di pundaknya.
“Tidak terasa ya … sudah lima tahun kita mengasuh A-Yuan,” Wei WuXian membiarkan Lan WangJi mengenggam tangannya, “tidak terasa juga sudah cukup lama kita menikah. Dulu aku pikir selamanya pernikahan kita cuma akan jadi status belaka. Tapi nyatanya malah jadi begini.”
“… Kau menyesal?”
Seketika Wei WuXian menggeleng dan menegakkan diri untuk memandang Lan WangJi lurus di mata, “Tidak!! Tidak, Lan Zhan. Kalau ada satu hal yang tidak akan pernah membuatku menyesal adalah keputusanku untuk setuju menikah denganmu.” Dia melingkarkan kedua tangannya di leher Lan WangJi, “Menikah denganmu membawa warna baru. Membawa banyak perubahan dalam hidupku. Dan semua membuatku merasa senang.
“Menghabiskan tiap waktuku bersamamu adalah hal yang terindah. Aku tidak akan menukarnya dengan apapun.” Wei WuXian tersenyum lebar saat melihat telinga Lan WangJi berubah merah, “Lan er-gege … kenapa kau tersipu?” Wei WuXian memiringkan kepalanya, “apa istrimu ini semakin lihai memuji? Kau suka itu?”
Wei WuXian tertawa melihat telinga Lan WangJi semakin memerah walau raut wajah kekasih hatinya itu tetap terlihat dingin.
Kedua tangan Lan Zhan pun melingkar di pinggang Wei WuXian, membawa pemuda itu mendekat dan mencium bibirnya.
Sentuhan itu ringan, tidak menuntut, hanya ingin menghabiskan waktu bersama.
“Lan Zhan …”
“Mn?”
Wei WuXian menahan kedua sisi wajah Lan WangJi, “Kau ikut ke pertemuan di YunMeng?”
“… Mn,” Lan WangJi menurunkan tangan Wei WuXian dan kembai menciumi bibirnya,” kau dan A-Yuan ikut denganku.”
Sedkit tertawa karena kecupan Lan WangJi berpindah ke area telinganya, Wei WuXian mengusap kepala Lan WangJi, “Apa Paman QiRen setuju?”
“Aku sudah bicara dengannya.”
“Hmm …” Wei WuXian mengumam saat Lan WangJi menarik ikatan kain di pinggangnya, “Hei!!” Wei WuXian menegakkan wajah Lan WangJi. Dan saat mereka bertemu pandang, entah kenapa wajah Lan WangJi terlihat melas sekali di mata Wei WuXian.
“… Kau tidak mau?”
Tidak mungkin menolak Lan WangJi yang memandangnya seperti itu, Wei WuXian menarik napas dan mengalah. “Sekali!” katanya, “Setelah itu kita tidur!”
“Mn.”
.
.
Nyatanya,Wei WuXian hanya sempat tidur beberapa jam sebelum fajar datang. Memandang kesal pada Lan WangJi, Wei WuXian merapikan ikatan rambutnya.
“Kenapa sih kau selalu saja begini?”
Lan WangJi memasang wajah seolah tidak mengerti maksud Wei WuXian.
“Kan aku bilang sekali saja!!” Wei WuXian mengerutkan keningnya. “Hari ini aku ada jadwal mengawasi latihan pedang dan sekarang kakiku rasanya tidak bertenaga.”
Mendekati Wei WuXian yang duduk di kursi, Lan WangJi merendahkan tubuhnya dan mencium kening Wei WuXian, “Kau juga ada janji mengajak A-Yuan dan A-Ling ke kota.”
Wei WuXian menahan diri untuk tidak menyerbu Lan WangJi dengan pukulan membabi buta.
“Sampai jumpa nanti malam,” Lan WangJi mencium singkat bibir Wei WuXian sebelum meninggalkan Jingshi.
Menggembungkan pipinya, Wei WuXian pun menyesaikan rutinitas paginya, menyambar Suibian dan ChenQing sebelum pergi menuju tempat latihan para murid.
.
.
#
.
.
YunMeng Jiang masih tetap dengan atmosfir yang sama. Kehidupan warganya begitu penuh semangat, pun dengan para kultivator muda yang tanpa kenal lelah terus mengasah kemampuan mereka di bawah bimbingan Jiang FengMian dan Yu ZiYuan.
