Actions

Work Header

Memoria Nectere Passus

Summary:

Setelah kejadian Civil War selesai, Bucky Barnes tidak bisa mempercayai semua memori yang ada di kepalanya. Jadi untuk mengantisipasi semua hal yang memungkinkan bisa membuatnya kembali menjadi seorang Winter Soldier, Bucky memutuskan untuk membekukan dirinya di dalam es selama ia ada di Wakanda karena hanya tempat itulah yang saat ini bisa menerimanya.

Di sisi lain, karena pengkhianatannya telah menembak raja Wakanda dan beralih sisi saat Civil War berlangsung dan melanggar Perjanjian Sokovia yang telah disetujui Avengers, Natasha Romanoff harus melarikan diri dari semua orang supaya mereka tidak bisa menemukannya dan Natasha kembali menemukan keluarganya lalu mengalami petualangan menakjubkan bersama dengan keluarganya.

Keduanya hidup dalam dunia yang berbeda namun bergelut dengan masalah yang sama hingga suatu waktu, Natasha berhasil menemukan tempat kediaman Steve dan Sam lalu mereka mengajak Natasha pergi ke Wakanda untuk menemui Bucky dan mulai saat itulah semua cerita tentang Natasha Romanoff dan Bucky Barnes dimulai kembali.

Notes:

Halo!

Karena aku kesusahan banget cari cerita Winterwidow dimana-mana, di ao3, wattpad, twitter, akhirnya aku sendiri aja deh yang buat hehe. Buat cerita ini, kalau ada yang salah, aku minta maaf ya. Namanya juga fiksi jadi nggak 100 persen sama kayak yang ada di film ataupun di komik. Kalau ada beberapa detail yang kelewat atau mungkin ada sesuatu yang salah tentang tokoh-tokoh di sini, harap dimaklumi ya. Yaudah gitu aja. Selamat membaca!

Chapter Text

“Apa kau yakin dengan ini?”

“Aku tidak bisa mempercayai pikiranku sendiri. Jadi sampai saatnya ketika mereka berhasil menemukan cara agar hal-hal itu bisa keluar dari kepalaku, kurasa hal ini akan menjadi hal yang terbaik bagi semua orang.”

Steve mengangguk lalu menepuk pundak sahabatnya itu. Setelahnya, ia tidak langsung pergi namun tetap di tempat itu sambil melihat bagaimana bagian medis Wakanda kembali memasukkan Bucky ke dalam tabung lalu membekukan pria itu. Hal itu adalah satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan sambil mereka berusaha menemukan cara supaya Bucky bisa terbebas dari hal-hal yang telah membelenggu pikirannya selama bertahun-tahun.

Setelah melihat bagaimana sahabatnya kembali dibekukan, Steve berjalan ke arah T’Challa dan Shuri yang ada di luar laboratorium. “Apa hal ini akan benar-benar bisa menyembuhkannya?”

Shuri tersenyum mendengar pertanyaan Steve. “Kita tidak tahu sampai kita mencobanya, bukan? Tapi yakinlah, hal ini pasti akan berjalan baik bagi dirinya.”

“Baguslah. Berapa lama ia harus dibekukan dan kira-kira kapan kalian berhasil menemukan cara untuk membebaskannya?”

“Kita tidak tahu kapan pastinya namun aku bersama timku sedang mengusahakan yang terbaik bagi temanmu. Jangan khawatir, Captain Rogers.”

“Steve.”

Gadis itu tersenyum lalu segera meninggalkan kakaknya bersama Steve berdua dan melanjutkan eksperimen di laboratoriumnya sendiri tentang bagaimana upaya dan proses yang kemungkinan besar bisa dilakukan untuk membebaskan Bucky Barnes dari belenggunya. Steve hanya bisa berharap semoga hal terbaik bisa segera ia dengar dari perkembangan masalah Bucky dan pria itu bisa hidup dengan lebih tenang, lebih bahagia, dan lebih damai daripada tahun-tahunnya sebelum hari ini. Steve sangat menyayangi sahabatnya dan tidak ingin sahabatnya mengalami hal-hal buruk tersebut lebih lama lagi.

Chapter Text

Natasha Romanoff tersenyum lebar saat melihat dua orang yang sangat ia kenal sedang duduk di salah satu cafe yang ada di pinggiran kota Amsterdam. Setelah perjalanan Natasha memerangi Red Room dan sisa-sisa Hydra bersama Yelena dan ayah serta ibu angkatnya, Natasha pergi untuk mencari teman-temannya yang mungkin saat ini sedang ada dalam pelarian dan persembunyian. Hal tersebut bisa terjadi sebab saat ini, mereka adalah orang-orang yang paling dicari oleh dunia karena kekacauan yang mereka sebabkan di Jerman beberapa bulan yang lalu.

Untungnya, menemukan mereka bukanlah sesuatu yang terlalu susah untuk Natasha lakukan.

Setelah mencoba mencari Steve selama hampir dua minggu dan menunggunya untuk membobol RAFT, ternyata Steve telah melakukannya terlebih dahulu dan telah membebaskan teman-teman mereka yang ada di RAFT. Saat mengetahuinya, Natasha cukup terkejut karena RAFT adalah penjara yang memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang sangat kuat, hampir mustahil untuk dibobol. Natasha yakin jika Steve tidak melakukannya sendiri dan ia pasti memiliki dukungan yang menunjang perbuatannya itu. Sesudah mengetahui RAFT telah dibobol dan teman-temannya sudah dibebaskan, Natasha kembali mencari keberadaan mereka sampai ia akhirnya bisa menyimpulkan beberapa hal.

Clint dan Scott sedang ada di rumah mereka masing-masing bersama keluarga mereka. Keduanya tidak memilih lari bersama Steve dan memilih untuk tetap ada di RAFT. Keduanya pada akhirnya mengajukan kesepakatan dengan pemerintah dan meminta pemerintah untuk tidak dikurung di dalam RAFT dan bisa menjadi tahanan rumah. Tawar-menawar pun terjadi diantara pihak Scott dan Clint dengan pihak pemerintah, juga tetap dengan campur tangan Tony hingga akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengabulkan keinginan Scott, Clint, dan Tony. Scott dan Clint akan menjadi tahanan rumah selama dua tahun dan tidak boleh menggunakan alat-alat elektronik apapun untuk berhubungan dengan orang luar. Clint dan Scott setuju dan sejak itulah mereka dapat menghabiskan seluruh waktu mereka di rumah bersama keluarga mereka selama dua tahun.

Wanda sedang ada di Paris. Kemungkinan besar akan selalu berpindah-pindah setiap saat karena ia tidak mau ditangkap dan dipenjara. Selain itu, Wanda juga tidak memiliki rumah tempat untuknya pulang dan karenanya, Wanda putuskan untuk terus berlari entah sampai kapan ia juga tidak tahu soal hal itu.

Lalu yang terakhir, Steve serta Sam, saat ini sedang ada di Amsterdam. Keduanya sedang duduk sambil meminum kopi dan membaca koran yang Natasha yakin, mereka sama sekali tidak mengerti maksudnya karena koran itu berbahasa Belanda. Melihat pemandangan tersebut membuat Natasha terkekeh lalu segera bersiap untuk menghampiri keduanya.

Merapikan topi dan kacamatanya, Natasha berjalan mengendap-endap dan langsung mengagetkan keduanya. Seperti yang bisa Natasha tebak, refleks keduanya sangat bagus dan jika mereka tidak melihat dahulu siapa yang datang, mereka pasti sudah membanting Natasha ke tanah karena menganggap Natasha adalah musuh. Lalu saat mereka melihat siapakah orang yang mengagetkan mereka itu, mereka langsung tersenyum dan memeluk Natasha erat. Sudah sangat lama mereka melihat Natasha sejak kejadian di Berlin.

“Nat! Bagaimana kau menemukan kami?!” tanya Sam sedikit tidak terima karena ternyata Nat bisa menemukannya dengan mudah meskipun ia dan Steve telah melakukan pelarian selama berbulan-bulan.

“Kau lupa, Sam, aku adalah mata-mata super dan menemukan kalian berdua bukanlah sesuatu yang sulit. Terlebih kalian selalu pergi menggunakan quinjet yang bisa dengan mudah kulacak.”

“Ya, dia benar, Sam. Sudahlah, dia pasti tahu apa yang terjadi. Kau tidak bisa mencegahnya tidak mengetahui apa yang dia ingin ketahui.” Steve menatap Natasha sambil tersenyum. “Aku sudah menunggumu untuk mendatangiku, Nat. Karena aku tahu jika aku tidak mungkin bisa menemukanmu dan hanya kaulah yang bisa menemukan aku—menemukan kamu. Terbukti sekali hari ini kau datang dengan potongan rambut baru, warna rambut baru, dan ekspresi yang baru. Kau pasti baru saja mengalami hal-hal menyenangkan selama hampir sembilan bulan ini bukan?”

Natasha tersenyum lalu segera duduk di meja yang sama tempat Steve dan Sam duduk. Ketiganya lalu bertukar cerita tentang apa yang telah mereka lalui selama bulan-bulan setelah Civil War dan Steve serta Sam terkejut saat mendengar ternyata Natasha memiliki adik yang masih hidup karena seingat Steve, Natasha tidak pernah mengatakan apapun tentang keluarganya. Steve hanya ingat beberapa tahun yang lalu, Natasha hanya pernah bercerita sedikit saat usianya lima tahun, Natasha diambil dari panti asuhan oleh sebuah keluarga namun ia tetap menjalani pelatihan Black Widow. Saat umurnya menginjak delapan tahun, Natasha harus meninggalkan keluarganya yang baru ia miliki selama tiga tahun itu dan Steve sama sekali tidak mengira jika keluarga Natasha saat itu adalah agen Red Room yang juga sedang menjalankan tugasnya. Hanya itu saja dan sekarang ketika mendengar bahwa Natasha masih menyayangi dan disayangi oleh keluarga yang awalnya ia anggap tidak nyata, Steve merasa senang untuk Natasha. Natasha juga menceritakan bagaimana ia yang menyerahkan diri kepada Thunderbolt Ross supaya keluarganya bisa melarikan diri. Seperti tebakan Natasha, saat mendengar cerita itu, Steve sam Sam langsung melotot tidak menyangka. Natasha terkekeh melihat respon itu lalu langsung menceritakan jika ia berhasil kabur karena di rompi yang diberikan oleh saudarinya, Natasha bisa menemukan kunci dan bisa melepaskan diri dengan cepat hingga Ross serta anak buahnya tidak menyadarinya.

Di sisi lain, Natasha sangat bersyukur karena setelah apa yang terjadi dengan Dreykov dua bulan yang lalu, Natasha bisa kembali mendapatkan keluarganya. Walau keluarganya bukan keluarga aslinya namun Natasha tetap sangat bersyukur bisa mengenal mereka, tumbuh bersama mereka, dan yang paling penting ia bisa mengetahui bagaimana rasanya memiliki sebuah keluarga. Sejak dulu keluarganya hanya satu dan itu adalah Alexei, Melina, dan Yelena namun setelah berjalannya waktu, Natasha mengetahui kebenarannya jika itu bukanlah keluarganya yang sungguhan dan hanyalah sebuah akting dan penyamaran belaka. Setelah beralih sisi menuju S.H.I.E.L.D, Natasha mendapatkan keluarga baru dan mereka adalah para Avengers namun kejadian sembilan bulan yang lalu benar-benar mematahkan hatinya karena Avengers terpecah dan Natasha tidak tahu kapan Avengers akan bisa kembali bersatu seperti dulu lagi. Sisi baiknya, di saat Avengers terpecah, Natasha bisa kembali mendapatkan keluarga lamanya. Alexei, Melina, dan Yelena, Natasha benar-benar bersyukur bisa mendapatkan mereka kembali.

Menceritakannya pada Steve dan Sam membuat Natasha tersenyum bahagia. Natasha benar-benar bisa berharap jika keluarga keduanya—Avengers, juga bisa ia dapatkan kembali karena Natasha benar-benar menyayangi para Avengers. Meskipun terlihat dan terdengar kekanakan, namun Natasha akui jika berkumpul dan mengobrol bersama mereka, terlebih jika mereka tidak sedang dalam keadaan marabahaya sangatlah menyenangkan.

“Itu sangat bagus, Nat. Aku turut bahagia mendengar kebenarannya.”

“Ya, tentu saja. Terima kasih, Steve.” Natasha melihat Steve dan Sam bergantian lalu teringat ada satu orang lagi yang tidak ada disini. “Dimana Bucky? Aku tidak bisa melacaknya selama ini. Ia bersamamu, bukan?”

Itu adalah kebenaran karena selama Natasha berhasil melacak teman-temannya, ia sama sekali tidak bisa melacak Bucky. Ya walau Natasha tidak yakin harus menganggap Bucky temannya atau tidak karena sudah terhitung tiga kali Bucky mencoba membunuhnya dan selama ini Natasha belum pernah berbicara secara gamblang dengan Bucky. Percobaan pembunuhan Natasha oleh Bucky yang pertama adalah di tahun 2009 saat Natasha memiliki misi untuk mengawal seorang ahli nuklir keluar dari Iran namun saat mereka sampai di Odessa, mereka diserang. Tidak lain dan tidak bukan yang menyerang mereka adalah Winter Soldier dan pasukan Hydra. Winter Soldier benar-benar menembak si ahli nuklir melalui Natasha sehingga peluru yang ditembakkan oleh Winter Soldier menembus perut Natasha dan berakhir membunuh si ahli nuklir. Setelahnya di tahun 2014, masih segar di memori Natasha karena lagi dan lagi, Winter Soldier mencoba membunuhnya dengan menembaknya di bahu. Entah itu hanya meleset atau memang Natasha yang beruntung namun untung saja peluru itu tidak mengenai jantungnya karena bisa Natasha pastikan jika peluru itu mengenai jantungnya, ia akan mati di tempat saat itu juga. Lalu yang terakhir, yang masih paling baru, Winter Soldier kembali mencoba membunuhnya dengan mencekik lehernya dengan lengan besinya dan jika saja saat itu T’Challa tidak datang, mungkin ia akan terbunuh saat itu juga.

“Bucky ada di Wakanda.”

Natasha mengerutkan keningnya. “Wakanda? Kenapa ia bisa ada di sana?”

“Seperti yang kau tahu, Winter Soldier yang selama ini menyerang kita, dia bukanlah Bucky. Hydra menanamkan mantra-mantra di kepala Bucky yang jika mereka menyebutkannya, Bucky akan hilang dan berganti menjadi Winter Soldier yang selalu menyerang kita selama ini. Di sisi lain, T’Challa sadar jika itu bukan kesalahan Bucky. Pembunuhan ayahnya pun juga bukan kesalahan Bucky. Baik Bucky maupun ayahnya, mereka adalah korban Hydra dan jika T’Challa bisa menolong salah satunya, ia akan melakukan cara apapun untuk membantu. Karena ayahnya sudah meninggal dan tidak bisa kembali, Bucky-lah menjadi sosok yang paling mungkin untuk ia tolong sehingga saat ini ia dan seluruh timnya di Wakanda berusaha untuk menyelamatkan serta menyembuhkan Bucky.”

Natasha kembali tersenyum mendengar ucapan Steve. Natasha tidak tahu bagaimana detail persahabatan Steve dengan Bucky karena selama ini Steve hanya menceritakan jika Bucky adalah teman terdekatnya dan Steve sangat bersyukur bisa menemui Bucky di zaman ini. Satu-satunya orang yang memang sudah ia kenal sejak zaman dulu namun sayangnya, Bucky yang ia temui saat ini bukanlah Bucky yang sama yang ada di zamannya dulu. Meskipun demikian, Steve tetap menyayangi Bucky dan menurut cerita yang Steve ceritakan dua tahun yang lalu setelah melumpuhkan helicarrier, Steve tidak berusaha membunuh Bucky dan membiarkan Bucky yang berusaha membunuhnya. Hingga pada akhirnya helicarrier lumpuh lalu Steve yang dalam kondisi tidak sadarkan diri itu jatuh ke sungai, samar-samar ia membuka matanya dan melihat jika Bucky yang menyeretnya dari sungai. Natasha yang mendengar cerita itu sedikit kebingungan karena jika Bucky saat itu masih ada di dalam pengaruh mantra Winter Soldier, mengapa ia menyelamatkan Steve? Bukankah seharusnya saat Steve jatuh dari helicarrier dan hampir mati di sungai, Bucky membiarkannya saja dan pergi karena sudah melaksanakan misinya dengan baik? Namun beberapa bulan yang lalu sebelum kejadian Civil War terjadi, Steve menjawab pertanyaannya karena saat itu memori Bucky mulai muncul walaupun samar-samar dan ia sedikit mengenali Steve.

