Work Text:
“Kertasnya udah semua kak?”
“Masih kurang fancy paper, Nu. Btw mumpung lagi diluar, sekalian ke Gramedia Emerald kali ya?” Tanya Haknyeon dengan tangannya yang sibuk memasukan kertas ke dalam tas nya.
“Jauh banget kak? Mending Gramed BP aja nih di depan,” jawab Sunwoo sembari mengeluarkan motornya dari parkiran.
Saat ini mereka sedang berada di parkiran Intermedia dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh mereka. Haknyeon mendapat tugas kelompok prakarya untuk mengumpulkan 11 jenis kertas, dirinya ditugaskan untuk mencari 4 diantaranya. Sunwoo disini hanya menemani Haknyeon dan sekalian cari angin –katanya.
“Buat nyari buku literasi, Nu. kan kemaren aku udah ke Gramed BP sama Paperclip BXC, tapi ga nemu.” Jawab Haknyeon yang saat ini sudah berada di jok belakang dengan tangan yang bertengger di pinggang Sunwoo.
“Lah, kenapa ga minta dianterin aku?”
“Gausah pura-pura pikun deh, kan kemaren kamu futsal.” Jawab Haknyeon disertai hadiah toyolan di kepala Sunwoo.
“Jadinya gimana? Mau yaa anterin aku...” Lanjut Haknyeon yang kali dengan nada memelas.
“Iyaa kakak sayang. Aku anterin, tapi eratin dulu ini. Dulu pacar kamu mantan pembalap loh, takutnya kamu terbang.” Jelas Sunwoo panjang lebar sembari menarik lengan Haknyeon sehingga tubuh Haknyeon menempel dengan punggungnya.
“Nah gini kan aman.”
“Modusnya jelek.”
Walaupun mulutnya berkata demikian, tapi telinga merah Haknyeon tertangkap dengan jelas oleh kaca spion Sunwoo. Sunwoo jelas tidak dapat menahan senyumnya. Terlebih lagi ketika Haknyeon mulai menyandarkan kepalanya di bahunya.
Cuaca saat ini bisa dikatakan cukup cocok untuk dipakai motoran. Walaupun waktu menunjukan pukul dua siang, akan tetapi langit tidak sepanas biasanya. Saat ini matahari sedang menyembunyikan dirinya dibalik awan. Tidak mendung, juga tidak panas. Cuacanya hangat, Haknyeon suka. Ditambah dengan sepinya jalanan yang dimanfaatkan Sunwoo untuk menambah kecepatan laju motornya. Mengakibatkan banyak angin yang mampir untuk memberikan kesegarannya.
Sunwoo tidak menyesal telah mengiyakan ajakan Haknyeon untuk menemaninya. Karena sepanjang perjalanan menuju Emerald masih banyak ditanami pepohonan. Menambah kesan sejuk dalam perjalanan mereka. Terlebih lagi Sunwoo selalu menempatkan tasnya di dalam bagasi motor. Jadi Haknyeon dapat lebih leluasa untuk memeluk Sunwoo dan menempatkan pipi tembamnya di bahu Sunwoo.
“Lah beneran gerimis.”
Tadi ketika masih di dalam gedung, mereka melihat cuaca di luar seperti mendung. Akan tetapi mereka pikir itu karena pengaruh kaca gedung saja.
“Gerimis doang Nu, nanti sampe rumah tinggal sampoan.”
Tetapi firasat buruk tidak pernah salah. Selama perjalanan bukan lagi gerimis yang didapati, tapi rintik hujan semakin menunjukan aksi brutalnya yang menyebabkan Sunwoo harus menepikan motornya di bawah pohon.
“Malah deres njir,” ucap Sunwoo dengan tangannya yang sibuk menyeka sisa hujan yang mampir di wajah sang pacar.
Saat ini mereka sudah turun dari motor, sama seperti pengemudi lain yang tengah meneduh juga. Haknyeon sedang sibuk mencari sesuatu dari dalam tas nya, sekaligus memastikan isi di dalam tas tidak basah.
“Nu, aku lupa bawa jas ujan.”
“Kalo aku kan emang gaperna bawa jas ujan...” Perkataan Sunwoo barusan dihadiahi pukulan di lengannya oleh Haknyeon.
“Kamu sih, kebiasaan.”
“Hehe, gomen kak. Jadi gimana nih, mau trabas aja? Mumpung besok ga dipake lagi seragamnya.”
Memang benar bahwa seragam pramuka yang saat ini mereka kenakan hanya dipakai di hari rabu saja. Tidak seperti celana abu-abu yang harus dipakai pada hari senin, kamis, dan juga jumat.