Terlebih hari ini, YunMeng tampak luar biasa penuh karena kultivator dari semua wilayah berkumpul di sini untuk pertemuan rutin. Rasanya perlu membangun penginapan tambahan untuk menampung tamu yang datang.
Wei WuXian tiba di YunMeng bersama Lan WangJi dan Lan Yuan tepat di hari pertemuan karena mereka juga punya tanggung jawab di Cloud Recesses yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. Sepanjang jalan menuju ke kediaman keluarga Jiang, Wei WuXian membalas sapaan semua orang, sekaligus menjadi vokal Lan WangJi yang membalas sapaan hanya dengan anggukan saja.
Sampai di tujuan, Wei WuXian langsung mencari keluarganya dan menemukan Jiang FengMian dan Yu ZiYuan sedang menyambut para tamu.
“Paman, Bibi,” Wei WuXian menghampiri dua orang itu dengan Lan Yuan di gendongannya. Lan WangJi berdiri di sampingnya dan memberi salam hormat.
“Kakek!! Neneeek!!!” Lan Yuan langsung berpindah ke gendongan Yu ZiYuan, “Mmmuah!! A-Yuan kangen nenek!!” dia mencium pipi Yu ZiYuan, “Kakek juga!”
Jiang FengMian tertawa saat Lan Yuan juga mencium pipinya, “Kenapa kalian tidak bersama ZeWu-Jun?” tanya pria itu, “Dia sudah datang sejak kemarin.”
“Kami menunggu sampai A-Yuan selesai dengan latihan kaligrafinya. Biar dia bisa bebas bermain di sini tanpa terbebani tugas,” Wei WuXian mengacak rambut Lan Yuan.
Jiang FengMian dan Yu ZiYuan bertukar pandang, sedikit takjub melihat bagaimana bocah tidak bisa diam yang ada dalam asuhan mereka dahulu, kini sudah menjelma menjadi seorang pria dewasa. Menjadi seorang kultivator yang ternama dan dihormati. Sudah sering sekali Jiang FengMian dan Yu ZiYuan mendengar sepak terjang Wei WuXian bersama Lan WangJi. Cultivator Partner yang terkuat. Tak jarang begitulah sebutan dari mereka yang menyaksikan langsung kehebatan Wei WuXian dan Lan WangJi.
Ada buncah bahagia dan bangga dalam diri Jiang FengMian, juga Yu ZiYuan.
Anak-anak muda yang beranjak dewasa sungguh membawa angin segar bagi maa depan dunia kultivasi. Dan saat waktunya tiba nanti, mereka tidak akan keberatan menikmati ketenangan hidup dan hanya menjadi pengawas. Membiarkan para generasi penerus mengukir kisah mereka sendiri.
.
Wei WuXian dan Lan WangJi pergi ke kamar mereka dulu di YunMeng sebelum bergabung dengan peserta pertemuan di aula. Wei WuXian mengganti bajunya dengan jubah putih Lan, sedangkan Lan WangJi hanya merapikan pakaiannya saja walau menurut Wei WuXian, penampilan pemuda itu tetap sempurna walau mereka terbang dari Gusu hingga YunMeng, seakan angin saja sungkan untuk menyentuh rambut seorang HanGuang-Jun.
“Lan Zhan, bisa ikatkan ini?”
Lan WangJi beranjak dari tempatnya dan membantu Wei WuXian berpakaian. Jubah klan Lan memang tidak seringkas baju yang biasa dikenakan Wei WuXian sehari-hari, jadi Lan WangJi memang sering membantunya berpakaian. Bukannya Lan WangJi keberatan, dia justru senang, karena dengan begini dia bisa berada dekat dengan Wei WuXian.
“Hmm … kurasa aku pakai ikat rambut yang putih saja deh.”
Itu membuat Lan WangJi bereaksi, “… Merah.”
“Hah?” Wei WuXian mengangkat kedua alisnya.
“Pakai yang merah!” Lan WangJi mengambil kain dari meja.
Wei WuXian mengulum senyum dan membiarkan Lan WangJi mengikatkan kain itu di rambutnya, “Lan er-gege … kau suka sekali ya kalau aku pakai warna merah?”