Juga setelah kejadian itu, saat penyergapan Bucky di Bucharest, Bucky mengatakan jika ia membaca tentang Steve di museum dan saat itu juga ia membaca tentang dirinya sendiri di sana. Saat itulah Steve tahu jika sahabatnya melakukan semua itu bukan karena keinginan hatinya sendiri namun karena paksaan yang dilakukan oleh Hydra. Karena itulah Steve melakukan segala cara bahkan sampai melawan Tony untuk menyelamatkan Bucky karena Steve tahu dengan sangat jelas jika Bucky adalah korban di sini. Sama seperti Howard Stark dan semua korban kejahatan Winter Soldier lainnya.

“Lalu bagaimana keadaannya saat ini? Apa ia sudah sembuh?”

Steve menggeleng. “Tiga bulan yang lalu saat aku mengunjungi Bucky lagi di Wakanda, ia masih dibekukan. Dia – ”

“Tunggu, apa maksudmu dia dibekukan?”

“Kau tahu sendiri Nat, setelah semua kejadian itu, Bucky tidak bisa mempercayai pikirannya. Ia benar-benar ketakutan jika suatu saat nanti ia bisa kembali berubah menjadi Winter Soldier dan kembali menyakiti semua orang. Jadi, ia memilih untuk tetap dibekukan sampai Wakanda dapat menemukan solusi dan cara untuk mengeluarkan segala hal buruk di kepalanya serta bisa menjamin jika ia tidak akan berubah menjadi Winter Soldier yang menyakiti semua orang lagi.”

Sebenarnya mendengar fakta itu sangat mengejutkan Natasha karena ia tidak menyangka bahwa dampak Hydra sebegitu parahnya kepada Bucky. “Baiklah, lanjutkan ucapanmu tadi.”

“Baiklah. Jadi tiga bulan yang lalu, aku dan Sam mengunjungi Bucky dan saat kami tiba, kami melihat bahwa Bucky masih ada di tabungnya. Saat itu Shuri mengatakan jika seminggu sebelumnya, ia dan rekan-rekannya sudah mencairkan Bucky dan mengetes perkembangan otaknya. Shuri menganalisis otak Bucky dan melihat jika ada banyak memori baru yang ia dapatkan dan Bucky pun juga menceritakan jika selama ia tidur, ia banyak mengalami mimpi atau memori lamanya yang bermunculan, Bucky tidak tahu mana pastinya. Karena itulah, Shuri pun melakukan sesuatu yang entah apa kepada memori Bucky untuk menatanya dan mengklasifikasikannya. Shuri juga menganalisis jika otak Bucky telah stabil, ia  akan menyadarkannya untuk mengetes apakah otak Bucky masih merespon mantra-mantra Winter Soldier atau tidak. Saat mengetesnya, Shuri menempatkan Bucky di halaman terbuka dan Okoye serta Ayo dan beberapa pasukan Dora Milaje lainnya juga ada di sana untuk mengantisipasi jika Bucky akan kembali berubah menjadi Winter Soldier. Shuri pun mengatakan mantranya dan Bucky kembali berubah menjadi Winter Soldier. Bucky hampir menyerang Shuri dan untung saja ada pasukan Dora Milaje di sana dan Shuri sudah memberikan penyetrum di leher Bucky untuk mengantisipasi hal-hal seperti itu. Saat Bucky tersetrum dan pingsan, Shuri kembali membekukannya dan entahlah apa sekarang masih sama atau tidak.”

“Kapan kau biasanya bertemu Bucky? Maksudku, mengunjungi Wakanda.”

“Setiap tiga bulan sekali dan jika kau tadi tidak datang, aku dan Sam pasti sudah berangkat dengan quinjet ke Wakanda untuk menengok Bucky lagi.”

“Hei, Nat, bagaimana jika kau ikut bersama kami ke Wakanda? Kau belum pernah ke Wakanda bukan?” tanya Sam yang dibalas oleh gelengan Natasha.

“Tentu saja belum.”

“Ayo, Nat, kau bisa ikut kami ke Wakanda.”

“Tapi, Steve, sembilan bulan yang lalu, aku menembak raja Wakanda.”

Steve tertawa. “T’Challa juga mengingat hal itu dan ia meminta permintaan maaf darimu, Nat. Karena itulah kau harus ikut kami ke Wakanda untuk meminta maaf langsung kepada raja Wakanda.”

“Kau serius? Ia dan pasukannya tidak akan langsung menyerangku saat aku tiba?”

“Nat, aku hanya bercanda. T’Challa tulus mengharapkan kehadiranmu. Ia sebenarnya juga bertanya dimana Clint, Scott, dan Wanda namun aku hanya menjawab jika Clint dan Scott sedang menjalani masa tahanan rumah mereka sementara Wanda aku tidak tahu dimana perempuan itu saat ini.”

“Dia ada di Paris.” Steve dan Sam langsung menengokkan kepalanya ke arah Natasha. “Menurut pencarianku minggu lalu. Entah ia sudah pergi atau belum aku tidak tahu.”

“Baguslah. Yang penting ia tetap bisa hidup dengan aman.” Steve lalu menatap Natasha. “Bagaimana? Kau ingin ikut kami ke Wakanda?”

Natasha mengangkat bahunya. “Baiklah jika itu yang kau inginkan. Pun aku juga tidak memiliki kegiatan lain dalam waktu dekat ini dan sepertinya Wakanda adalah tempat yang tepat untuk bersembunyi bukan? Karena aku mendengar desas-desus jika Wakanda yang sebenarnya sangatlah berbeda dengan yang biasa diceritakan oleh orang lain.”

“Kau pasti akan terkejut, Nat. Sungguh, saat aku pertama kali diajak oleh Steve menuju Wakanda, aku menghabiskan waktu dua hari untuk mengelilingi Wakanda karena negeri itu sangat indah!”

Well , kurasa hal ini akan menyenangkan.”

“Tunggu sebentar, kau terlihat sudah sangat akrab dengan Wakanda. Apa Wakanda yang membantumu membobol RAFT?” Natasha menatap Steve serius. “Karena RAFT bukanlah penjara biasa yang bisa kau bobol dengan mudah. Kau membutuhkan pendukung di belakangmu dan apakah mereka Wakanda?”

Steve tertawa. “Tidak. Bukan mereka. Aku juga tidak ingin meminta bantuan seperti itu pada mereka. Mereka telah terlalu banyak membantuku dan membantu Bucky jadi aku tidak mungkin meminta bantuan mereka untuk membobol penjara. Bukan Wakanda yang membantuku, Nat.”

“Lalu siapa?”

“Nick Fury..”

Mata Natasa membulat saat ia mengetahui fakta bahwa Nick Fury-lah yang membantu Steve membobol RAFT. “Astaga, pria itu. Sudah sangat lama aku tidak mendengar kabarnya dan tiba-tiba saja ia sudah membantumu membebaskan semua orang di RAFT.”

“Ya sebenarnya aku tidak meminta bantuannya secara langsung. Nick tiba-tiba menemukan keberadaanku dan menawarkan bantuannya untuk menyelamatkan semua orang.”

“Apa ia tidak bertanya dimana aku?”

“Tidak. Nick sudah tahu jika kau pasti baik-baik saja dan ia sudah benar-benar paham dengan sifatmu. Jika kau tidak ingin ditemukan dan ingin bersembunyi maka itulah yang terjadi. Nick pun juga tidak bisa mencari keberadaanmu jadi ia menyimpulkan kau ada dalam posisi yang aman dan tidak membutuhkan bantuannya.”

Natasha menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita Steve. “Jika aku jujur, sebenarnya aku butuh bantuannya untuk menjatuhkan Red Room. Kau bayangkan saja, aku, adikku, dan dua orang tua angkatku sendirilah yang melakukannya. Sungguh, jika Nick mau membantu, kami pasti lebih mudah menjatuhkan Red Room.”

“Tapi kalian berhasil melakukannya, bukan?”

“Iya tentu saja tapi—ah ya sudahlah, hal itu sudah berlalu.” Natasha melirik Steve. “Sudah kuduga jika kau tidak mungkin melakukan pekerjaan sebesar itu sendirian.”

“Hei. Aku pernah membobol markas HYDRA sendiri dan aku mampu melakukannya.”

“Tentu saja, Rogers, kau mampu melakukannya.” Natasha berpaling menghadap ke arah Sam yang sedang membaca koran berbahasa Belanda dengan damai. “Hei, apa kau bersungguh-sungguh memahami koran yang kau baca?”

“Tidak tentu saja. Aku hanya melihat gambar-gambarnya saja.”

“Ya sudah jika seperti ini, ayo kita berangkat menuju Wakanda,” ajak Steve.

“Tapi aku membawa quinjet. Mau kuapakan quinjet milikku?”

“Kau bawa saja ke Wakanda. Nanti jika kau ingin tinggal lebih lama di Wakanda, kau bisa pergi sendiri tanpa harus menungguku atau Sam.”

Natasha menatap Sam yang kembali membaca—melihat gambar-gambar di koran dengan jahil. “Sam, kau yang akan mengemudikan quinjet milikku. Aku sangat lelah mengemudikannya.”

“Jesus, Nat! Kau kira selama ini aku tidak mengemudikannya?”

“Aku tahu, tapi kemudikan quinjet milikku untukku oke?”

“Kau harus membelikanku banyak makanan untuk upah pekerjaan ini, Nat!”

“Ya, tentu saja aku akan melakukannya. Dan juga, jangan lecetkan quinjet itu. Aku masih berhutang soal quinjet itu pada temanku.”

“Baiklah. Steve, kapan kita berangkat?”

Steve tersenyum. “Sekarang.”

Chapter 3

Notes:

Happy reading, all!!

Chapter Text

Saat quinjet Steve memasuki kawasan Wakanda, Natasha tidak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat wilayah asli Wakanda untuk pertama kalinya. Tidak salah mengapa T’Challa benar-benar melindungi Wakanda karena memang Wakanda seindah itu. Negeri ini pantas dilindungi dan Natasha rasa, memang tidak semua orang pantas untuk melihat Wakanda karena sifat tamak yang mereka miliki

Setelah memarkirkan quinjet miliknya, Steve dan Natasha segers turun diikuti oleh Sam yang juga memarkirkan quinjet Natasha di dekat quinjet Steve. Di halaman istana sudah berdiri T’Challa dan beberapa pengawalnya untuk menyambut Steve, Sam, dan Natasha. Saat di quinjet, Steve sempat menghubungi T’Challa tentang kedatangan Natasha dan T’Challa merasa senang atas satu tamu untuk Wakanda.

“Senang melihatmu, Nona Romanoff.”

“Yang Mulia. Senang melihatmu juga.” Natasha tersenyum ramah lalu menyalami T’Challa. Saat tangan keduanya sudah terlepas, Natasha langsung teringat pada kejadian di hanggar bandara beberapa bulan yang lalu. “Dan ya... aku benar-benar minta maaf karena aku sempat menembakmu saat itu juga – ”

Pasukan Dora Milaje yang mendengarnya langsung memasang posisi siaga dan Natasha langsung mundur satu langkah saat melihatnya. T’Challa yang melihatnya langsung menenangkan pasukannya sambil terkekeh kecil. “Tenanglah. Aku tidak apa-apa. Itu hanya tembakan kecil. Lagipula, Nona Romanoff melakukan apa yang perlu ia lakukan dan itu bukanlah kesalahan.” Setelah memberi informasi kepada Dora Milaje, T’Challa kembali beralih pada Natasha yang juga memasang sikap siaga untuk bertempur namun tidak menggunakan senjata. “Nona Romanoff, aku sudah memaafkanmu. Kau melakukan apa yang menurutmu benar. Jika saat itu kau tidak menembakku, aku tidak akan mengetahui kebenarannya dan malah menghukum orang yang salah.”

“Baiklah, terima kasih, Yang Mulia.”

“Dan ya, bagaimana Bucky?”

T’Challa beralih menatap Steve yang sepertinya sudah benar-benar tidak sabar melihat Bucky lalu tersenyum. “Sudah satu minggu ini temanmu keluar dari tabungnya dan berusaha sedang mendamaikan pikirannya.”

“Apa ia masih berubah menjadi Winter Soldier lagi saat dibacakan mantra?”

“Masih namun ia bisa segera sadar karena pikirannya sudah semakin kuat dan stabil. Entahlah, itu yang dikatakan Shuri. Jika kau tidak sabar bertemu dengannya, kau bisa menemuinya.”

“Dimana ia sekarang?”

T’Challa tersenyum lalu segera melangkahkan kakinya dari halaman istana. Steve, Natasha, dan Sam yang masih terlihat bingung itu  lalu saling melirik sekilas dan memutuskan untuk langsung mengikuti langkah T’Challa keluar dari kawasan istana. Selama perjalan entah kemana itu, Natasha terus-terusan dibuat kagum dengan pemandangan Wakanda yang menurutnya sangat indah. Udara di Wakanda benar-benar segar dan Natasha benar-benar merasa damai ada di sekitar Wakanda meskipun ia baru ada di tempat itu tak sampai lima belas menit yang lalu.

Setelah sekitar beberapa menit berjalan, T’Challa berhenti dan Steve serta Natasha dan Sam ikut berhenti. Ketiganya mengikuti arah pandang T’Challa dan mereka bisa menemukan Bucky ada di sana. Melihat Bucky untuk yang pertama kalinya setelah beberapa bulan membuat Natasha tersenyum. Meskipun rambut dan janggut Bucky terlihat tumbuh semakin lebat, namun ekspresi wajahnya lebih terlihat segar dari yang terakhir Natasha ingat. Itulah yang membuat Natasha tersenyum hingga akhirnya ia segera mengikuti Steve dan Sam untuk mendekat ke arah Bucky yang sepertinya belum menyadari kehadiran mereka itu.

“Buck...”

Bucky menolehkan kepalanya dari kambing-kambingnya lalu tersenyum saat melihat Steve dan Sam. Belum menyadari kehadiran Natasha bersama mereka. “Hei...”

Steve langsung memeluk Bucky dengan senyumnya yang masih mengembang di bibirnya. “Bagaimana keadaanmu? Kau sudah membaik?”

“Jauh lebih baik kurasa. Meskipun hal-hal itu belum sepenuhnya musnah dari kepalaku, namun aku senang karena sekarang aku lebih bisa menyadarkan otakku lebih cepat.”

“Senang mendengarnya.”

Bucky melihat Sam yang ada di sebelah Steve lalu memeluknya. “Hei, Buck, tidak tahukah kau jika saat ini kau terlihat seperti Yesus?”

“Ya, karena saat ini aku masih hanya memiliki satu tangan, menjadi hal yang mustahil untukku mencukur janggutku atau merapikan rambutku,” kata Bucky tertawa kecil yang membuat Sam juga tertawa.

“Tidak apa-apa. Kau keren seperti itu.”

Mendengar respon Sam itu membuat Bucky kembali tersenyum lalu pandangannya akhirnya menatap orang baru di belakang kedua temannya. Melihat Natasha dengan rambut pirang pendeknya membuat Bucky tersenyum lagi dan lagi hingga suara Steve terdengar untuk mengenalkan keduanya. “Buck, yah, seperti yang kau tahu... ini adalah – ”

“Natasha. Aku mengenalnya, Steve. Kau sudah terlalu sering menceritakan Natasha padaku.”

“Ya well kukira kau akan melupakannya.”

Bucky menggelengkan kepalanya. “Mustahil melupakannya. Natasha adalah salah satu korban keganasan Winter Soldier yang aku ingat. Natasha sungguh, aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya – ”

“Aku tahu, Bucky. Kau melakukannya di bawah kendali mantra.”

“Tetap saja, Natasha, aku – ”

Natasha menganggukkan kepalanya lalu menghampiri Bucky dan memeluknya. “Fokuskan saja dirimu untuk penyembuhanmu terlebih dahulu. Hal-hal lainnya pikirkan nanti saja.”

“Terima kasih, Natasha.”

Natasha melepaskan pelukannya lalu menepuk pundak Bucky pelan dan kembali ke tempat awalnya tadi. Saat Natasha sudah kembali ke tempatnya, Steve kembali membuka suaranya. “Sudah berapa lama kau sadar?”

“Satu minggu, mungkin. Aku tidak menghitung hari lagi. Saat aku mengatakan jika aku ingin mereka membekukanku lagi, Shuri menolaknya dengan alasan jika aku perlu sadar untuk bisa sembuh. Jadi ya, tidak ada proses pembekuan lagi.”

“Senang mendengarnya. Dimana kau beristirahat selama satu minggu ini?”

Bucky menunjuk salah satu rumah tradisional khas Afrika yang ada di dekat ladang tempatnya memberi makan kambing-kambingnya. “Di sana.”

“Kau tidak tinggal di istana?”

“Ia menolaknya.”

Semua mata langsung melihat ke arah T’Challa yang ternyata sudah ada di dekat mereka. Mereka sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki T’Challa mendekat. Seingat Steve, T’Challa pernah satu kali menceritakan jika semua sepatu dan sandalnya telah dilapisi bahan yang menyebabkan jika ia melangkah, ia tidak akan bisa didengar oleh semua orang.

“Menolaknya? Kenapa menolak?” tanya Sam pada T’Challa.