“Gas ajalah, tas aku anti air. Jadi kertas aman.” Jawab Hanyeon final.
Ketika tersisa kurang dari 1 KM untuk sampai kerumah. Sisa-sisa hujan tidak lagi menyapa mereka. Jangankan rintik gerimis, jalanan yang sedang mereka lalui sangat kering. Sontak itupun menjadikan mereka berdua sebagai pusat perhatian. Karena hanya mereka berdua yang basah kuyup.
“Anjing, disini kering banget.”
Jujur kalau ditanya bagaimana perasaannya sekarang, Haknyeon hanya ingin menghilang. Banyaknya pasang mata yang menatap heran mereka, bahkan ada yang terang-terangan mentertawainya. Membuat Haknyeon ingin menggunakan salah satu jurus dari series Naruto.
Saat ini Haknyeon mencoba menyembunyikan dirinya di belakang punggung Sunwoo dengan tangan yang melingkar erat di pinggang kesayangannya.
Kondisi Sunwoo tidak jauh berbeda. Tetapi dikarenakan dirinya adalah ‘tameng’, maka ia harus tetap membuka matanya dan menerima segala macam reaksi dari orang sekitar. Sunwoo tidak dapat seperti Haknyeon yang terpejam erat di belakangnya, ia hanya dapat memberikan senyum canggung untuk merespon beberapa pasang mata yang menatap mereka.
“Sunu sayang, kamu bilang kalo kamu mantan pembalap kan? Alias ayok ngebut njir, malu banget plis...”
Sunwoo dapat merasakan betapa malunya Haknyeon dari eratnya pelukan yang saat ini ia terima. Tetapi Sunwoo tidak dapat menambah kecepatannya karena jalan yang sedang mereka lalui cukup padat dan tidak terdapat celah untuk menyalip.
Sunwoo pikir kesialannya sudah berakhir. Namun tampaknya dewi fortuna sedang tidak berpihak pada mereka. Saat memasuki pekarangan komplek, mereka bertemu dengan Eric dan teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas kelompok di taman.
“Lu nyebur di kali mana Nu? Kuyup amat.” Celetuk Eric yang tentunya disusul suara tawa temannya.
“Gausah bacot lu anj—AWH.” Perkataan Sunwoo terputus karena pinggangnya menerima cubitan dari Haknyeon.
“Jangan ditanggepin. Ayok cepet pulang.” Bisik Haknyeon.
Haknyeon dan Sunwoo tinggal di komplek yang sama. Bedanya Haknyeon di blok D sedangkan Sunwoo blok A. Haknyeon segera turun ketika motor Sunwoo telah sampai di depan rumahnya.
“Maaf ya kak, kamu jadi basah gini. Nanti langsung mandi ya, jangan lupa sampoan biar gak pusing. Habis itu seduh teh anget sama olesin minyak telon. Kamu kan bayi.”
Sunwoo berucap dengan tangan yang sibuk bermain di pipi sang pacar. Dan tentu saja ucapan Sunwoo barusan direspon gelengan oleh Haknyeon. Walaupun dirinya tidak terima dipanggil bayi, tetapi yang menyebabkan kondisi mereka saat ini adalah karena keputusannya untuk menerobos hujan.
“Aku yang salah Nu, maaf ya karena nemenin aku malah jadi gini,” jawab Haknyeon dengan bibir yang ditekuk kebawah dan tangan yang sibuk memainkan tali tas nya.
“Hush, kamu ngomong apasih? Kan aku yang mau nemenin. Lagian itu bibirnya manyun biar apa coba, minta dicium?”
“Boleh.”
“Hah? Boleh apa?”
“Itu... dicium,” jawab Haknyeon dengan kepala tertunduk.
“Ya Tuhan...”
Sunwoo yang sudah tidak dapat menahan rasa gemas dari orang di hadapannya pun langsung saja menyambar bibir Haknyeon-nya itu. Dengan bantuan dari tangannya yang masih berada di pipi Haknyeon, cukup membantu memudahkan dirinya untuk mengakses bibir sang pacar.
“Katanya mau cium?”
“Tadi kan udah?” Tanya Sunwoo bingung.
“Itumah di kecup doang, ga sampe 5 detik.” Protes Haknyeon
“Emang kalo dicium kayak gimana?”
“Kalo dicium tuh bibir aku diise—hmph.” Perkataan Haknyeon terputus karena bibir Sunwoo sudah terlebih dahulu menyambarnya.
Jujur, Sunwoo sama sekali tidak menyangka kalau Haknyeon akan menjawab pertanyaan isengnya itu.
“Kok cuma bentar?!” Protes Haknyeon, lagi.