“Mn.” Lan WangJi mengikat kain itu dengan rapi, “Merah … cocok dengan Wei Ying.”
Mau berapa kali pun mendengar yang seperti itu, Wei WuXian tetap merasa senang pada pujian Lan WangJi. Setelah memantikan penampilan mereka sempurna, keduanya meninggalkan kamar dan menuju aula.
“Kakak.”
Wei WuXian menoleh ke arah yang sama dengan Lan WangJi dan melihat Lan XiChen ada di salah satu paviliun bersama Jiang Cheng.
Kalau Wei WuXian pikir lagi, akhir-akhir ini dia sering sekali melihat Jiang Cheng bicara berdu dengan Lan XiChen. Wei WuXian kira mungkin itu karena Jiang Cheng mulai meniti jalannya untuk menjadi Kepala Klan, jadi dia meminta masukan dan saran dari Lan XiChen.
“Ayo ke sana! Kita belum bertemu ZeWu-Jun.”
Tapi Lan WangJi menahan tangan Wei WuXian, “… Nanti saja.”
“Eeeh? Kenapa? Sekarang saja!!” tapi Wei WuXian tak bisa melepaskan diri dari Lan WangJi yang kembali berjalan, “Eh?! Lan Zhan!! Lan Zhan!!” akhirnya Wei WuXian pun mensejajari langkah Lan WangJi, “Kenapa sih? Tidak sopan loh kalau tidak menyapa kakakmu.”
“… Nanti bertemu di aula.”
Kening Wei WuXian berkerut, “Kau sedang kesal dengan ZeWu-Jun?”
“… Tidak.”
“Terus kenapa tidak mau menyapa?”
“… Nanti bertemu di aula.” Ulang Lan WangJi yang terus berjalan.
Akhirnya Wei WuXian diam dan mengikuti Lan WangJi sampai ke aula.
.
.
#
.
.
Mereka berdua tinggal di YunMeng selama satu minggu, menuruti kemauan Lan Yuan yang masih ingin bersama kakek dan neneknya. Itu membuat Jin Ling juga merengek pada ayah ibunya supaya diizinkan tinggal. Tentu saja Jiang FengMian dan Yu ZiYuan dengan senang hati menerima kedua cucu kesayangannya. Jadilah, Jiang YanLi juga tetap tinggal sementara Jin ZiXuan kebali ke Lanling karena dia masih punya tugas di sana.
Hari ini Jiang YanLi mengajak Jin Ling dan Lan Yuan berjalan-jalan di kota, dikawal oleh dua wanita kepercayaan Yu ZiYuan. Jiang Cheng mengikuti Jiang FengMian untuk memeriksa beberapa dokumen, Yu ZiYuan mengawasi latihan para murid.
Tinggallah Wei WuXian dan Lan WangJi yang menganggur tanpa pekerjaan.
“Terus … kita ngapain?” tanya Wei WuXian saat semua orang sudah sibuk dengan kegiatan mereka. “Tau begini mending aku tidur saja sampai siang.”
“… Tidak boleh.”
Wei WuXian tertawa, “Tidak apalah!! Kita kan sedang tidak di Cloud Recesses. Kau juga boleh menemaniku.”
“… Tidak boleh.”
Wei WuXian menautkan jemari mereka dan merapat pada Lan WangJi, “Jadi … Lan er-gege mau apa dengan Wei Ying ini?” dia tersenyum melihat kilau di mata Lan WangJi yang detik berikutnya langsung memalingkan muka, “Eh, Lan Zhan?! Kenapa malah melihat ke arah lain?” Wei WuXian pura-pura memasang wajah tersinggung, “apa aku sudah tidak menarik lagi? Kau sudah bosan padaku?”
Seketika pandangan Lan WangJi kembali pada Wei WuXian, wajah pemuda itu tampak terguncang.
Wei WuXian tertawa terbahak dan memeluk lengan Lan WangJi, “Aku cuma bercanda!! Astaga!! Tidak usah pucat seperti itu!!”
Tak disangka, Lan WangJi memeluk Wei WuXian erat, memberi kecupan ringan di kepala Wei WuXian, “… Tidak bosan,” ujarnya lirih, “tidak akan pernah bosan … denganmu.”