“Kau tahu, Sam, aku masih belum seratus persen mempercayai pikiranku. Aku takut jika aku tinggal di istana dan aku mengalami mimpi buruk atau ketidaksadaran mengambil alih, aku akan menyerang orang-orang di istana. Jadi kurasa, tinggal jauh dari semua orang adalah hal yang paling bagus yang bisa kulakukan dan yang terbaik untuk semua orang.”

“Lalu makananmu?”

Bucky tertawa kecil mendengar pertanyaan Sam. “Wakanda menyediakan segalanya, Sam. Kau hanya perlu sedikit berusaha di sini, buah-buahan dan sayur-sayuran di dalam hutan tersedia. Danau juga menyediakan banyak ikan dan kau hanya perlu bersabar dalam mendapatkannya.”

“Senang saat mendengarmu lebih baik seperti ini, Buck.”

“Tentu saja, Steve.”

Natasha yang melihat interaksi antara Steve dan Bucky hanya bisa tersenyum karena persahabatan mereka memang benar-benar nyata dan tulus. Natasha rasa ia akan tetap tersenyum hingga suara T’Challa terdengar. “Nona Romanoff, ini kali pertama bagimu datang ke Wakanda bukan? Bagaimana jika aku memberikan tur sebentar untukmu tentang Wakanda dan biarkan teman-teman laki-lakimu berbicara sebentar.”

“Tunggu, aku akan ikut. Kurasa ada banyak hal pribadi yang harus dibicarakan oleh Steve dan Bucky. Jadi, aku akan ikut denganmu dan Nat.”

T’Challa tersenyum lalu segera melangkahkan kakinya meninggalkan Steve serta Bucky. Natasha dan Sam menganggukkan kepala mereka sekali kepada dua teman mereka lalu segera mengikuti T’Challa berkeliling Wakanda dan memperkenalkan Wakanda. Walau saat pertama kali datang, Sam juga pernah diberikan tur namun ia akan tetap dengan senang hati mengikuti tur lainnya untuk mengelilingi Wakanda.

Saat Natasha, Sam, dan T’Challa sudah menghilang dari dekatnya, Steve lalu kembali memberikan atensinya kepada Bucky yang sudah mulai kembali memberi makan kambing-kambingnya dengan sabar. Steve yang melihat Bucky melakukan pekerjaan itu jelas langsung tersenyum karena sama sekali tidak menyangka seorang James Buchanan Barnes, sedang benar-benar memberi makan kambing-kambing seperti ini. Lalu setelah memberikan rumput kepada kambing terakhirnya, Bucky duduk di rumput dan Steve juga melakukan hal yang sama dengan duduk di sebelah sahabatnya.

“Bagaimana keadaanmu?”

“Kau sudah mendengarnya tadi. Jauh lebih baik.”

“Kau tahu bukan itu maksudku.”

Bucky mengangkat bahunya. “Orang-orang di Wakanda sangat baik padaku, Steve. Mereka tidak menghakimiku seperti yang dilakukan orang-orang di luar negeri ini. Orang-orang yang mengerti bagaimana kisahku tetap berlaku baik padaku sedangkan mereka yang tidak mengerti, contohnya penduduk sekitar tempat ini, mereka juga memperlakukanku sebagai seorang manusia dan tak jarang mereka membantuku dengan memberiku makanan atau minuman yang mereka buat. Aku sangat bahagia dan damai tinggal di sini.”

“Bagus jika seperti itu. Proses penyembuhanmu pasti akan lebih berlangsung dengan lebih cepat.”

“Semoga saja.” Bucky dan Steve diam beberapa saat hingga Bucky teringat sesuatu yang mengganjal di dalam pikirannya sejak tadi namun ia belum berani menanyakannya karena tadi masih ada T’Challa, Sam, dan Natasha. Sekarang ketika tiga orang itu sudah pergi, sepertinya Bucky berani untuk menanyakannya. “Aku punya satu pertanyaan, Steve.”

“Apa itu?”

“Setelah aku bangun, aku mendapatkan banyak memori tentang hidup sebelum aku menjadi seorang Winter Soldier, di tahun 40-an. Karena itulah, memori tentangmu dan kenangan kita selama itu, aku mengingatnya. Bagaimana kau selalu menyimpan kunci rumahmu ke bawah kotak yang selalu kau lupakan, tentang bagaimana heroiknya kau menyusup di markas Hydra dan menyelamatkan semua orang, atau bagaimana tentang kecil dan kurusnya kau hingga suatu saat aku melihatmu untuk pertama kalinya dan kau sudah sebesar ini.”

Steve tertawa kecil mendengar ucapan Bucky. Bagi Steve, kejadian itu terasa hanya beberapa tahun yang lalu namun kenyataannya, kejadian itu sudah terjadi hampir tujuh puluh tahun yang lalu. Waktu benar-benar berputar sedikit aneh diantara dirinya dan Bucky.

“Beberapa lainnya, aku sudah pernah menanyakannya padamu saat kau datang kemari dan kau bisa mengkonfirmasinya. Namun selain itu, aku juga mengingat kehidupanku setelah aku dibekukan dan menjadi seorang Winter Soldier. Siapa saja korban yang terluka atau terbunuh akibat perbuatanku, aku mengingatnya. Howard Stark dan istrinya, Natasha, Nick Fury, aku mengingat mereka dan mengingat bagaimana Winter Soldier – ”

“Buck, kau tidak perlu menjelaskannya. Itu bukan kau yang asli. Kau tidak melakukannya dengan sengaja. Kau ada di bawah – ”

“Aku tahu, Steve. Tapi tetap saja, aku yang membunuh dan menyakiti mereka semua, bukan?”

Steve ingin menyanggah ucapan Bucky namun lidahnya kelu. Apa yang Bucky katakan memang benar. Meskipun Bucky tidak melakukannya atas kehendak dirinya sendiri dan sengaja, tetap Bucky-lah yang melakukan semua itu.

“Saat melihat Natasha datang, aku langsung teringat bagaimana kejamnya Winter Soldier yang melukai perempuan itu dengan menembaknya dan mencekiknya. Entah apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan pengampunan dan penebusan atas semua yang telah Winter Soldier lakukan.”

“Lebih baik saat ini kau ikuti apa yang Nat katakan padamu tadi. Kau harus memfokuskan dirimu untuk penyembuhanmu terlebih dahulu dan nanti setelah kau bisa sembuh seratus persen, baru pikirkanlah bagaimana caramu mendapatkan penebusan dan pengampunan itu.”

“Begitu?”

“Ya, tentu saja. Untuk saat ini, pikirkan saja hal-hal yang bahagia dan jangan membuat pikiranmu semakin stress. Semakin cepat kau bisa memegang kontrol atas pikiranmu, semakin cepat kau sembuh dan bisa melakukan penebusan seperti yang kau katakan tadi.”

Bucky tersenyum pada Steve sambil mengatakan pada dirinya sendiri jika perkataan Steve memang sepenuhnya benar. Prioritas utamanya sekarang adalah fokus pada penyembuhan diri—mengisi pikirannya dengan hal-hal yang menenangkan dan membahagiakan. Saat ia mampu mengendalikan pikirannya sepenuhnya, ia akan menebus kesalahan yang dilakukan Winter Soldier terhadap para korbannya. Meskipun Bucky tetap tahu sebanyak apapun ia melakukan penebusan, kekejaman yang telah dilakukan Winter Soldier tetap tidak termaafkan. Namun tidak ada salahnya untuk tetap berusaha dan mencoba semua hal yang ia mampu setelah ia benar-benar sembuh pada akhirnya.

Lalu setelah diam beberapa menit, Bucky kembali teringat akan salah satu memori asing yang ada di pikirannya saat ia bangun dari pembekuannya.

“Steve, aku juga perlu menanyakan ini padamu.”

“Ada apa?”

“Apa—apa kau tahu sebelum aku menjadi Winter Soldier, apa saja hal-hal yang aku lakukan?”

“Maksudnya?”

“Aku mendapatkan satu memori aneh.”

“Aneh? Mengapa aneh?”

“Karena aku benar-benar merasa jika aku tidak pernah mengalami hal itu.”

“Apa yang kau lihat? Mungkin aku bisa sedikit mengetahuinya.” Steve melirik Bucky. “Jika kau tidak keberatan aku mengetahuinya karena walaupun demikian, itu tetap adalah privasimu dan kau berhak untuk menolakku. Sekarang semua pilihan ada di tanganmu dan tidak ada yang bisa memaksamu melakukan apapun. Termasuk aku.”

Bucky tersenyum lalu mengangguk kecil. “Sudah sangat lama sejak aku bisa diizinkan memilih sesuatu menurut kehendakku sendiri. Terima kasih, Steve, karena telah memberiku izin untuk memilih.”

“Tentu saja, Sobat.”

“Tapi aku tetap ingin menceritakannya padamu karena aku tidak tahu harus menceritakannya pada siapa lagi jika bukan kau.”

“Jika itu keinginanmu, aku siap mendengarkan semuanya, Buck.”

“Baiklah. Jadi aku tidak tahu memori tentang apa itu karena aku melihatnya sangat samar-samar. Hanya ada beberapa gambar yang kulihat.”

“Apa itu Hydra?”

“Entahlah, tapi kurasa bukan Hydra.”

“Apa yang kau lihat?”

Bucky mengangkat bahunya. “Sebuah ruangan? Ya aku yakin sebuah ruangan. Berwarna merah dan entahlah, aku mendengar banyak suara tembakan.”

“Apa hanya itu yang kau lihat?”

“Ya. Ada banyak gadis muda di sana. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Steve, apa kau tahu tempat itu?”

Otak Steve langsung memutar percakapannya dengan Natasha beberapa tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan Natasha. Saat itu Natasha sedikit menceritakan padanya tentang masa-masanya selama di Red Room. Lalu saat ini entah mengapa setelah mendengar pertanyaan Bucky tadi, pikiran Steve langsung mengkorelasikan jika tempat yang dilihat Bucky di dalam memorinya itu adalah tempat dimana Natasha menjalani pelatihan Black Widow-nya. Di Red Room.

Ingin sekali Steve mengatakannya pada Bucky supaya Bucky tidak semakin stress karena tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Namun Steve rasa, memberitahu Bucky tentang suatu hal yang kurang jelas dan ambigu seperti ini juga bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan. Lagipula, Steve juga masih belum sepenuhnya yakin jika tempat yang diceritakan oleh Bucky adalah Red Room tempat Natasha dilatih. Bisa saja tempat yang diceritakan oleh Bucky adalah tempat yang berbeda dengan Red Room yang kebetulan hanya mirip saja dengan Red Room.

“Apa kau yakin itu adalah memori? Bukan semata-mata mimpi?”

Bucky mengangkat bahunya. “Itulah yang aku tidak ketahui, Steve, entah mimpi atau memori, aku benar-benar tidak bisa membedakannya. Aku benar-benar takut jika hal-hal yang kuanggap mimpi adalah memoriku dan sebaliknya, hal-hal yang sebenarnya adalah memori kuanggap sebagai mimpi. Aku benar-benar takut—takut melupakan sesuatu yang penting di sana.”

“Tidak perlu khawatir, Buck. Kau memilikiku sekarang.”

“Kau mau membantuku mencari tahu hal itu?”

Steve tersenyum lalu menepuk pundak Bucky. “Tentu saja. Aku akan mencari tahunya untukmu, Sobat. Jika aku sudah menemukan titik terang, aku akan mengatakannya padamu.”

“Terima kasih, Steve.”

“Tentu saja.”

Saat waktu makan malam tiba, Steve, Sam, Natasha, Shuri, dan T’Challa melakukannya di ruang makan istana. Sebelum ke tempat makan, Steve sudah mengajak Bucky untuk makan bersama di istana namun Bucky menolak dan memilih untuk makan bersama penduduk lokal yang tinggal di sekitar kediaman Bucky. Steve dan lainnya tidak mau memaksakan kehendak mereka pada Bucky karena mereka tahu jika Bucky sudah lama tidak memegang kehendak atas dirinya sendiri. Saat ini ketika semuanya sudah selesai, Bucky harus kembali memegang kendali atas dirinya sendiri untuk memilih melakukan apa yang ia inginkan dan yang tidak ia inginkan. Steve dan lainnya akan menghormati segala pilihan yang Bucky pilih.

“Bagaimana keadaan Bucky? Apa ia sudah baik-baik saja?” tanya Natasha kepada Steve karena memang pria itulah yang menghabiskan sangat lama waktunya dengan Bucky selama ia dan Sam berkeliling Wakanda.

“Sudah lebih baik. Ia merasa damai tinggal di tempat ini.”

“Nona Romanoff, kau sedang ada dalam pelarian menghindari pemerintah bukan?”

Natasha tersenyum lalu mengangguk. “Seperti yang kau tahu, Yang Mulia. Setelah kejadian di Berlin, kami yang ada di pihak Captain America tidak bisa diam dalam satu tempat jika tidak ingin tertangkap. Jadi kami yang tidak ingin ditangkap harus terus berlari dan bersembunyi agar tidak tertangkap.”

“Jika kau mau, kau bisa bersembunyi di Wakanda, Nona Romanoff. Bisa kupastikan jika tidak akan ada yang tahu kau ada di sini termasuk pemerintah Amerika, PBB, atau CIA sekalipun.” T’Challa beralih melihat Steve yang duduk di sisi sebelah kiri meja makan. “Steve dan Sam sudah berkali-kali kutawari untuk tinggal namun mereka menolak dan lebih memilih untuk tetap ada di dunia luar dan berjaga-jaga jika suatu keadaan genting membahayakan dunia dan mereka bisa segera menumpasnya.”

“Wow, benar-benar perilaku seorang pahlawan super.”

Steve mengangkat bahunya. “Orang-orang tidak menyebutku Captain America dengan begitu saja, bukan? Jadi meskipun aku hanya memiliki satu orang di tim yang tersisa, aku akan tetap melindungi dunia.”

“Jika kau bergabung, kita bertiga akan menjadi pahlawan yang benar-benar melindungi dunia, Nat,” kata Sam sambil mengedipkan sebelah matanya pada Natasha untuk menggoda perempuan itu namun Natasha hanya memutar bola matanya malas.

“Setelah apa yang terjadi dengan Red Room, aku rasa aku perlu beristirahat sejenak dari aktivitas-aktivitas kepahlawanan yang kalian ceritakan dan sepertinya tawaran dari raja Wakanda bisa kupertimbangkan untuk sementara waktu. Lagipula, aku belum sepenuhnya mengeksplor Wakanda dan aku merasa jika negeri ini masih menyimpan sejuta keindahan lainnya yang akan sangat disayangkan jika tidak kulihat saat aku masih hidup.”

“Kau benar, Nat. Kau harus beristirahat di tempat ini tapi jika kau ingin kembali terjun ke lapangan, kau bisa dengan langsung menghubungi aku atau Sam dan kami bisa menjemputmu.” Steve mengangkat bahunya. “Atau kau bisa berangkat sendiri, bukan? Kau memiliki quinjet pribadimu sendiri.”

“Ya, itu adalah hal yang mudah dan setelah ini, kau akan langsung pergi?”

“Tidak. Aku dan Sam akan pergi besok pagi setelah kami berpamitan dengan Bucky.”

“Baiklah jika begitu.” Natasha berpaling menghadap ke arah T’Challa. “Yang Mulia, apa aku boleh menginap di Wakanda selama mmm beberapa hari?”

“Minggu atau bulan, kau bisa menginap di tempat ini, Nona Romanoff. Jika kau akan memutuskan untuk menginap, setelah makan malam ini, Shuri akan menunjukkan kamarmu.”

“Nona Romanoff, kau tidak memiliki keinginan khusus untuk kamarmu bukan?”

“Oh astaga, Shuri, tidak perlu repot-repot. Aku bisa tidur dimana saja, jangan khawatir. Dan ya, panggil saja aku Natasha.”

Shuri tersenyum. “Baiklah jika begitu, Natasha. Aku dan beberapa pegawai istana akan menyiapkan kamarmu setelah ini.”

“Terima kasih banyak.”

Makan malam hari itu berlangsung dengan obrolan dan cerita yang dituturkan oleh Sam, Steve, bahkan Natasha. Meskipun biasanya Natasha tidak mudah menceritakan cerita hidupnya kepada orang yang baru ia kenal, namun Natasha rasa, tidak ada salahnya menceritakan pengalamannya beberapa minggu lalu di Red Room kepada T’Challa dan Shuri. Toh, mereka berdua sudah banyak membantunya dan mereka berdua adalah orang yang baik. Natasha bisa percaya pada keduanya.