“Besok lagi ya sayang. Sekarang kamu mandi dulu biar ga masuk angin.” Jawab Sunwoo disertai usakan di kepala kekasihnya.
“Okey. Kamu juga langsung mandi ya!” Teriak Haknyeon yang ditanggapi acungan jempol oleh Sunwoo.
Sunwoo terbagun ketika dirinya merasa ada yang membuka pintu kamarnya. Dirinya cukup sensitif terhadap suara decitan pintu. Saat ini kepalanya terasa sangat pusing. Sebenarnya salah dia, kemarin bukannya langsung pulang malah ikut tanding futsal dengan Eric dan temannya di taman. Berakhir dirinya masuk angin dan tidak masuk sekolah.
Tangan Sunwoo terulur untuk meraih ponselnya guna melihat jam yang akan ditampilkan. “udah jam stengah dua...” gumam Sunwoo yang dilanjutkan dengan dirinya yang berusaha untuk bangun dari kasur.
“Anj— eh, kenapa nangis? aduh.” Keluh Sunwoo ketika kepalanya tiba-tiba terasa berat saat hendak menghampiri Haknyeon yang berada di hadapannya.
Ternyata suara pintu yang membuatnya terbangun bukan disebabkan oleh bundanya, melainkan Haknyeon. Sepulang sekolah, Haknyeon langsung menuju rumah Sunwoo ketika mendapat kabar dari Eric bahwa Sunwoo tidak masuk sekolah karena demam.
“Sakit banget ya Nu? maafin aku ya, kamu jadi demam gini...” Ujar Haknyeon yang sudah berada di samping Sunwoo setelah membantunya untuk kembali duduk di kasur.
“Ngapain minta maaf sih kak? Aduh jangan nangis sayang, aku udah jam 8 minum obat. Udah ga sepusing tadi, jadi jangan nangis lagi yaa.”
“Tangan kamu panas Nu,” respon Haknyeon ketika tangannya menyentuh tangan Sunwoo yang sedang menghapus air matanya.
Haknyeon hanya dapat menunduk dan menggigit bibir bawahnya untuk mencegah suara isakan keluar. Dirinya hanya member gelengan untuk semua perkataan yang dikeluarkan Sunwoo. Haknyeon merasa sangat bersalah kepada Sunwoo.
“Jangan dipeluk kak, aku lengket belum mandi.” Ujar Sunwoo selagi mencoba melepaskan pelukan Haknyeon yang hanya direspon gelengan.
“Kak, lepas dulu ya? Aku masih bau, takut kamu ga nyaman,”
“—aku mandi dulu ya? Abis itu pelukan lagi yang lama. Kamu juga ganti dulu seragamnya pake kaos aku.” Lanjut Sunwoo kembali mencoba meyakinkan Haknyeon.
“Sunu, aku minta maaf ya..” Bukannya nurut, Haknyeon malah semakin mengeratkan pelukannya dan mengusakan wajahnya di bahu Sunwoo untuk mencari kenyamanan.
“Apaan sih kak, stop minta maaf. Aku yang salah, maaf ya bikin kamu khawatir.”
“Bibirnya jangan ditekuk. Aku lagi gabisa cium kamu.” Lanjut Sunwoo disertai dengan tangannya yang mencubit bibir Haknyeon.
“Kenapa gabisa?” Tanya Haknyeon yang mulai mengangkat kepalanya untuk menatap Sunwoo.
“Aku kan lagi sakit, nanti kamu ketularan.” Jawab Sunwoo sambil mengusak rambut sang pacar.
Haknyeon tampak berfikir sejenak sebelum mulai mengatakan “kalo gitu, nanti pas udah sembuh cium aku ya?”
“Iya sayang nanti aku cium.”
“Ciumnya yang lama yaa,” balas Haknyeon dengan nada excited.
“Iya nanti dicium yang lamaa. Sekarang lepas aku dulu ya, aku mau mandi biar ga lengket.” Jawab Sunwoo yang dihadiahi ekspresi cemberut dari sang pacar.
“Ini sebenernya yang sakit siapa sih? Kenapa malah kamu yang manja?” Tanya Sunwoo sembari menjawil hidung Haknyeon.
“Yaudah iya, tapi mandinya yang cepet. Habis itu makan, terus minum obat.” Jawab Haknyeon yang mulai melepaskan pelukannya.
“Habis makan ngapain?”
“Hmm, pelukan yang lama.”
“Yang lama?” Tanya Sunwoo memastikan.
“Iya yang lamaa!” Jawab Haknyeon disertai senyuman diakhir.
“ay ay kapten!” Sunwoo memberi gestur hormat sebelum dirinya benar-benar meninggalkan kamar.