Tersenyum, Wei WuXian membalas pelukan itu, “Aku juga, Lan Zhan. Aku juga.”
Kemudian mereka pun memutuskan untuk menikmati hari di luar. Wei WuXian mengusulkan mereka bersantai saja di danau. Naik perahu, membawa bekal. Melihat kesibukan kota dari kejauhan. Lan WangJi menyetujui usulan Wei WuXian dan mereka pun segera pergi ke dermaga setelah sebelumnya membeli beberapa makanan dan minuman dari kios.
Menaiki salah satu perahu milik keluarga Jiang, Wei WuXian mengambil kendali dan menyuruh Lan WangJi menunggu di dalam kabin, tapi Lan WangJi menolak, dia memilih berdiri dekat dengan Wei WuXian.
Perahu melaju mulus meninggalkan dermaga dan Wei WuXian berhenti saat mereka sudah berada cukup jauh dan suara kebisingan kota tak lagi terdengar. Lalu keduanya pun duduk, menikmati perairan yang tenang, hari yang cerah dan angin yang berhembus perlahan.
Wei WuXian duduk di depan Lan WangJi, bersandar di dada kekasihnya sementara kedua tangan Lan WangJi melingkar di pinggang Wei WuXian. Kepala Wei WuXian nyaman di pundak Lan WangJi, menghirup aroma cendana yang khas.
“Aku jadi kangen berenang di sini. Memetik biji lotus. Bermain layangan.”
“… A-Yuan.”
“Ha?”
“… Kau bisa mengajari A-Yuan semua itu.”
Wei WuXian tersenyum, “Kau benar,” dia meraih kedua tangan Lan WangJi dan membawa ke bibirnya, “Kau selalu punya cara untuk membuatku merasa lebih baik.” Dia mencium kedua punggung tangan Lan WangJi.
“Wei Ying …”
Mendengar namanya disebut, Wei WuXian menoleh dan bertemu pandang dengan Lan WangJi. Di posisi seperti itu, bibir mereka bertemu. Wei WuXian memejamkan mata, menikmati kecupan ringan Lan WangJi yang perlahan berubah menjadi cumbuan dalam.
“Lan Zhan …”
“… Mn?”
Wei WuXian memiringkan kepalanya dan tertawa karena Lan WangJi beralih menciumi lehernya, “Lan er-gege, tadi kutawari ke kamar, tapi kau tidak mau. Apa kau memang berniat melakukannya di luar, hah? Kau punya hobi seperti itu? Aku baru tahu.”
Terdengar suara gumamam protes dari Lan WangJi, seketika membuat Wei WuXian tertawa lagi.
“Iya iya, aku cuma bercanda. Urat bercandamu putus, ya?”
Lan WangJi memeluk Wei WuXian makin erat dan menyandarkan keningnya di pundak sang kekasih, “… Wei Ying … aku … bahagia.”
Sedikit terkejut mendengar itu, Wei WuXian mengangkat alisnya, “Aku juga bahagia, Lan Zhan.” Dia menyentuh lengan Lan WangJi di pinggangnya, “Kenapa tiba-tiba bicara begini?”
“… Kakak bilang … hal seperti ini … harus diutarakan,” Lan WangJi masih belum mengangkat wajahnya. “Aku bahagia … menikah denganmu … bersama denganmu. Dengan A-Yuan.”
Senyum menghiasi wajah tampan Wei WuXian, dia menoleh dan mengecup sisi kepala Lan WangJi, “Aku juga bahagia denganmu dan A-Yuan, Lan Zhan. Sampai selama ini, setiap hariku penuh kebahagiaan bersamamu. Ya— sekali dua kali kita pernah bertengkar karena hal sepele juga, sih.” Wei WuXian tertawa teringat beberapa pertengkaran konyolnya dengan Lan WangJi.
Seperti saat Lan WangJi membereskan kertas-kertas catatannya dan membuat Wei WuXian jadi kebingungan menyusunnya lagi. Atau saat Wei Ying menghabiskan tinta milik Lan WangJi padahal dia butuh untuk memeriksa laporan perburuan malam para junior.