Setelah makan malam selesai, Shuri mengantarkan Natasha ke gedung apartemen yang paling dekat dengan istana. Ia lalu menunjukkan kamar Natasha yang ada di lantai paling atas dengan fasilitas paling lengkap dari seluruh lantai yang ada di apartemen itu. Natasha sebenarnya sedikit terkejut karena untuk apa T’Challa dan Shuri menyediakan kamar yang sangat bagus untuknya? Ia bukanlah orang yang penting dan Natasha rasa, ia masih tidak layak menempatinya. Sempat menolak, akhirnya Shuri pun menjelaskan jika tempat itu—gedung apartemen itu memang adalah tempat untuk tamu-tamu penting yang datang dari dunia luar. Sudah seharusnya mereka dijamu dan Natasha adalah orang penting. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah menyelamatkan dunia dua kali tidak dianggap penting? Saat mendengarkan penjelasan Shuri, akhirnya Natasha pun mengangguk dan menerima kamarnya. Tadi juga, Shuri mengatakan jika saat Steve dan Sam pernah menginap di Wakanda, mereka juga tinggal di lantai paling atas, begitu pula dengan Bucky, jika Bucky mau tidur di apartemen istana dibandingkan tidur di alam bebas seperti saat ini.

Setelah menjelaskan segala fasilitas kamar, Shuri pun segera meninggalkan Natasha untuk beristirahat. Natasha pun mengambil pakaian yang ada di lemari lalu segera mandi dan berganti pakaian. Saat kembali masuk ke kamarnya, Natasha melihat badan besar Steve sedang ada di balkon dan melihat Wakanda dari ketinggian. Menaruh handuknya di meja, Natasha pun berjalan ke arah Steve.

“Ada apa? Kau tidak akan mungkin datang ke kamarku jika tidak ada sesuatu yang penting.”

Steve tersenyum karena insting Natasha memang selalu benar. “Ada yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Ya. Soal apa?”

“Red Room.”

Pandangan awal Natasha yang menghadap ke arah kota Wakanda langsung beralih menatap Steve. “Red Room? Apa yang ingin kau ketahui tentang Red Room?”

“Apa ruangan di dalam Red Room berwarna merah?”

Natasha terkekeh. “Tentu saja. Itu bukan sekadar julukan saja. Sebagian besar ruangan di Red Room berwarna ‘merah’ asli. Ada apa kau bertanya?”

“Hanya penasaran.”

“Jangan berbohong padaku, Steve. Kau tidak mungkin ‘hanya penasaran’ sampai kau menanyakan tentang Red Room seperti itu.”

“Aku memang benar-benar penasaran, Nat. Aku hanya… tiba-tiba teringat soal ceritamu padaku tadi siang dan aku ingin tahu lebih apa saja yang ada di dalam Red Room.” Steve menatap Natasha yang ada di sebelahnya. “Tidak ada maksud lebih, Nat. Sungguh.”

“Ya, seperti yang kau tahu, Red Room memiliki program pelatihan Black Widow dan mereka mengambil gadis-gadis muda untuk dijadikan prajurit dan mata-mata super. Disana, kami diajarkan banyak hal. Seni bela diri, peperangan, cara-cara menggunakan tubuh kami untuk menggoda pria, dan sebagainya. Kau tahu sendiri, Steve, apa saja yang ada di dalamnya.”

Steve menganggukkan kepalanya. Sebenarnya, ia sudah menduga bahwa Red Room memang semirip itu dengan deskripsi yang diceritakan oleh Bucky padanya tadi siang. Steve juga tidak bisa semata-mata langsung menanyai Natasha apakah Bucky pernah di Red Room atau tidak. Tapi, Steve harus melakukan sesuatu untuk mencapai titik terang dari pertanyaan Bucky padanya.

“Aku memahaminya. Satu pertanyaan lagi, Nat.”

“Ya?”

“Apa kau…”

“Aku kenapa?”

“Kau pernah…”

“Pernah apa?”

Pada akhirnya Steve menghela nafasnya panjang. “Tidak jadi. Lupakan saja, Nat.”

“Oh ayolah, Steve. Ada apa? Apa maksudmu? Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Hanya rasa penasaran pribadi saja.”

“Apa itu? Katakan saja. Kau bersikap seolah-olah kau baru saja mengenalku dalam semalam.”

“Aku hanya penasaran, kapan kau pertama kali bertemu dengan Bucky.”

Alis Natasha berkerut saat mendengar pertanyaan acak Steve. Ada apakah gerangan tiba-tiba Steve menanyakan hal seperti itu padanya?

“Kuasumsikan di Washington bukan kali pertamamu bertemu dengan Bucky, bukan?”

Natasha memutar bola matanya malas. “Tentu saja bukan. Aku juga pernah menceritakan soal ini padamu.”

Steve langsung memutar tubuhnya sepenuhnya menghadap ke arah Natasha. “A-apa? Kau sudah pernah bertemu dengan Bucky sebelum Washington? Apa di Red Room?”

“Apa? Red Room?” Natasha ikut memutar tubuhnya menghadap ke arah Steve. “Tentu saja tidak! Untuk apa Bucky ada di Red Room? Maksudku bertemu dengannya sebelum Washington adalah di Odessa.” Natasha membuka piyama hitam yang ia pakai dan menunjukkan luka tembak di perutnya. Saat itulah Steve ingat pada percakapannya dengan Natasha di tahun 2014 setelah Natasha mengambil flashdisk dari Nick Fury di mesin snack . “Bagaimana bisa kau lupa, Steve?”

“Maafkan aku, aku hanya panik sejenak,” kata Steve setelah mengingat cerita itu.

“Ada apa? Mengapa kau tiba-tiba bertanya soal Bucky padaku? Apa ia sudah sepenuhnya ingat tentang kejadian di Odessa? Apa ia ingat ia pernah menembak orang menembus melewati perutku?”

Steve menghela nafasnya karena ternyata Natasha masih belum mengetahui fakta jika Bucky telah mengingat kejadian Odessa. Kali ini Steve bisa mengelak dan ia tidak perlu mengatakan hal-hal yang tidak-tidak lagi soal Bucky dan Red Room pada Natasha. Steve tidak mau ada hal buruk yang terjadi baik pada Bucky maupun Natasha. Ia rasa jika ia mengatakan semua yang Bucky katakan padanya tadi siang, Natasha mungkin akan mengubah sikapnya pada Bucky. Saat ini, Natasha akan menghabiskan waktu entah sampai kapan di Wakanda dan mungkin satu-satunya orang tidak sibuk yang bisa diajak Bucky mengobrol adalah Natasha. Selama di Wakanda, Steve berharap jika Natasha bisa berteman baik dengan Bucky dan Natasha bisa menemani atau sekadar mengajak Bucky mengobrol seperti yang ia lakukan dengan Natasha saat ini. Karena itulah, Steve tidak ingin membuat hubungan pertemanan Natasha dan Bucky yang belum terbentuk itu hancur hanya gara-gara keambiguan deskripsi yang diucapkan Bucky tadi. Toh Bucky juga belum bisa memastikan apakah yang ia lihat itu adalah memori atau hanya mimpinya semata.

“Ya. Dia mengingat Odessa dan dia merasa sangat bersalah padamu. Jika keadaannya sudah benar-benar stabil nanti, ia ingin meminta maaf secara khusus padamu.” Steve mengelus bagian belakang kepalanya. “Maafkan aku, Nat. Aku benar-benar lupa dengan percakapan kita mengenai kau dan Bucky di Odessa. Karena itulah aku bertanya hal-hal yang tidak jelas seperti Red Room tadi.”

“Baiklah, bisa kupahami.” Natasha melihat jam di kamar barunya yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. “Aku sangat mengantuk, Steve, sungguh jika kau tidak keberatan dan tidak ada hal penting lain yang ingin kau sampaikan padaku, aku benar-benar ingin tidur.”

“Ah ya, maafkan aku.” Steve langsung memeluk Natasha. “Selamat malam, Nat. Besok pagi sekitar pukul sepuluh, aku dan Sam akan pergi dari Wakanda. Kau akan ada di sana untuk mengantarkanku bukan?”

“Tentu saja, bodoh.”

Steve tersenyum. “Jaga bahasamu, Nona.”

“Ya, ya, ya terserah kau.”

Saat Natasha mengantarkan Steve sampai di depan pintu kamarnya, Steve berbalik lagi menatap Natasha. “Nat, bisa aku meminta tolong darimu?”

“Apa?”

“Bucky. Kau tahu, kau akan di Wakanda entah sampai kapan bukan? Aku ingin minta tolong padamu untuk – ”

“Menjaganya, menemaninya, mengajaknya berbicara, berteman dengannya. Aku tahu kau, Steve. Tak perlu kau minta pun aku juga akan melakukan hal-hal itu di samping semua anggota kerajaan pasti sibuk dan aku belum mengenal orang di tempat ini. Jadi, kemungkinan besar hanya Bucky-lah yang tersedia dan ia akan menjadi teman terdekatku selama aku di tempat ini.”

“Senang mendengarnya darimu, Nat. Terima kasih banyak.”

“Baiklah. Sekarang kembalilah ke kamarmu, oke?”

Steve mengangguk lalu menepuk pundak Natasha. “Baiklah. Selamat malam sekali lagi, Nat. Mimpi indah.”

“Ya, ya, ya, terserah kau.”

Natasha pun segera menutup pintu kamarnya lalu segera membaringkan dirinya dan memejamkan matanya untuk tidur.

Chapter Text

Pagi harinya, Natasha menepati perkataannya dengan mengantarkan Steve dan Sam untuk kembali berkelana di dunia luar.

Saat quinjet miliknya akan diantarkan di halaman istana, Steve meminta untuk mengantarnya di ladang yang ada di dekat kediaman Bucky supaya ia dan Sam bisa langsung berpamitan dengan Bucky dan langsung berangkat tanpa perlu kembali ke istana lagi. Hal tersebut Steve lakukan sebab ia sangat tahu jika Bucky pasti akan menolak menginjakkan kakinya di dekat istana kecuali jika ia sedang menjalani serangkaian prosedur penyembuhannya. Bucky benar-benar tidak ingin mengambil resiko untuk menyakiti orang lain lagi.

Setelahnya, Steve, Sam, Natasha, dan T’Challa segera melangkahkan kaki mereka menuju kediaman Bucky dan menemukan pria itu sedang memberi makan kambing-kambingnya seperti kemarin. Terus terang saat melihat Bucky seperti itu, Natasha sangat ingin tertawa karena orang yang sudah menyerangnya tiga kali adalah orang yang sama yang sedang memberi makan kambing-kambing seperti ini. Hal itu benar-benar lucu di kepalanya.

“Hei, Buck.”

Bucky menolehkan kepalanya dan tersenyum saat melihat rombongan yang baru datang itu. “Hei, Steve.” Pria itu menatap Sam, Natasha, dan T’Challa lalu tersenyum pada mereka bertiga sebelum mengalihkan pandangannya pada Steve lagi. “Ada apa sepagi ini kau kemari?”

“Ah ya, aku dan Sam harus pergi dari sini kau tahu. Kami tidak bisa lama-lama ada di sini – ”

“Ada dunia yang harus kalian jaga dan pertahankan. Aku tahu hal itu.”

Steve tertawa kecil. “Ya, seperti itulah.”

“Baiklah, jaga dirimu dan kuasumsikan aku akan kembali melihatmu tiga bulan lagi?”

“Jika tidak ada halangan iya namun karena Natasha ada di sini, mungkin aku dan Sam akan mengunjungimu satu bulan sekali sekaligus mengunjungi Natasha untuk mengecek apakah ia membuat masalah atau tidak.”

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Jika Nona Romanoff macam-macam, ia akan langsung dihabisi oleh Dora Milaje,” kata T’Challa sambil bercanda yang langsung membuat Natasha memandang Steve malas.

“Jaga ucapanmu, Rogers.” Natasha memalingkan wajahnya menghadap ke arah T’Challa. “Jangan terlalu khawatir, Yang Mulia. Aku tidak akan berbuat macam-macam di sini karena memang aku sedang beristirahat dan aku benar-benar tidak ingin terlibat dengan pasukanmu.”

“Baguslah jika seperti itu.”

“Natasha akan tinggal?” tanya Bucky memancing semua atensi orang di sekitarnya.

“Ya. Dia telah mengalami banyak kejadian selama beberapa bulan terakhir ini setelah Berlin. Jadi, dia perlu beristirahat dan berlibur.” Steve menepuk pundak Bucky. “Aku titip Natasha padamu, Buck. Jika ia aneh-aneh, langsung laporkan saja ia pada T’Challa atau Okoye dan mereka pasti akan menghajar Natasha saat itu juga.”

Bucky tertawa kecil lalu mengangguk. “Tentu saja.” Pria itu berpaling menghadap Natasha. “Semoga kau betah di Wakanda, Natasha.”

“Oh, tidak perlu khawatir. Aku pasti akan betah. Makanan-makanan di tempat ini luar biasa dan tempat-tempat disini juga sangat indah. Aku menyukainya dan pasti akan betah berada di Wakanda.”

Tak lama kemudian, quinjet milik Steve datang. Setelah berpamitan sekali lagi kepada Bucky, Natasha, dan T’Challa, mereka berdua langsung naik ke quinjet dan segera meninggalkan kawasan Wakanda untuk kembali menjaga dunia dari ancaman musuh-musuh yang mungkin akan datang dan menyerang bumi. Lalu barulah sesudah Steve dan Sam pergi, T’Challa dan pasukannya yang mengantarkan quinjet Steve juga segera kembali ke istana. Hal tersebut pada akhirnya membuat hanya Natasha dan Bucky saja yang tersisa di tempat tersebut.

“Kau akan menjadi temanku di sini, Bucky.”

“Kau mau berteman denganku?”

“Tentu saja. Kenapa tidak?” Natasha sadar akan sesuatu. “Sudah aku katakan padamu kemarin, jangan bahas masa lalu di sini oke? Fokus dahulu pada dirimu baru pada orang lain.”

“Terima kasih banyak, Natasha.”

“Ya. Dan, apa kau mau menemaniku berkeliling Wakanda selama aku di sini?”

“Tentu saja. Aku sudah mengeksplor banyak tempat di Wakanda dan aku akan menunjukkannya padamu.”

“Bagus.”

“Tapi, aku ingin pengecualian di keramaian dan kota. Aku masih belum bisa sepenuhnya mengendalikan pikiranku dan jika aku berubah di tengah banyak orang, aku takut menyakiti mereka.”

Natasha terkekeh. “Oh, jadi kau tidak takut jika kau berubah di dekatku? Hei, aku hanya sendiri kau tahu?”

Wajah Bucky langsung berubah masam dan menundukkan kepalanya. Pria itu menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya dan Natasha menyadari jika ia salah berbicara pada Bucky. Tidak seharusnya ia bicara seperti itu. Meskipun tentu saja niat Natasha murni hanya sebuah candaan saja namun sepertinya Bucky tidak menanggapinya seperti itu dan menganggapnya hal serius.

“Aku sungguh, Natasha, aku tidak – ”

“Aku hanya bercanda, Bucky. Tentu saja, maksudmu demikian untuk melindungi banyak orang dan jika kau berubah di dekatku, setidaknya aku bisa mengalahkanmu. Begitu, bukan?”

Bucky mengangguk. “Kurang lebihnya seperti itu.”

“Baiklah. Itu cukup. Sampai jumpa nanti siang atau nanti sore. Sekarang aku ingin menghabiskan waktu di kamar dan menonton film-film yang kulewatkan selama ini dahulu. Ah, kau tidak sibuk, bukan? Kau selalu bisa kapan pun, bukan?”

“Iya, Natasha. Aku bisa kapan pun. Kapan pun kau membutuhkanku, aku akan ada di sana untukmu.”

“Sangat bagus. Ya sudah jika seperti itu, sampai jumpa, Bucky. Sampai bertemu beberapa jam lagi.” Natasha mengangkat bahunya. “Atau mungkin besok jika aku tidak terlalu asyik menonton dan lupa waktu karena sering terjadi saat aku terlalu asyik menonton, aku lupa waktu dan melupakan segala hal. Jika itu terjadi, aku minta maaf karena aku membuatmu menungguku.”

“Tidak apa-apa, Natasha. Aku pun juga tidak ada pekerjaan tetap di sini. Aku bisa kapan pun.”

“Bagus. Sampai jumpa.”

“Sampai jumpa.”


Saat melihat jam di dinding kamarnya, Natasha melotot karena ia benar-benar sudah melupakan waktu. Terakhir kali ia melihat jam adalah pukul dua belas siang saat ia menyetel film pertama yang akan ia tonton dan sekarang, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Hal tersebut menunjukkan jika ia sudah menghabiskan sembilan jam untuk menonton film-film dan ia benar-benar melupakan janji temunya dengan Bucky.

Natasha pun segera ke dapurnya untuk memasak apapun yang ia bisa untuk makan malamnya karena mungkin ia akan menemui Bucky esok hari saja. Saat ini sudah terlalu malam dan Bucky mungkin sedang istirahat. Natasha tidak mau mengganggu istirahat pria itu jadi ia akan menemuinya besok saja.

Karena kemampuan Natasha soal masak-memasak memang sangat rendah, akhirnya Natasha memakan makanan kalengan yang ada di kulkas kamarnya. Untung saja ada makanan kaleng karena jika tidak, Natasha harus makan sereal atau roti saja. Saat ini ia merasa sangat lapar karena telah melewatkan makan siangnya sebab ia terlalu asyik menonton film-filmnya. Setidaknya makanan kaleng lebih membuatnya kenyang daripada sereal dan susu. Barulah sesudah ia menyelesaikan makan malamnya, Natasha segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan piyama lalu segera tidur. Bersiap untuk hari esok yang mungkin panjang karena ia akan mengelilingi Wakanda bersama Bucky.


Pagi harinya, Natasha sudah keluar dari kamarnya dan berjalan menuju tempat Bucky. Saat melewati kawasan istana, Natasha menyapa beberapa anggota pasukan Dora Milaje yang ia kenal dan langsung bergerak menuju ladang dimana Bucky biasanya menggembalakan kambing-kambingnya. Saat sampai, Natasha langsung tersenyum karena dugaannya sangat akurat. Bucky sedang menggembalakan kambing-kambingnya sambil duduk di rumput dan bermain-main dengan ranting yang ada di dekatnya.

“Hei.”

Bucky menoleh dan tersenyum saat melihat Natasha. “Hai, akhirnya kau datang, Natasha.”

“Maafkan aku. Kemarin aku terlalu asyik menonton film dan tidak sempat menemuimu. Jam sembilan malam aku baru selesai dan aku takut jika aku datang, aku akan mengganggumu, jadi aku datang sekarang,” jelas Natasha sambil tersenyum tidak bersalah dan hal itu juga memicu senyuman di bibir Bucky.

“Sudah kukatakan padamu, Natasha. Aku selalu bisa. Kapan pun kau datang, aku pasti mau menemuimu. Katakanlah kau datang di dini hari dan aku sedang tidur, kau bisa membangunkanku dan aku akan menemanimu.”

“Oh, Steve tidak pernah menceritakan padaku jika kau sebaik ini, Bucky.”

“Aku bukan orang baik, Natasha.”

Natasha menghela nafasnya. “Sudah, jangan bahas itu lagi. Lebih baik kita berkeliling saja. Apa kau bersedia menemaniku dan menjelaskan tentang Wakanda padaku?”

“Tentu saja. Tapi sebentar ya, aku menitipkan kambing-kambingku pada anak-anak sekitar sini dulu sampai aku kembali.”

Natasha mengangguk lalu melihat Bucky berjalan meninggalkannya dan menuju ke arah tiga anak kecil yang mungkin berusia sekitar empat tahunan lalu mengatakan sesuatu pada mereka. Natasha tentu saja tidak bisa mendengarkannya karena jarak tempatnya berdiri dengan tempat Bucky dan anak-anak itu lumayan jauh namun Natasha dapat melihat jika Bucky tersenyum saat mengatakan kalimatnya dan anak-anak itupun juga tersenyum. Hal tersebut sedikit membuat Natasha merasa aneh karena baru ia sadari, ternyata Bucky memiliki senyuman yang cukup manis. Selama ini ia tidak pernah melihat senyuman itu. Pertemuannya dengan Bucky selalu diisi dengan perkelahian dan usaha saling membunuh satu sama lain. Saat ini ketika Natasha pada akhirnya bisa melihat diri Bucky yang normal , diri Bucky yang asli , Natasha pun juga bisa menyadari jika senyuman Bucky memang manis. Natasha terus memperhatikan Bucky dai kejauhan hingga akhirnya ia bisa melihat Bucky mengelus kepala anak-anak itu lalu segera kembali ke arahnya bersama tiga anak-anak itu.

“Kau sudah siap?”

“Aku sudah siap sejak tadi.”

“Baiklah, ayo.”

Bucky segera berjalan mendahului Natasha sambil memberikan kambing-kambingnya kepada anak-anak itu. Namun sebelum benar-benar pergi, Bucky menyempatkan dirinya untuk mengambil satu keranjang di dekat kediamannya lalu segera berjalan dan memulai menjelaskan beberapa tempat yang ia ketahui di Wakanda kepada Natasha. Tempat-tempat itu termasuk tempat-tempat yang sempat ia kunjungi dan tempat-tempat yang sempat Shuri ceritakan padanya jika ia sedang menjalani proses penyembuhannya atau ketika Shuri berkunjung ke kediamannya. Dengan sabar, Natasha mendengarkan semua cerita Bucky dan melihat pemandangan Wakanda yang sangat indah hingga akhirnya mereka sampai ladang luas di dekat perbatasan kota yang dijaga oleh pasukan perbatasan Wakanda.

“Kau ingin duduk, Natasha? Kita sudah berjalan sangat jauh.”

“Boleh.”

Bucky mengangguk lalu segera mengikuti Natasha untuk duduk. Setelah duduk, Natasha menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah keranjang yang Bucky bawa sejak tadi. Sebenarnya sejak tadi, Natasha ingin bertanya pada Bucky apa isi keranjang itu namun karena perhatian Natasha lebih terfokus kepada pemandangan yang ada di sekitarnya, ia melupakan keranjang Bucky dan baru mengingatnya saat ini ketika Bucky mulai membukanya.

“Apa yang kau bawa?”

“Beberapa roti dan buah untukmu. Jika kau lapar, kau boleh memakannya—memang itu kubawakan untukmu.”

“Astaga, kenapa kau sebaik ini, Bucky?”

“Bukan apa-apa. Hanya kupikir nanti kau akan kelaparan setelah lama berjalan.”

“Aku sudah terbiasa lapar, kau tahu. Jika aku dalam suatu misi terpencil yang keadaannya sangat genting, aku biasanya tidak makan. Beberapa kali bahkan aku hanya makan makanan seadanya saja kadang hanya minum air saja.”

“Kau sangat hebat, Natasha.”

“Wow, terima kasih banyak, Bucky, dan jika kau mengizinkan, aku ingin minta rotimu karena kau membicarakan soal makanan, perutku ikut kelaparan karenanya.”

Bucky tersenyum lalu menyerahkan keranjang roti dan buahnya kepada Natasha supaya Natasha bisa memilih roti atau buah mana yang ia suka. Natasha menerima keranjang itu sambil tersenyum lalu segera mengambil satu roti dan satu apel lalu memakannya. Bucky melakukan hal yang sama dengan mengambil apel dan memakannya di sebelah Natasha.

Keduanya makan dengan damai sambil memperhatikan pemandangan di sekitar mereka. Tentu saja karena berdiam-diaman, kecanggungan bisa mereka rasakan. Untungnya, hal tersebut bukan menjadi masalah besar bagi mereka karena memang mereka menikmati waktu diam yang ada diantara mereka itu. Baru ketika roti dan apel Natasha habis, Natasha menolehkan kepalanya ke arah Bucky yang ternyata masih mengunyah apelnya dengan damai.

“Apa?”

Natasha menggeleng. “Bukan apa-apa. Hanya senang saja bisa melihatmu tenang dan damai seperti ini. Lebih seperti dirimu. Ya walau aku tidak tahu bagaimana dirimu yang sebenarnya, tapi aku lebih menyukai dirimu yang ini.”

“Ya, aku juga lebih menyukai diriku yang sekarang daripada saat-saat sebelum ini.”

“Itu bagus dan apakah kau tidak berniat untuk merapikan rambutmu atau merapikan janggutmu?”

“Entahlah, aku tidak memikirkan soal penampilan lagi, Natasha. Aku bisa hidup dengan damai dan tenang seperti ini saja sudah lebih dari cukup untukku.”

Natasha melihat Bucky sekali lagi lalu tersenyum dan segera membaringkan dirinya ke rumput. Meskipun memang ia dan Bucky pernah bertemu di masa lalu secara tidak sengaja, untuk tujuan yang jahat, Natasha kerap kali merasa jika ada sesuatu tentang Bucky yang tidak asing di matanya. Sungguh Natasha tidak berbohong karena beberapa kali saat ia melihat Bucky secara langsung seperti ini, Natasha merasa ia pernah bertemu dengannya dan mengenalnya. Tidak, bukan Odessa, bukan Washington, dan bukan Bucharest namun sebelum itu. Natasha juga tidak tahu jika itu memang terjadi atau hanya perasaan berlebihannya saja. Tapi lebih baik, saat ini ia juga tidak usah memikirkan hal itu. Natasha yakin jika ia memang pernah bertemu Bucky sebelum Odessa, suatu saat nanti ia pasti mengingatnya. Natasha lebih percaya pada keajaiban waktu dibandingkan pemikiran-pemikiran rumit dan tidak masuk akal yang ada di otaknya.

Bucky memperhatikan Natasha yang membaringkan tubuhnya di sebelahnya lalu tak sengaja, matanya melihat kalung dengan bandul berbentuk bintang merah yang ada di leher Natasha. Seketika itu juga Bucky langsung seperti merasakan perasaan janggal karena ia merasa pernah melihat kalung dengan simbol itu sebelumnya namun ia lupa ia pernah melihatnya dimana. Bucky terus memperhatikan kalung itu sambil berusaha mengingat-ingat apa yang mungkin kalung dengan simbol itu hadir dalam hidupnya hingga suara Natasha terdengar.

“Kau tidak berbohong saat mengatakan jika di sini tenang dan damai, Bucky. Rasa-rasanya, aku bisa tidur dengan damai dan nyenyak di sini saat ini juga karena perasaan damai dan tenang ini benar-benar terasa sangat indah.”

Mendengar ucapan tersebut membuat Bucky kembali menatap pemandangan yang ada di hadapannya. “Sudah kukatakan padamu.”

“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?”

“Tentu saja.”

“Bagaimana kau makan? Apa kau memasaknya?”

“Biasanya begitu. Aku memancing ikan dan mencari buah dan sayur di hutan lalu aku olah sendiri di kediamanku. Jika tidak, penduduk sekitar akan memberiku makanan yang sudah mereka masak atau kadang aku diundang untuk makan bersama mereka. Kenapa?”

“Hmm, jika stok makanan di kulkasku sudah habis, aku akan minta makanan padamu.” Natasha membuka matanya lalu melirik Bucky. “Aku tidak bisa memasak. Menggoreng telur pun aku tidak bisa. Pernah satu kali aku menggoreng telur dan hasilnya adalah telur hitam yang benar-benar tidak layak dimakan. Jadi, kau mau bukan memberiku makanan selama aku di sini? Entahlah, aku tidak peduli. Entah masakanmu sendiri atau masakan penduduk sekitar, yang penting aku bisa makan makanan yang layak dimakan daripada masakanku.”

Bucky terkekeh kecil. “Tentu saja. Sudah kukatakan tadi padamu, Natasha, kau bisa datang padaku kapan pun dan aku akan menolongmu. Jika kau tidak mau berjalan, aku akan mengantarkan makanannya ke apartemenmu dan meminta penjaganya untuk mengantarkannya padamu di kamarmu.”

“Hei, tidak perlu seperti itu. Jika aku lapar, aku akan ke tempatmu. Jangan kau yang ke tempatku. Cukup aku merepotkanmu meminta makanan saja padamu. Jangan hal lain.”

“Aku tidak merasa repot, Natasha.”

“Yang penting tidak usah begitu. Aku akan berjalan ke tempatmu saja.”

“Baiklah jika itu keinginanmu.”

“Oh, semisal aku tiba-tiba lapar dan datang ke tempatmu di saat kau belum masak dan orang-orang juga belum masak bagaimana?”

“Aku akan memasakkannya untukmu dan kau hanya perlu menunggu sebentar.”

Natasha tersenyum lebar lalu kembali memejamkan matanya. Menghirup udara siang hari menuju sore yang terasa sangat menenangkan. Entah mengapa namun udara Wakanda benar-benar mampu menenangkannya dan untuk itu, Natasha benar-benar merasa bersyukur. Natasha akan terus menikmati udara Wakanda dengan damai sampai ia mendengar suara Bucky.

“Natasha, jika aku boleh bertanya padamu tentang sesuatu, aku ingin bertanya.”

“Ya, silahkan saja,” jawab Natasha sambil tetap memejamkan matanya.

“Kalung yang ada di lehermu, dari mana kau mendapatkannya?”

Natasha membuka matanya lalu melihat jika kalungnya keluar dari dalam tanktop yang ia pakai. Dengan satu tangannya, Natasha memegang bandul kalungnya lalu memasukkannya lagi ke dalam tanktopnya dan kembali memejamkan matanya. “Entahlah.”

Bucky mengerutkan keningnya. “Entahlah?”

“Ya. Aku juga tidak tahu ini milik siapa namun saat aku dalam pelatihanku, kalung ini ada di salah satu laci mejaku dan sebelum aku pergi, aku membawanya.” Natasha mengangkat bahunya. “Mungkin ini milik seseorang yang penting. Jadi meskipun aku tidak mengingat ini milik siapa, aku membawanya saja jika suatu saat orang itu datang dan meminta kalungnya, aku akan memberikannya padanya.”

“Pelatihan? Kau pernah ada dalam pelatihan?”

“Tentu saja, Bucky. Pikirmu aku bisa begitu saja bela diri, cara menembak, cara bertarung yang keren seperti itu? Tentu saja tidak. Aku pernah ada dalam pelatihan sebelum aku menjadi diriku yang saat ini.”

“Oh, begitu. Aku baru mengetahuinya. Steve tidak pernah menceritakan hal itu.”

Natasha menyeringai. “Ya, tentu saja. Aku sudah mengancamnya untuk membunuhnya jika ia bercerita hal-hal yang macam-macam.”

“Kau sangat menakutkan.”

“Tentu. Itulah caraku bertahan sampai saat ini.” Natasha membuka matanya dan melihat ke arah Bucky yang sedang memperhatikan hamparan ladang yang luas di hadapannya. “Ada apa kau bertanya?”

“Bukan apa-apa. Aku hanya merasa jika aku pernah melihat kalung itu namun aku lupa dimana.”

Sebenarnya Natasha ingin menjawab jika mungkin Bucky melihat kalung itu saat Bucky mencekiknya di Bucharest namun Natasha mengurungkan niatnya karena kemungkinan besar jawaban itu akan bisa membuat Bucky tersinggung dan sakit hati. Hari ini hubungannya dengan Bucky sudah berjalan sangat baik dan Natasha tidak ingin merusaknya hanya gara-gara candaannya. Tentu saja Natasha hanya ingin bercanda dengan Bucky namun sepertinya Bucky masih sangat sensitif dengan hal-hal itu dan Natasha tidak mau melukai pria itu. Ia sudah terlalu banyak mengalami luka dan sakit selama beberapa tahun terakhir ini dan sangat jahat rasanya jika Natasha menggunakan masa lalu sebagai candaan.

“Waktulah yang akan membantumu mengingatnya, Bucky.”

“Apa?”

“Biasanya aku seperti itu. Jika aku melihat sesuatu yang tidak asing namun aku tidak mengingatnya, aku akan membiarkannya. Lalu suatu saat setelah berjalannya waktu, aku bisa mengingatnya dan mengetahui apa yang kulupakan di masa lalu. Kau pun juga mungkin bisa mengalami hal yang sama. Jadi sabar saja dan jangan paksakan dirimu. Jika memang kau pernah melihat kalung itu, kau pasti akan mengingat dimana kau melihat kalung itu suatu saat ini.”

Bucky tersenyum lalu mengangguk namun pikirannya kembali ke arah kalung yang ada di leher Natasha karena sungguh demi apapun, Bucky benar-benar tidak asing dengan kalung itu. Ia benar-benar merasa jika ia mengenal kalung itu dengan sangat baik hanya saja ia benar-benar tidak tahu apa yang ia lupakan. Perasaannya mengatakan jika ia mengenal kalung itu namun pikirannya mengatakan bahwa ia tidak mengenal kalung itu.

Ya, karena Bucky saat ini sudah tidak bisa lagi mempercayai pikirannya, jadi ia akan mengabaikan pikirannya dan fokus pada perasaannya saja. Natasha benar. Nanti seiring berjalannya waktu, jika memang ia mengenal kalung itu, ia akan mengingatnya. Tak perlu dipaksakan dan bersabar. Itulah kunci supaya ia bisa kembali mengingat semua hal yang ia lupakan di masa lalunya.

Setelah puas mengistirahatkan dirinya, Natasha akhirnya mengajak Bucky untuk kembali karena hari sudah semakin sore. Bucky menyarankan jika Natasha jangan keluar malam-malam apalagi di daerah yang sepi penduduk seperti daerah tempat mereka duduk saat itu. Jika Natasha ingin keluar malam, Bucky menyarankan agar Natasha mengunjungi wilayah perkotaan saja karena disana masih ramai dan bentuknya hampir sama dengan kota-kota lain yang ada di luar Wakanda.

“Oh astaga, aku lupa, Natasha. Kenapa tadi kita tidak melihat matahari terbenam?” kata Bucky setelah ia dan Natasha pada akhirnya sampai di tempat awal mereka setelah seharian menempuh perjalanan jauh.

“Kenapa memangnya?”