Tapi seperti kata orang, pertengkaran itu bumbu dalam sebuah hubungan. Hal seperti itu juga akan menjadi cerita lucu kalau bisa dihadapi bersama tanpa melibatkan emosi tinggi. Sampai saat ini, rekor terlama Wei WuXian kesal pada Lan WangJi atau sebaliknya, hanyalah kurang dari satu hari. Setelahnya mereka akan saling menertawakan, atau dalam kasus Lan WangJi, tersenyum tipis, membahas pekara yang sesungguhnya sangat tidak penting.
“Lan Zhan … kurasa setelah ini hari-hari kita juga akan sangat menyenangkan. Kau tahu. Melihat A-Yuan tumbuh dewasa, melihatnya menjadi kultivator handal seperti kau dan aku. Menemaninya di perburuan malam, atau mungkin mengajaknya meninggalkan Gusu untuk beberapa bulan saat dia sudah dewasa nanti.”
Mungkin terdengar sederhana, namun impian seperti itu adalah harapan untuk kehidupan mereka setelah ini.
Lan WangJi akhirnya menegakkan tubuhnya, lalu menautkan jemarinya dengan Wei WuXian, “Wei Ying …”
“Ya, Lan Zhan?”
“Terima kasih … kau tetap bertahan di sampingku.”
Kali kedua Wei WuXian dibuat terkejut oleh kata-kata Lan WangJi hari ini. Dia sedikit menengadahkan wajahnya dan dia berharapan dengan sorot lembut mata Lan WangJi yang lurus padanya.
“Aku tahu … aku bukan pembicara yang baik … tapi kau … tetap bertahan.”
Wei WuXian harus mati-matian menahan tawanya, “Lan Zhan … Lan WangJi … HanGuang-Jun …” dia menggenggam jemari Lan WangJi erat, “Aku akan bertahan selamanya di sisimu. Walau nanti kau bosan dan tidak mau melihat mukaku lagi. Mungkin kalau aku mati duluan pun aku akan jadi hantu dan terus menemanimu.”
“Tidak!!”
Tersentak karena suara Lan WangJi yang mendadak meninggi, Wei WuXian menoleh. Dia melihat perubahan jelas di raut wajah Lan WangJi, matanya tampak kalut.
“Tidak … Wei Ying … jangan bicara tentang kematian … jangan!”
Tak sampai hati tertawa, Wei WuXian hanya tersenyum lalu melingkarkan tangan Lan WangJi kembali di pinggangnya, “Maaf … aku tidak akan bicara seperti itu lagi.”
“… Mn.”
Kemudian mereka duduk diam dalam posisi seperti itu untuk beberapa waktu, menikmati kedamaian yang selalu terasa setiap kali mereka bersama.
.
.
Mereka kembali ke darat saat hari sudah malam. Di gerbang, mereka bertemu dengan Jiang Cheng bersama dengan Lan XiChen dan beberapa murid junior YunMeng dan Cloud Recesses.
“Kakak.”
“WangJi. Wei Ying,” sapa Lan XiChen dengan senyumnya yang biasa. “Hari ini aku dan Jiang Cheng akan mengawasi perburuan malam para junior, kalian mau ikut?”
Sebelum Wei WuXian atau Lan WangJi menjawab, Jiang Cheng sudah menyela, “Kalau mengajak mereka, yang ada kita hanya jadi obat nyamuk saja.”
Wei WuXian menonjok pinggang Jiang Cheng, membuat Lan XiChen tertawa, “Kalian berdua tetap saja akrab.”
Mengusap pinggangnya yang jadi korban kekerasan, Jiang Cheng membalas dengan menendang kaki Wei WuXian, “Besok kau yang awasi para shidi!! Jangan bermalas-malasan. Kau itu kan tetap Da-shixiong di sini!!”
“Iya iya, Shidi-ku tersayang,” Wei WuXian merangkul pundak Jiang Cheng, “bilang saja kau kangen sama aku. Dasar bocah.”
Detik berikutnya Lan WangJi menarik kerah Wei WuXian, melepaskannya dari Jiang Cheng. Lan XiChen sampai harus menyamarkan tawanya menjadi batuk yang jelas sekali pura-puranya.
Karena tak ingin terlalu larut mengejar buruan mereka, Jiang Cheng dan Lan XiChen pun meninggalkan tempat itu bersama para junior dan menghilang di kegelapan malam.
Wei WuXian pun mengajak Lan WangJi masuk karena dia sudah lelah seharian ada di luar rumah, berkeliling dari ujung ke ujung wilayah YunMeng. Saat sampai di depan kamar, mereka melihat Jiang YanLi berdiri di sana bersama Lan Yuan yang sudah memakai baju tidurnya.
“Ayaaah!!”
Wei WuXian langung berlutut dan menangkap Lan Yuan yang berlari memeluknya sambil menangis. Refleks, Wei WuXian mengusap-usap punggung anak itu, “Kau kenapa, A-Yuan?”
“Sepertinya dia kangen kalian. Seharian tadi tidak bertemu,” ujar Jiang YanLi.
Wei WuXian berdiri dan menggendong Lan Yuan, “Kau kan sudah ditemani, A-Ling.”
“… Mau ayah berdua!!” Lan Yuan mengulurkan tangannya dan mencengkram lengan baju Lan WangJi.
Jiang YanLi tersenyum, “Wajahlah kalau anak rindu dengan orang tuanya meski hanya berpisah sebentar,” dia mendekat dan mengusap kepala Lan Yuan dengan sayang, “Besok kita main lagi ya, A-Yuan.”
Lan Yuan mengangguk.
Setelah Jiang YanLi berpamitan kembali ke kamarnya, Wei WuXian dan Lan WangJi juga masuk ke dalam kamar, Lan Yuan masih belum mau turun dari gendongan ayahnya. Jadilah Wei WuXian dan Lan WangJi bergantian mandi karena Lan Yuan sepertinya sedang masuk mode manja meski sebenarnya anak itu sudah sangat mandiri.
“Ayah tadi dari mana saja?” tanya Lan Yuan yang sekarang duduk di pangkuan Lan WangJi.
“Danau … dengan perahu.”
“A-Yuan tidak diajak,” pipi Lan Yuan menggembung, persis sekali dengan kebiasaan Wei WuXian.
“… Besok.”
“Janji?”
“Mn.”
“Boleh ajak A-Ling?”
“… Mn.” Lan WangJi berakhir dalam pelukan anaknya.
Tepat saat itu, Wei WuXian keluar dari kamar mandi, “Kenapa kalian malah berpelukan begitu?”
“Ayah!! Besok ke danau, ya?! Dengan A-Ling.”
Bertemu pandang dengan Lan WangJi, Wei WuXian tahu apa yang dijanjikan kekasihnya pada anak mereka, “Tentu saja,” Wei WuXian menyanggupi. Dia duduk di tempat tidur bersama Lan WangJi dan Lan Yuan, “Kita ngapain? Memancing? Mencari akar lotus? Berenang? Main layangan?”
“Semua!!” seru Lan Yuan.
“Semua, kalau begitu,” Wei WuXian tersenyum lebar.
Mereka bertiga akhirnya berbaring, siap untuk tidur. Lan Yuan berbaring senang di antara kedua ayahnya. Wei WuXian berbaring miring, dan menepuk-nepuk lengan Lan Yuan karena itu kesukannya sebelum tidur. Sama seperti Lan WangJi, Lan Yuan tidur dengan posisi berbaring lurus, mereka berdua juga jarang sekali bergerak dalam tidur. Benar-benar seperti ayah anak kandung.
Wei WuXian tertawa pelan, membuat dua kepala menoleh padanya.
“Kenapa Ayah malah tertawa?” Lan Yuan memainkan helai rambut Wei WuXian yang tergerai.
“Tidak. Tidak ada apa-apa,” dia mencium pipi Lan Yuan, “ayo tidur! Aku tidak mau kalian berdua mengomel karena jadwal tidur kalian terganggu.”
Lan Yuan cemberut, “Kami tidak pernah mengomel,” dia menoleh pada Lan WangJi, “iya kan, Ayah?”
“Mn.”
“Tuh!!”
“Iya iya. Aku kalah,” Wei WuXian menciumi pipi Lan Yuan lagi, kali ini dengan lebih gemas.
“Ayah!! A-Yuan mau tidur!!” protes Lan Yuan.