“Matahari terbenam di Wakanda sungguh amat sangat indah. Kau harus melihatnya.”

“Baiklah, dicatat. Kau harus menemaniku saat itu, Bucky.”

“Tentu saja. Sebenarnya aku ingin mengajakmu melihat tadi namun aku lupa dan kita terburu-buru kembali dan matahari sudah terbenam saat ini.”

“Hari-hari masih banyak. Kita bisa melihatnya kapan pun. Lagipula sepertinya jika kita melihat matahari terbenam di ladang tadi, kita tidak bisa melihatnya dengan jelas karena di depan ladang ada hutan luas yang menutupi Wakanda dari dunia luar.”

“Ah ya, kau benar. Aku akan mencari tempat lainnya yang bisa kita gunakan untuk melihat matahari terbenam dengan jelas.”

“Carilah dan jika kau sudah menemukannya, beri tahu aku dan kita akan melihatnya bersama-sama.”

“Baiklah.”

“Ya sudah jika begitu. Sampai jumpa besok mungkin jika aku ingin menemuimu.”

“Tentu saja, kapan pun kau mau, Natasha.”

“Bagus. Sekarang aku akan kembali.”

“Ya—dan oh bagaimana tentang makanmu? Apa malam ini aku perlu mengirim makanan?”

“Tidak perlu. Makanan kaleng masih banyak di kulkasku. Jika persediaan makanan di kulkasku habis, aku akan memberitahumu.”

“Oh, baiklah jika begitu. Selamat beristirahat, Natasha.”

“Tentu, sampai jumpa, Bucky!”

“Sampai jumpa.”

Natasha tersenyum sekali lagi sebelum melangkahkan kakinya kembali ke arah apartemennya sambil bersiul nada yang selalu ia ingat, yang menjadi lagu tema perjalanan hidupnya dengan Yelena, adiknya.

Chapter Text

Tak terasa, satu minggu telah berlalu sejak Natasha datang ke Wakanda bersama Steve dan Sam dan saat ini, Natasha lebih dekat dengan orang-orang yang bekerja di apartemennya ataupun orang-orang yang ada di sekitar kediaman Bucky.

Selama satu minggu, Natasha selalu menghabiskan waktunya bersama Bucky untuk berjalan-jalan berkeliling Wakanda. Jika Natasha lelah, ia akan duduk di dekat danau dan melihat Bucky menggembalakan kambing-kambingnya dari kejauhan. Jika ia bosan hanya melihat, Natasha akan menggunakan alat pancing milik Bucky untuk menangkap ikan karena akan sangat berguna jika ia mendapatkan ikan sehingga Bucky tidak perlu kesusahan mencari ikan untuk makannya nanti.

Hari ini, Natasha memutuskan untuk ikut bersama Bucky untuk memberi makan kambing-kambing kesayangannya bersama anak-anak kecil yang selalu dimintai tolong oleh Bucky untuk menjaga kambing-kambingnya saat ia menemani Natasha berjalan mengelilingi Wakanda. Saat semua kambing sudah diberi makan, Natasha duduk di tangga kediaman Bucky dan Bucky juga ikut duduk di sebelahnya sambil memberikan air putih pada Natasha. Dari tempat mereka duduk, mereka bisa melihat jika anak-anak kecil tadi bermain dengan riang gembira di tengah ladang bersama kambing-kambing Bucky. Melihat anak-anak kecil yang bahagia membuat Natasha tersenyum dan senyumannya memiliki dua makna. Satu, ia benar-benar bahagia saat melihat anak-anak kecil itu tersenyum dan tertawa karena mereka memang pantas mendapatkannya. Sesuatu yang tidak pernah Natasha rasakan selama masa kecilnya. Lalu dua, ia merasa miris karena mengetahui fakta dengan pasti jika sampai kapan pun dan mau seingin apapun Natasha memiliki anak, ia tidak akan bisa memilikinya. Padahal sebenarnya jika boleh diizinkan bermimpi, suatu saat nanti jika dunia sudah benar-benar sangat damai, ia bisa pensiun dari pekerjaan pahlawan supernya, menemukan pria yang ia cintai dan mencintainya, memiliki keluarga kecil yang bahagia dengan dua anak, dan bisa hidup tenang hingga ajal menjemputnya nanti. Namun Natasha menyadari jika sepertinya, ia tidak bisa merasakan itu semua. Walaupun nanti jika dunia sudah benar-benar aman, Natasha yakin jika ia tidak bisa benar-benar aman. Akan selalu ada musuh-musuh yang membencinya dan Natasha harus melawan mereka. Memiliki orang-orang yang ia cintai adalah suatu hal yang melegakan namun mengerikan di saat yang bersamaan. Hal tersebut bisa terjadi sebab jika ia gagal melindungi orang-orang yang ia cintai dari semua musuhnya itu, ia akan merasa sakit dan penyesalan yang ada di dalam dadanya akan abadi selamanya. Namun dengan tidak bisanya Natasha memiliki anak dan kemungkinan kecil ia akan bisa menemukan belahan jiwa yang bisa ia cintai atau mencintainya, Natasha rasa jika hal itu bukanlah suatu ancaman yang sangat besar baginya.

“Natasha. Kau tidak apa-apa?”

Natasha menolehkan kepalanya dan melihat Bucky sedang memperhatikannya dengan khawatir. Saat melihat Bucky terlihat khawatir, Natasha tersenyum langsung menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku tidak apa-apa. Aku hanya bahagia melihat anak-anak itu bahagia. Mereka pasti sangat senang bisa menghabiskan masa kecil mereka dengan tersenyum dan tertawa seperti itu.”

Bucky sebenarnya ingin bertanya lebih jauh namun ia menahan diri dan hanya menganggukkan kepalanya. Ia lalu melanjutkan aktivitas menyapunya yang sempat tertunda karena mengecek keadaan Natasha terlebih dahulu. Namun baru saja ia mengambil sapunya lagi, suara Natasha lebih dahulu terdengar dan Bucky memalingkan tubuhnya kembali menghadap Natasha.

“Hei.”

“Ada apa, Natasha?”

“Apa kau ingat bagaimana masa kecilmu?”

“Hanya sedikit. Aku belum bisa mengingatnya sepenuhnya. Aku hanya ingat jika aku memiliki tiga adik dan kami sering bermain bersama saat ibu kami sudah meninggal. Sudah itu saja, selebihnya aku tidak ingat—belum mengingatnya lagi. Ada apa?”

“Hanya penasaran. Apa kau dan adik-adikmu punya salam rahasia atau sesuatu yang hanya kalian sendirilah yang tahu?”

Bucky tersenyum saat suatu memori muncul di kepalanya. “Ya, aku mengingat hal itu juga. Kami punya satu tempat persembunyian yang biasanya kami gunakan untuk bersembunyi dari anak-anak lain yang tidak menyukai kami.”

Tiba-tiba tanpa diperintahkan oleh siapapun, Natasha tiba-tiba bersiul sebuah siulan yang tidak Bucky ketahui apa maknanya itu. Walau Bucky bingung, pria itu tetap membiarkan Natasha bersiul lalu setelahnya, Natasha tersenyum dan entah hanya perasaan Bucky saja namun ia melihat mata Natasha sedikit basah. Sayangnya saat itu Bucky tidak berani menanyakannya dan hanya diam sambil memperhatikan apa yang Natasha lakukan saja.

“Aku juga memiliki seorang adik, Bucky.”

“Oh ya?”

“Ya. Adik perempuan lebih jelasnya. Walau sebenanrya kami bukan saudari kandung tentu saja dan kami sempat bersitegang tapi kami berhasil mengatasinya dan menjadi saudari lagi.”

“Dan siulan itu tadi adalah siulan rahasiamu dengan adikmu, kutebak.”

Natasha mengangguk. “Kau adalah orang pertama selain adikku yang mengetahuinya, Bucky. Bahkan Steve belum kuceritakan soal hal itu dan jangan berani-beraninya kau membocorkannya pada orang lain.”

Bucky berakting untuk mengunci mulutnya yang langsung membuat Natasha tertawa kecil. “Aku bersumpah, Natasha, demi apapun, aku tidak akan mengatakannya pada orang lain.”

“Bagus. Karena itu adalah rahasiaku dengan adikku dan kau sangat beruntung bisa mengetahuinya.”

“Lalu kenapa kau memberitahuku?”

“Bukan apa-apa. Hanya kurasa kau sama-sama pintarnya dengan Steve soal menjaga rahasia dan kurasa aku bisa mempercayakan rahasia itu padamu.” Natasha memutar bola matanya. “Sangat berbeda dengan Sam, kau tahu. Aku pernah satu kali mengatakan sesuatu yang rahasia padanya lalu keesokan harinya semua orang sudah mengetahuinya dan Sam hanya mengatakan jika ia kelepasan saja mengatakannya pada semua orang.”

“Sam sepertinya memang seperti itu, Natasha. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga rahasiamu tetap aman bersamaku.”

“Bagus.”

Dengan gerakan tangannya, Natasha kembali mempersilahkan Bucky untuk melanjutkan pekerjaannya dan Natasha juga bangkit dari duduknya untuk bermain-main dengan anak-anak kecil dan kambing-kambing Bucky. Di sisi lain, Bucky yang menyapu halaman depan kediamannya memandang Natasha dari kejauhan lalu tersenyum. Natasha benar-benar seorang perempuan yang sangat luar biasa dan ia bisa membuat semua orang yang ada di dekatnya merasa nyaman. Bahkan Natasha bisa membuat kambing-kambingnya juga nyaman ada di dekatnya. Ada sesuatu yang spesial di dalam diri Natasha yang tidak Bucky ketahui. Namun apapun itu, Bucky hanya berharap jika dengan adanya Natasha di dekatnya selama ini, ia akan bisa lebih mengenal perempuan itu. Lalu nanti ketika waktunya sudah tepat, Bucky ingin bisa meminta maaf secara layak kepada Natasha karena sudah terlalu banyak menyakitinya selama ia menjadi seorang Winter Soldier.

Bucky terus memandangi Natasha hingga tanpa sadar, Natasha dari kejauhan memanggilnya dan melambaikan tangannya untuk mencari atensi Bucky. Perlu sampai beberapa kali Natasha memanggilnya dan melambaikan tangannya supaya Bucky memperhatikannya. Setelah Bucky sadar dari lamunannya, ia langsung memasang atensi sepenuhnya kepada Natasha.

“Persediaan makanan kalengku hanya bertahan sampai siang ini. Nanti malam aku minta makanan darimu!” seru Natasha sambil sedikit berteriak karena jaraknya dengan tempat Bucky berdiri lumayan jauh.

Bucky mendengarnya lalu mengangguk dan mengangkat jempolnya. “Aku mengantarnya ke apartemenmu?”

“Tidak perlu! Aku akan datang ke tempatmu dan kita makan di tempatmu saja!”

“Baiklah!”

Natasha lalu melambaikan tangannya, berpamitan pada Bucky untuk kembali terlebih dahulu ke apartemennya untuk makan siang meninggalkan Bucky di halaman kediamannya. Sambil Natasha perlahan-lahan meninggalkan ladang, Bucky terus memperhatikan perempuan itu hingga sesuatu yang asing muncul di dalam memorinya namun Bucky tidak tahu apa maksudnya sehingga ia abaikan. Ia harus bersiap karena nanti malam, Natasha akan datang dan ia harus memasakkan makanan yang layak untuk Natasha.

Malam harinya, setelah memakai jaket dan celana panjangnya, Natasha segera bergerak meninggalkan apartemennya lalu berjalan santai ke arah kediaman Bucky. Ketika pada akhirnya ia sampai dan melihat Bucky sibuk di halamannya, Natasha tersenyum dan senyumannya semakin lebar saat menyadari jika kesibukan yang Bucky lakukan itu adalah untuk mempersiapkan makanan untuknya. Bucky tidak menyadari kedatangan Natasha hingga Natasha menengok apa yang Bucky aduk di dalam pancinya sehingga pada akhirnya membuat Bucky menyadari kehadiran Natasha. Saat menyadari Natasha sudah datang dan mengagetkannya dengan cara itu, hampir saja tadi Bucky melempar pancinya namun kesadaran lebih dahulu menguasainya dan ia bisa mempertahankan tubuhnya untuk tidak bersikap aneh-aneh.

“Natasha, kau mengagetkanku.”

“Bukan salahku. Aku sudah dilatih untuk datang dan pergi tanpa sepengetahuan orang lain dan salahmu kau sibuk sehingga tidak bisa menyadari kehadiranku.”

“Tetap saja kau mengagetkanku. Untung saja aku tidak menumpahkan makanan kita.”

Natasha mengangkat bahunya lalu segera duduk di anak tangga yang tadi siang ia gunakan untuk duduk lalu menunggu Bucky menyelesaikan semua masakannya.

Tak lama kemudian, Bucky menyelesaikan masakannya. Ia lalu memberikan piring yang sudah berisi makanan yang lumayan lengkap kepada Natasha. Natasha yang melihatnya langsung tersenyum dan menerima piring itu dengan hati gembira lalu mencoba masakan Bucky dan Natasha akui masakan buatan Bucky rasanya enak.

“Kau sangat pandai memasak, Bucky.”

“Terima kasih, kurasa?” Bucky lalu mengambil piring makanannya sendiri dan duduk di tempatnya memasak sedikit jauh dari Natasha. “Besok pagi jika kau malas datang ke tempatku, aku akan mengantarkan masakannya kepadamu, Natasha, jadi kau tidak perlu datang kemari.”

“Ah, tidak perlu begitu, Bucky. Aku akan datang kemari untuk mengambil makananmu. Sudah kukatakan tadi siang, aku hanya ingin merepotimu untuk meminta makanan darimu saja. Tidak perlu kau mengantarnya.”

“Baiklah, jika itu keinginanmu.”

Keduanya lalu makan dengan damai dan Natasha tersenyum saat menyadari jika ia bisa makan makanan buatan manusia dan bukan buatan kaleng lagi. Jujur, selama satu minggu, Natasha selalu makan makanan kaleng yang ada di kulkasnya dan kadang ia benar-benar merasa muak dengan makanan kaleng karena hampir selama hidupnya, Natasha selalu memakan makanan kaleng jika ia sedang ada di dalam sebuah misi. Jika memang kemuakannya terhadap makanan kaleng sudah mencapai batas maksimal, Natasha akan mengganti makanan kalengnya dengan roti selai atau sereal. Begitu saja diulang terus-menerus selama satu minggu hingga hari ini akhirnya ia bisa makan dengan layak sampai karena saking ia menikmati makanannya, ia tidak menyadari telah menghabiskan makannya dengan baik. Lalu setelah makanannya habis, Natasha menaruh piringnya di tempat Bucky menaruh piring kotornya dan berniat mencuci piring tersebut sampai Bucky melarangnya.

“Taruh saja di situ, Natasha. Setelah aku membersihkan semuanya, aku akan mencucinya.”

“Tidak perlu. Biar aku saja yang mencuci piring. Mencuci piring bukan pekerjaan susah. Kau bereskan alat masakmu saja, biar aku yang mencucinya.”

“Kau tidak apa-apa?”

“Tentu saja, Bucky. Kau sudah memasakkan makanan enak untukku, setidaknya untuk membalasnya, aku harus mencuci piringmu.” Natasha mengangkat bahunya. “Supaya aku tidak menjadi beban.”

“Astaga Natasha, tidak ada yang menganggap jika kau adalah beban. Kau sama sekali bukan beban. Jangan berkata hal-hal seperti itu.”

“Salahku. Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu, aku akan mencuci piring.”

Natasha pun berjalan ke arah tempat pencucian piring lalu segera mencuci piring, sendok, dan gelas yang baru saja ia dan Bucky gunakan untuk makan. Di tempatnya, Bucky tersenyum sebentar ke arah Natasha lalu segera membersihkan alat-alat masaknya sendiri. Keduanya melakukan pekerjaan mereka masing-masing dengan tenang hingga akhirnya mereka selesai.

“Kau tidur di dalamnya?” tunjuk Natasha ke kediaman Bucky.

“Tentu saja. Meskipun tidur di luar lebih menenangkan, aku masih tidak ingin dimakan binatang buas yang mungkin bisa lewat di sini.”

“Boleh aku melihat rumahmu?”

“Bukan rumahku sebenarnya. Hanya kediaman yang selama ini aku tempati.”

“Iya, baiklah. Kediamanmu. Bisa aku melihatnya? Aku penasaran dengan isinya.”

“Tentu saja.”

Natasha tersenyum lalu segera melihat apa isi kediaman Bucky dan karena kegelapan, Natasha tidak bisa melihat apapun. Bucky yang peka dengan keadaan itu pada akhirnya menyalakan lentera di dinding kediamannya sehingga Natasha bisa dengan jelas melihat isi kediamannya. Kediaman Bucky hanya terdiri atas satu ruang. Ada satu kasur matras di tengah-tengahnya dan hanya ada beberapa kertas dan buku-buku di samping-samping matras Bucky.