Tidak menggangu lagi, Wei WuXian kembali menepuk-nepuk lengan anaknya sampai Lan Yuan tidur pulas. Wei WuXian memandang Lan WangJi yang juga tengah memandangnya. Lalu Lan WangJi mengubah posisinya, berbaring dan meletakkan tangannya di atas tangan Wei WuXian.
Mereka tidak bertukar kata, tapi Wei WuXian tetap bisa mengerti arti diamnya Lan WangJi.
Tidurlah! Aku di sini menjagamu.
Wei WuXian pun memejamkan mata, menikmati sentuhan Lan WangJi yang memberinya kenyamanan luar biasa. Dalam hati dia berharap kalau dia masih akan diberi umur panjang. Agar dia bisa menikmati kebersamaan dengan orang yang menyempurnakannya. Mengisi kehampaan di jiwanya. Memberi warna pada setiap harinya.
“Wei Ying … wǒ ài nǐ.”
Satu kalimat yang selalu dia dengar di setiap malam membuat Wei WuXian yakin bahwa Lan WangJi pun memiliki harapan yang sama dengannya.
Dan mereka yakin, selama mereka bersama … harapan itu akan berubah menjadi kenyataan.
oxoxoxo
xoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxo
T H E E N D
oxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxoxox
oxoxoxo

Pages Navigation
Lady_Bellatrix on Chapter 1 Wed 27 Feb 2019 03:15AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 1 Wed 27 Feb 2019 03:20AM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 1 Wed 27 Feb 2019 08:12AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 1 Wed 27 Feb 2019 11:16AM UTC
Comment Actions
Lady_Bellatrix on Chapter 2 Thu 28 Feb 2019 03:05AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 2 Thu 28 Feb 2019 03:28AM UTC
Comment Actions
eileithyiakudo on Chapter 2 Sat 09 Mar 2019 02:13PM UTC
Comment Actions
Lady_Bellatrix on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 03:21AM UTC
Last Edited Thu 28 Feb 2019 04:58AM UTC
Comment Actions
young_kyle on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 04:29AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 05:06AM UTC
Comment Actions
Star_Bening on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 11:09AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 01:31PM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 3 Thu 28 Feb 2019 04:28PM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 3 Fri 01 Mar 2019 01:28AM UTC
Comment Actions
eileithyiakudo on Chapter 3 Sat 09 Mar 2019 02:27PM UTC
Comment Actions
Lady_Bellatrix on Chapter 4 Sat 02 Mar 2019 06:40AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 4 Sat 02 Mar 2019 09:11AM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 4 Fri 08 Mar 2019 06:01AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 4 Fri 08 Mar 2019 04:13PM UTC
Comment Actions
Lady_Bellatrix on Chapter 5 Sat 02 Mar 2019 06:50AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 5 Sat 02 Mar 2019 09:42AM UTC
Comment Actions
SnowyBell (Guest) on Chapter 5 Sat 02 Mar 2019 04:15PM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 5 Sun 03 Mar 2019 01:26AM UTC
Comment Actions
SnowyBell (Guest) on Chapter 5 Tue 05 Mar 2019 02:42PM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 5 Fri 08 Mar 2019 07:43AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 5 Fri 08 Mar 2019 04:14PM UTC
Comment Actions
Sweetsijeuni (Guest) on Chapter 5 Tue 15 Jun 2021 05:27PM UTC
Comment Actions
SnowyBell (Guest) on Chapter 6 Tue 05 Mar 2019 02:44PM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 6 Wed 06 Mar 2019 03:45AM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 6 Fri 08 Mar 2019 08:05AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 6 Fri 08 Mar 2019 04:17PM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 7 Fri 08 Mar 2019 08:18AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 7 Fri 08 Mar 2019 04:20PM UTC
Comment Actions
Lady_Bellatrix on Chapter 8 Sat 09 Mar 2019 03:35AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 8 Sat 09 Mar 2019 04:30AM UTC
Comment Actions
athnesnea on Chapter 8 Sat 09 Mar 2019 04:55AM UTC
Comment Actions
aicchan on Chapter 8 Sat 09 Mar 2019 06:04AM UTC
Comment Actions
Pages Navigation