“Tidak bagus, bukan? Tentu saja, apa yang kau harapkan? Tidak ada apa-apa di sana.”

“Itu tidak penting.” Natasha menunjuk beberapa tumpukan buku. “Kau membaca buku?”

“Iya. Sebelum kau datang, jika Steve dan Sam tidak di sini, atau jika aku sedang tidak ada sesi penyembuhan dengan Shuri atau Dora Milaje, aku biasanya menghabiskan waktuku dengan membaca buku-buku. Untung saja Shuri baik hati dan mau mengirimkan buku-buku yang ia miliki yang sekiranya cocok untuk kubaca jadi aku tidak kebingungan menghabiskan waktuku.”

“Kau tahu, membaca buku lebih berguna daripada kau melamun sambil memperhatikan kambing-kambingmu memakan rumput mereka.”

Bucky terkekeh kecil dan Natasha terpana karena baru kali itulah ia mendengar Bucky terkekeh. Biasanya pria itu hanya tersenyum dan mengangguk namun kali ini ia terkekeh dan hal itu membuat Natasha tersenyum. Suara kekehan Bucky terdengar lembut di telinganya. “Biasanya jika bosan hanya melamun, aku membawa bukuku dan membacanya bersama kambing-kambingku.”

“Oh, itu sebenarnya kambing siapa? Aku ingin bertanya hal ini sejak lama tapi selalu lupa dan baru inilah aku ingat.”

“Itu milik penduduk sekitar. Mereka memberiku lima kambing mereka supaya aku ada kegiatan dan tidak melamun di tangga rumah begitu saja.”

“Mereka melakukan hal yang tepat.” Natasha keluar dari kediaman Bucky dan Bucky mengikutinya. “Aku kembali dulu, oke?”

“Tentu saja. Terserah kau, Natasha.”

“Sampai jumpa besok berarti.”

“Tentu, sampai jumpa besok, Natasha.”

Natasha melambaikan tangannya ke arah Bucky lalu segera meninggalkan Bucky untuk kembali ke apartemennya. Bucky di tempatnya menunggu hingga Natasha cukup jauh lalu mengambil selembar kain di samping matrasnya. Bucky menyampirkannya menutupi tubuhnya lalu segera berjalan ke arah hutan. Ia sangat berhati-hati karena ia benar-benar tidak ingin diikuti oleh orang lain jadi setiap sepuluh langkah, Bucky membalikkan dirinya atau menengok ke kanan atau ke kiri untuk memastikan jika tidak ada yang mengikutinya. Hingga akhirnya setelah berjalan cukup jauh, ia pun sampai di tempat tujuan dan Ayo serta beberapa anggota Dora Milaje lainnya ada di sana menunggunya.

“Kenapa kau terlambat?”

“Maafkan aku. Jika kita ada sesi seperti ini lagi, bisakah aku meminta agar dilaksanakan sedikit lebih malam?”

“Kenapa?”

“Mulai malam ini, Natasha akan selalu makan di tempatku dan jadwal kita harus diubah.”

“Baiklah.” Ayo menatap Bucky yang duduk bersandar di batang pohon yang biasanya ia gunakan untuk bersandar jika mereka ada sesi untuk penyembuhannya.

Setelah Bucky bersiap dan menganggukkan kepalanya, Ayo bisa memulai membacakan mantra-mantra terkutuk untuk menguji apakah pikirannya sudah seratus persen bersih dari itu semua atau masih berpengaruh. Saat mendengar Ayo membacakan semua mantranya dalam bahasa Rusia, Bucky benar-benar harus menahan rasa sakit di tubuhnya terlebih di kepalanya. Ketika Ayo selesai membacakan mantranya, raut wajah dan sinar mata Bucky berubah dan ia pun langsung menyerang Ayo beserta pasukan Dora Milaje lainnya. Karena pasukan Dora sudah terbiasa melihat hal itu, mereka bisa menebak arah serangan Bucky sehingga mereka bisa menangkis semua serangan Bucky dan Ayo pun memojokkan Bucky di pohon dengan tombaknya. Bucky mengerang dan berusaha membebaskan dirinya dari tombak Ayo namun karena Ayo ada bersama Dora Milaje lainnya, Bucky tidak bisa melakukan apapun hingga setelah sekitar tujuh menit, gerakan Bucky melemah dan ia langsung mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menatap Ayo dan pasukan Dora Milaje lainnya ketakutan. Saat itulah baru Ayo melepaskan tombaknya dan menatap Bucky.

“A-aku masih berubah menjadi Winter Soldier?”

“Seperti yang kau lihat.” Ayo membenarkan letak tombaknya dan bersiap untuk pergi. “Besok temuilah Shuri dan katakan apa yang terjadi hari ini. Ada peningkatan untuk hari ini. Biasanya kau baru sadar setelah sepuluh menit tapi hari ini kau sadar setelah tujuh menit. Itu peningkatan yang bagus.”

Bucky mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Ayo dan pasukan Dora Milaje lainnya dengan lemah. Tak lupa ia juga meminta maaf karena mungkin ia selama menjadi Winter Soldier tadi sempat menyakiti mereka. Mereka mengangguk lalu segera meninggalkan Bucky sendirian duduk di kegelapan hutan sambil menangisi dirinya karena ternyata ia masih berubah menjadi Winter Soldier. Bucky kira, ia sudah menguasai pikirannya sepenuhnya karena ia merasa sangat damai dan tenang namun ternyata, dugaannya salah dan ia masih bisa berubah menjadi seorang Winter Soldier lagi.

Malam harinya seperti biasanya, mimpi-mimpi dan memori-memori asing dan aneh membanjiri kepala Bucky sampai akhirnya ia terbangun karena melihat satu sosok perempuan dengan poni dan rambut berwarna merah. Selain itu, seperti biasanya Bucky juga kembali melihat gambar bergerak ketika ia terjatuh dari kereta tujuh puluh dua tahun lalu. Ketika ia kembali melihat semua memori buruknya tentang apa saja yang terjadi padanya selama ia ada di bawah Hydra, Bucky langsung berdiri dan berlari keluar kediamannya untuk memuntahkan semua makan malamnya. Seperti biasanya juga, sudah dipastikan jika malam ini, ia tidak akan bisa tidur hingga pagi harinya ia langsung melangkahkan kakinya ke laboratorium Shuri dan mengatakan semua yang terjadi padanya semalam. Bucky mengatakan semua yang Ayo katakan padanya kemarin malam lalu menceritakan tentang memorinya—atau mimpinya itu kepada Shuri.

“Mengapa aku selalu memimpikan memori yang paling buruk setiap kali aku selesai melakukan sesiku di hutan?”

“Karena memori terburukmu adalah memori yang paling mempengaruhi pikiranmu. Meskipun secara sadar seperti hari-hari biasanya, kau tidak pernah memikirkan memori-memori itu tapi alam bawah sadarmu selalu memikirkannya. Hal itu jugalah yang membuat setiap minggu setiap kali kau menyelesaikan sesimu bersama Dora, kau secara tidak sadar memutar semua memori itu di dalam tidurmu untuk mengingatkanmu bagaimana kau bisa menjadi seorang Winter Soldier.”

“Apa hal itu tidak bisa kau hilangkan?” Bucky menggeleng menyadari kekeliruan permintaannya. “Salah, bukan menghilangkannya, tapi membuatnya agar tidak muncul di dalam tidurku.”

“Aku takut tidak bisa karena itu adalah cara kerja alam bawah sadarmu dan teknologi tidak sepenuhnya bisa mengaturnya. Kau sendiri saja tidak bisa mengendalikannya, maka teknologi atau orang lain pun juga semakin kecil kemungkinannya untuk mengendalikannya. Saranku, pikirkan hal-hal yang bahagia saja. Jangan melulu kau memikirkan memori-memori burukmu. Kau pasti punya memori bahagia, bukan?”

Bucky menggelengkan kepalanya. “Entahlah. Aku rasa aku tidak memiliki memori bahagia sama sekali.”

Shuri diam sebentar tidak memberikan respon hingga ia mulai mengerjakan pekerjaannya dengan memindai kepala Bucky yang sedang membaringkan dirinya di tempat tidur laboratorium. Setelahnya, Shuri langsung merefleksikan hasil pindaiannya di layar hologram di dekat tempat tidur Bucky untuk melihat perkembangan saraf di otak Bucky. Selama Shuri memeriksa hasil pemindaiannya itu, Shuri melihat satu benang berwarna emas yang menyala lalu ia langsung menatap ke arah Bucky.

“Itu yang terbaru? Yang baru saja kau dapatkan kemarin?” tanya Shuri merujuk pada sesuatu apapun entah yang sedang Bucky pikirkan sehingga memicu benang berwarna emas di layar hologramnya menyala.

“Iya. Tapi aneh.”

“Mengapa aneh?”

“Karena aku merasa tidak mengenalnya sama sekali. Itu hanya mimpi, bukan?”

“Aku takut tidak. Itu adalah memorimu, Bucky. Jika aku boleh tahu, apa yang kau lihat?”

“Seorang perempuan.”

“Perempuan? Apa kau mengenalnya?”

 “Tidak. Aku tidak melihat wajahnya. Hanya rambutnya saja.”

“Masuk akal. Dan biasanya setelah ini, kau akan lebih sering melihatnya lagi di dalam memorimu bukan?”

“Iya. Jika aku mengingat sesuatu, sesuatu itu akan datang di hari-hari selanjutnya.”

“Jika kau penasaran, kau harus sabar karena meskipun aku menggunakan teknologi secanggih apapun, akan sangat mustahil memaksamu mengingat sesuatu yang tidak kau ingat.”

“Tapi, apakah itu benar-benar adalah memoriku? Bukan mimpiku?”

Shuri menunjukkan benang berwarna emas yang terlihat menyala terang di layar hologramnya kepada Bucky dan benang berwarna abu-abu lainnya yang terlihat lebih redup dan pudar. “Yang berwarna emas adalah memori. Yang berwarna abu-abu adalah mimpi dan hal yang baru saja kau pikirkan barusan—perempuan itu, ia bukanlah mimpimu. Ia adalah memorimu.”

“Mana saja yang merupakan mimpi?”

“Coba pikirkan sesuatu yang aneh tentang apapun yang kau lihat tadi malam.”

Bucky mengangguk dan mulai memikirkan tentang adegan di dalam tidurnya saat ia ada di pesawat ruang angkasa dan Bucky yakin seratus persen bahwa hal itu adalah mimpinya namun ia perlu memastikannya kepada Shuri.

“Apapun yang kau pikiran barusan, itu adalah mimpimu karena kau lihat – ” Shuri menunjuk benang abu-abu yang awalnya redup dan pudar tadi menjadi menyala terang seperti benang emas tadi. Sebagai gantinya, benang emas yang menyala terang tadi berubah menjadi pudar dan redup. “ – benangnya berubah warna menjadi abu-abu pudar dan redup. Bucky, kita selalu membicarakan hal ini dan kau masih lupa saja.”

Bucky tersenyum malu lalu segera mengambil buku catatan kecil yang selalu ada di kantong celananya yang berisi sederet benang emas yang sudah ia lihat di dalam memorinya. Setiap kali Bucky memiliki sesi konseling bersama Shuri, ia akan selalu melakukan hal ini. Mengingat gambar yang ia lihat semalam saat tidurnya, menunggu konfirmasi Shuri apakah gambar itu masuk ke dalam kategori mimpinya atau memorinya, lalu menulisnya ke dalam buku catatannya agar ia tidak lupa lagi manakah mimpinya dan manakah yang bukan. Tentu saja Bucky tidak menceritakan semua yang ia lihat secara detail kepada Shuri dan Shuri tahu diri dengan tidak bertanya dan membiarkan Bucky memikirkannya sendiri sementara ia hanya perlu mengonfirmasi apakah yang sedang ia pikirkan itu termasuk benang emas atau benang abu-abu. Selain itu, jika benang-benang di pikiran Bucky berantakan, Shuri akan merapikannya dan menjadikannya satu agar benang-benang—terlebih benang emas di memori Bucky ada dalam satu alur yang berurutan sehingga Bucky tidak kebingungan dan kesusahan mengingat-ingat memorinya lagi jika suatu memori baru muncul dan berhubungan memori-memorinya yang lama.

“Apa kau masih tidak mau menerima lengan dari kami? Kau sudah lebih stabil dan lebih kuat.”

Bucky tersenyum saat mendengar ucapan Shuri. Sejak dirinya dicairkan dan ia bisa cepat mengendalikan dirinya setelah menjadi seorang Winter Soldier, Shuri—maupun T’Challa selalu menawarkan lengan vibranium Wakanda kepadanya namun karena ia masih takut, ia selalu menolaknya dan memilih menggunakan satu tangannya saja dalam beraktivitas sehari-hari dan hal itu berlaku sama untuk hari ini. Bucky masih tidak mau menerima lengan dari Wakanda karena waktu berubahnya menjadi seorang Winter Soldier masih ada di angka tujuh menit dan tidak ada yang tahu apa yang bisa dilakukan oleh Winter Soldier dengan waktu tujuh menit saja. Walaupun tentu saja pasukan Dora Milaje pasti bisa menanganinya namun Bucky tidak mau menyakiti mereka dan ia pun memilih untuk tidak menerima lengan itu terlebih dahulu.

“Waktuku menjadi seorang Winter Soldier masih tujuh menit. Akan kuterima saat aku tidak berubah menjadi Winter Soldier dan tetap menjadi diriku sendiri setelah mantra dibacakan.”

Shuri tersenyum lalu mengangguk dan kembali ke pekerjaan awalnya. Setelah Bucky selesai mengingat semua gambar yang ia lihat dalam tidurnya dan Shuri sudah mengkonfirmasi serta menatanya, Shuri melakukan satu prosedur terakhir setiap konseling supaya otak dan pikiran Bucky semakin kuat dan stabil lagi. Barulah setelah prosedur terakhir selesai, Bucky mengucapkan terima kasih pada Shuri dan sebelum Bucky benar-benar hilang di balik pintu laboratoriumnya, Shuri meneriakkan kepada Bucky agar ia harus makan lebih banyak. Hal tersebut Shuri lakukan sebab dari hasil pindaian yang ada di hologramnya tadi juga menunjukkan jika Bucky lemas dan hampir dehidrasi karena entah Shuri tidak tahu mungkin Bucky memuntahkan makanannya dan berkeringat sepanjang malam karena banyaknya memori-memori yang membanjiri pikirannya. Bucky mengangguk dan langsung bergerak kembali ke kediamannya namun saat ia mencerna petuah Shuri padanya barusan tentang ia yang harus banyak makan hari ini, Bucky langsung menyadari jika melupakan janji temunya dengan Natasha untuk sarapan pagi ini. Karena panik, Bucky langsung berlari dari laboratorium Shuri ke kediamannya dan benar saja, Natasha sudah ada di sana menggantikannya menggembalakan kambing-kambingnya.

“Oh, hai, Bucky.”

“Natasha, aku benar-benar minta maaf. Semalam aku ada sesi penyembuhan dan tadi pagi aku ada sesi terapi dengan Shuri. Aku benar-benar lupa – ”

“Ya Tuhan, santai saja, Bucky. Aku bukan maniak yang akan marah-marah jika aku terlambat makan. Lagipula aku belum lapar seratus persen juga. Sesi-sesi penyembuhanmu lebih penting, oke?”

“Kau benar-benar tidak apa-apa?”

“Tentu saja. Dan ah ya, jika kau sudah kuat seratus persen, kau bisa mulai memasak makanan untuk kita sementara aku akan memberi makan kambing-kambingmu.”

“Baiklah, aku akan mulai memasak.”

Bucky pun mulai mempersiapkan semua alat memasaknya dan bahan-bahan makanan yang masih ia miliki sementara Natasha menggerakkan kambing-kambing Bucky ke ladang dan memberi mereka semua makan sampai mereka kekenyangan.

Chapter Text

Tiga minggu selanjutnya berjalan hampir sama dengan minggu-minggu sebelumnya.

Bucky dan Natasha semakin lebih dekat satu sama lain karena mereka hampir selalu melakukan semua kegiatan bersama-sama. Mereka akan sarapan bersama dan setelah sarapan, Natasha biasanya akan membantu Bucky mengurusi kambing-kambingnya atau bermain bersama anak-anak yang sudah ia kenal siapa saja namanya. Nama anak-anak itu adalah Akello, Dario, dan Kofi. Selain itu, jika Bucky mengatakan persediaan bahan makanan sudah habis, Bucky akan mengajak Natasha mencari bahan makanan di hutan atau kadang Bucky meminta tolong supaya Natasha sendirilah yang mencari bahan makanan di pasar. Jika Natasha memerlukan makanan khusus yang ia inginkan tapi Bucky tidak bisa mengantarnya, sehingga Natasha akan mengajak salah satu dari Akello, Dario, atau Kofi untuk menemaninya ke pasar. Biasanya Kofi-lah yang paling sering Natasha ajak karena anak itu seperti lebih mengerti seluk-beluk pasar lebih baik dari dua temannya yang lain. Sesudah belanja, Natasha akan membelikan Kofi es krim atau membelikan Kofi makan siang saat mereka ada di pasar. Lalu saat Natasha tidak sedang belanja ke pasar dan waktu makan siang tiba, Natasha bersama tiga anak kecil itu akan makan bersama di halaman rumah Bucky atau beberapa kali, orang tua Akello mengajak Natasha dan Bucky untuk makan bersama keluarga mereka. Awalnya Bucky sedikit ragu karena sudah sangat lama semenjak ia makan bersama orang lain namun karena ada Natasha di sebelahnya dan meyakinkannya, Bucky pun mulai mau untuk makan bersama orang-orang. Sore harinya jika semua kambing sudah mendapatkan makanan mereka untuk hari itu, Natasha dan Bucky akan memancing untuk keperluan makan malam ataupun untuk bahan makanan keesokan harinya.

Di lain sisi, Bucky juga mulai menuruti apa yang Shuri katakan padanya beberapa minggu yang lalu tentang hanya memikirkan memori-memori bahagia dan mengesampingkan memori-memori yang kurang mengenakkan. Walau Bucky belum sepenuhnya mengingat bagaimana kehidupannya sebelum ia jatuh dari kereta, namun dari beberapa memori yang muncul di pikirannya, bisa Bucky simpulkan jika ia cukup bahagia di masa itu. Jika pikirannya terdistraksi oleh memori-memori buruk, Bucky akan langsung memikirkan adiknya atau saat ia menghabiskan waktunya bermain bersama Steve saat mereka lebih kecil. Bisa Bucky sedikit syukuri karena saat ia lebih sering memikirkan hal-hal bahagia, memori-memori buruknya jarang datang dan hanya datang sesekali saja. Selain hal itu, dengan adanya Natasha di dekatnya membuat Bucky lebih bahagia dan ia menjadi lebih sering tersenyum karena cerita atau kalimat yang Natasha ucapkan. Setidaknya dengan adanya Natasha di dekatnya, ia semakin jarang melamun dan lebih banyak mengobrol dengan Natasha walau sebenarnya apa yang mereka obrolkan kadang tidak jelas dan sangatlah acak. Natasha sangat pintar memulai percakapan atau mencari topik—bahkan Bucky masih ingat dengan jelas jika beberapa hari yang lalu saat mereka memancing di danau, Natasha bisa mengambil topik pembicaraan mengenai batu, air, langit, ikan, ataupun alat pancing yang mereka gunakan. Untuk hal itulah, Bucky benar-benar bersyukur karenanya sebab ia adalah orang yang kikuk untuk memulai pembicaraan dan jika Natasha tidak pintar mencari topik pembicaraan, mereka pasti akan sangat canggung jika bersama.

“Natasha, kau sudah satu bulan di Wakanda. Kau tidak kembali ke dunia luar?”

“Mmm, apa kau belum tahu jika aku buronan pemerintah?”

“Ah, sama seperti Steve dan Sam?” Lalu Bucky menghela nafasnya panjang. “Dan sama sepertiku?”

“Yep. Jadi, aku tidak tahu kapan aku harus kembali ke dunia luar. Jika aku nekad seperti Steve atau Sam, mungkin aku akan tertangkap dan jika tertangkap, mungkin akan sangat susah bagiku untuk kabur. Jadi bersembunyi sebentar di sini bersama kau yang sama-sama adalah buronan sepertinya adalah hal yang baik. Toh, T’Challa dan keluarga kerajaan tidak mempermasalahkannya. Jadi, aku harus menggunakan kesempatan itu dengan baik dan tidak kemana-mana dahulu sebelum sesuatu yang benar-benar mendesak harus kulakukan.”

Bucky menganggukkan kepalanya dan melanjutkan kegiatannya membaca buku di bawah pohon di ladangnya. Natasha juga ada di dekat Bucky, membaringkan dirinya dengan alas selimut yang dipinjamkan oleh Bucky sementara untuk bantalan kepalanya, Natasha menggunakan jaket yang ia bawa. Sungguh hal ini bisa dibilang merupakan hal paling menenangkan yang pernah Natasha rasakan selama tahun-tahun sibuknya menjadi seorang mata-mata dan penyelamat dunia. Di masa depan nanti, Natasha tidak tahu apakah ia masih bisa merasakan semua ini atau tidak namun Natasha hanya ingin menikmati apa yang ada padanya saat semua itu masih ada karena Natasha tahu jika semua hal tidak ada yang bertahan selamanya. Semua ada masanya dan jika masanya nanti habis, setidaknya semua hal bahagia yang pernah Natasha lakukan di Wakanda seperti saat ini akan menjadi kenangannya yang membahagiakan.

“Apa yang sedang kau baca itu?”

“The Hobbit.”

“Lebih menyenangkan melihat filmnya daripada membaca bukunya.”

“Tidak juga. Membaca buku lebih menyenangkan bagiku.” Bucky mengangkat bahunya. “Sebenarnya dulu aku pernah membaca The Hobbit.”

“Oh iya? Kenapa kau mengulanginya lagi?”

“Aku membacanya di tahun 1937, Natasha. Aku ingin mengingatnya lebih jelas lagi.”

Mata Natasha yang awalnya terpejam langsung terbuka dan menatap Bucky kebingungan. “Kau membaca The Hobbit di tahun 1937!”

“Ya. Saat The Hobbit pertama kali dicetak.”

“Wow. Itu sungguh luar biasa.”

“Apa kau sudah pernah membacanya?”

Natasha menggeleng. “Aku tidak punya waktu sebanyak itu untuk membaca buku-buku. Aku lebih suka menonton film jika aku punya waktu luang karena jika aku menonton film, setidaknya aku hanya butuh waktu dua jam untuk menyelesaikannya sementara jika membaca buku… well, bukan tiga sampai empat hari jika kau tidak mengebut dan membaca dengan normal.”

“Sekarang kau menganggur, bukan? Bacalah buku-buku.”

“Nanti akan kupikirkan lagi tapi aku masih mau menikmati alam Wakanda saja.” Natasha yang saat itu hampir menutup matanya kembali membukanya dan menatap Bucky dengan jahil. Bucky yang merasa bahwa Natasha memperhatikannya langsung menatap perempuan itu lalu tersenyum kikuk karena ia tidak tahu mengapa Natasha memperhatikannya seperti itu. “Bagaimana jika kau yang bacakan saja buku-buku itu untukku?”

“Apa?”

“Iya, jadi kau membacakannya untukku. Ya, anggap saja kau mendongengiku dan mungkin aku bisa tertidur di sini.”

“Kau serius?”

“Tentu saja. Tapi semua kembali terserah pada dirimu sendiri, Bucky. Jika kau tidak mau, kau tidak perlu melakukannya. Buat saja semuanya santai. Jangan dipikirkan terlalu berlebihan.”

Bucky tersenyum lembut lalu segera memulai membuka suaranya untuk membaca paragraf-paragraf yang ada di dalam buku The Hobbit. Natasha yang mengetahui bahwa Bucky mau menurutinya dan mendongenginya langsung tersenyum dan memejamkan matanya. Natasha tidak berbohong saat baru menyadari jika suara Bucky benar-benar indah dan sangat cocok untuk mendongeng. Jenis suara Bucky bukan suara yang berat seperti yang dimiliki Steve atau Thor. Suara yang Bucky miliki lebih terkesan manis dan suara tersebut mampu menenangkannya. Natasha berani bersumpah karena ia menikmati udara di Wakanda ditambah dengan mendengarkan suara Bucky, ia mungkin sedikit tahu bagaimana rasanya surga itu.

Di tempatnya duduk, Bucky terus membacakan paragraf demi paragraf kepada Natasha dan ia tidak bisa lagi fokus pada alur cerita karena ia bukanlah tipe orang yang membaca dengan suara lantang. Jika ia membaca seperti saat ini, ia tidak akan bisa memahami alur ceritanya namun Bucky sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Jika Natasha senang, ia akan melakukan apapun untuknya. Apalagi saat melihat betapa damainya wajah Natasha yang sedang menidurkan dirinya di dekatnya membuat Bucky tersenyum. Membaca The Hobbit bisa Bucky lakukan lain waktu karena ia memiliki waktu yang panjang sementara bersama Natasha, Bucky tidak yakin hal itu akan bisa bertahan untuk waktu yang lama. Mengingat apa pekerjaan Natasha dan akan selalu ada tugas yang memanggilnya jika sewaktu-waktu ia dibutuhkan. Jadi mumpung Natasha masih menjadi pengangguran dan tidak memiliki kepentingan mendadak dan mendesak, Bucky akan berusaha melakukan apapun yang ia bisa untuk memenuhi apa saja yang Natasha butuhkan. Hitung-hitung hal ini juga adalah upayanya dalam melakukan penebusan dosanya kepada Natasha karena ia telah melukai dan menyakiti Natasha berkali-kali. Walaupun Natasha sepertinya bukanlah orang pendendam dan bisa memahami keadaannya, Bucky tetap ingin melakukan penebusan dosanya pada perempuan itu dan berharap jika suatu hari nanti Natasha bisa benar-benar memaafkannya.

Setelah hampir dua puluh menit mendongeng, Bucky menghentikan bacaannya saat melihat nafas Natasha bergerak naik-turun secara teratur dan sepertinya, Natasha tertidur. Sekali lagi, Bucky tersenyum lalu segera berjalan ke arah kediamannya dan mengambil selimut tambahan untuk menutupi tubuh bagian atas Natasha dari nyamuk atau binatang-binatang kecil yang mungkin jatuh dari pohon. Setelah mendapatkan selimut tambahannya, Bucky menyelimuti Natasha dengan tenang dan kembali berjalan ke arah ladang untuk memberi makan kambing-kambingnya sekali lagi sebelum memasukkan mereka ke dalam kandang yang ada di dekat ladang. Saat ia kembali, ia terkejut karena melihat Natasha sudah terduduk di tempatnya tidur tadi namun wajahnya benar-benar menunjukkan seseorang yang baru saja bangun tidur. Tak bisa Bucky tahan, ia kembali tersenyum dan segera berjalan ke arah Natasha yang masih terlihat bingung.

“Kau sudah bangun lagi rupanya, Natasha.”

“Berapa lama aku tidur?”

“Aku tidak tahu tapi setelah aku menyelesaikan bacaanku, sudah berjalan tiga puluh menit.”

“Ah, tadi aku benar-benar tidur rupanya.”

“Istirahatlah lagi, Natasha. Apa jika kau malas kembali ke apartemenmu, kau mau tidur di tempatku? Aku akan di luar sambil menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam.”

“Hei, tidak perlu begitu. Aku hanya ketiduran saja tadi.” Natasha meregangkan tubuhnya lalu menarik selimut yang masih ada di pahanya dan selimut yang ia gunakan sebagai alas untuk tidur lalu memberikannya kepada Bucky. “Kau tahu, Bucky, suaramu benar-benar cocok untuk seorang pendongeng. Lain kali jika aku susah tidur atau aku mengalami mimpi buruk, aku akan memanggilmu dan kau harus membacakan dongeng untukku supaya aku bisa tidur seperti tadi.”

“Tentu saja, Natasha.”

Natasha berdiri dari duduknya dan kembali memakai jaketnya. “Jika begitu, aku kembali dulu ke apartemenku karena hari hampir malam. Aku perlu mandi lalu saat jam makan malam tiba, aku akan datang kemari lagi.”

“Apa kau masih tidak mau aku mengantarkan makananmu ke gedung apartemenmu?”

“Sekali lagi, itu tidak diperlukan. Aku yang butuh makan, aku yang mendatangimu.”

“Baiklah jika itu keinginanmu.”

Natasha mengucapkan selamat tinggal dan langsung meninggalkan Bucky untuk kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Hal tersebut terjadi sebab dalam tidurnya tadi, ia mendapatkan sebuah mimpi yang aneh. Mimpi tentang seorang pria yang tidak bisa ia lihat dan ketahui itu siapakah pria itu. Namun entahlah, jika Natasha tidak salah dengar, ia mendengar suara pria yang ada di dalam mimpinya sangat mirip dengan suara Bucky saat ia mendongenginya tadi.

Malam harinya, Natasha sudah ada di anak tangga kediaman Bucky yang biasa ia gunakan untuk makan sementara Bucky ada di depan kompor sedang mengaduk entah apa itu. Natasha memperhatikan Bucky lalu teringat tentang semua cerita hidup Bucky yang ia ketahui. Bucky tidak memiliki kehidupan yang mudah dan melihatnya bisa hidup dengan lebih baik akhir-akhir ini membuat Natasha bahagia.

Natasha tidak menyadari jika ia menatap Bucky terlalu lama hingga Bucky harus memanggil nama Natasha untuk menyadarkannya. Bucky bertanya apa yang terjadi pada Natasha namun Natasha hanya menggeleng dan mengatakan jika ia tidak apa-apa. Bucky mengangguk lalu segera menghidangkan makanannya di piring dan memberikannya kepada Natasha. Saat melihat apa yang dimasak oleh Bucky, tidak bisa Natasha tahan ia tersenyum sangat lebar.

“Wow, kau memasakkan spaghetti dengan beef stroganoff.”

“Kau menyukainya?”

“Tentu saja! Beef stroganoff adalah salah satu makanan favoritku!”

“Baguslah jika seperti itu.”

Bucky mengambil piring untuk dirinya sendiri dan menuangkan spaghetti serta stroganoff yang telah ia masak dan segera duduk di tempatnya seperti biasa menghadap ke arah Natasha. Meskipun demikian, Bucky masih memberikan jarak yang aman diantara dirinya dan Natasha karena tidak ingin membuat Natasha merasa tidak nyaman. Sejak lama Natasha sebenarnya juga menyadari hal tersebut, namun ia memilih untuk membiarkan Bucky melakukan apa yang ingin ia lakukan saja.

Natasha sama sekali tidak memikirkan apapun saat memakan masakan buatan Bucky dan Natasha sekali lagi dibuat terkejut karena Bucky juga sangat pandai memasak beef stroganoff seperti ini. Setahu Natasha, beef stroganoff bukanlah sesuatu yang cukup mudah untuk dimasak namun Bucky bisa membuatnya dengan sempurna dan rasanya sangat enak. Sayangnya, saat memakannya, Natasha bisa merasakan sedikit kefamiliaran rasa makanan buatan Bucky dengan beef stroganoff lainnya yang ia lupa dimana ia memakannya. Namun karena saat itu Natasha malas untuk memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, pada akhirnya ia abaikan semua hal itu dan memfokuskan dirinya untuk makan dengan tenang dan damai saja.

Keduanya makan dengan diam sambil sesekali Natasha menatap langit Wakanda yang dipenuhi bintang. Di sisi lain, Bucky hanya menatap Natasha sesekali lalu ikut tersenyum kecil saat melihat perempuan itu melihat bintang-bintang di angkasa. Bucky tidak pernah menyadarinya sebelumnya namun saat ini, sepertinya ia baru menyadari hal ini. Semenjak ada Natasha bersamanya, menemaninya, ia menjadi lebih sering tersenyum karena Natasha. Bahkan untuk perbuatan Natasha yang sesepele menatap bintang pun, mampu membuatnya tersenyum. Bucky tidak tahu apakah hal ini adalah hal yang bagus atau tidak namun ia rasa apapun itu, ia menyukainya. Ia menyukai saat ia lebih sering tersenyum karena Natasha,

“Bucky, kenapa kau bisa tahu aku suka makanan ini?”

Bucky yang sebenarnya saat itu masih melamun langsung terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Natasha. Untungnya, ia mampu mengendalikan ekspresinya dan langsung tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu. “Aku tidak tahu, Natasha. Saat aku bingung akan memasak apa tadi, alam bawah sadarku menyuruhku untuk memasak beef stroganoff dan karena itulah aku memasaknya. Hanya sebuah kebetulan kau menyukainya dan aku lebih senang jika aku memasakkan makanan yang kau sukai dan kau merasa senang.”

Natasha mengerutkan keningnya menyadari adanya kejanggalan. “Lalu, dari mana kau paham dan tahu tentang resep beef stroganoff? Kau bukan orang Rusia dan beef stroganoff adalah makanan Rusia. Kau suka makanan Rusia?”

Mendengar ucapan ambigu Natasha membuat Bucky mengerutkan keningnya. Natasha benar. Bagaimana ia tahu resep makanan Rusia dengan tepat seperti ini? Jika diingat-ingat lagi, Bucky rasanya juga hampir tidak pernah makan makanan Rusia. Pernahpun, pasti ia ada di bawah pengaruh Winter Soldier dan Bucky bahkan ragu jika ia mengingat makanan yang ia makan di bawah kendali Winter Soldier. Bucky juga selama ini tidak ingat jika ia pernah memasak selama ia menjadi Winter Soldier lantas mengapa ia bisa mengetahui dan memahami resep beef stroganoff dengan sangat baik hingga Natasha menyukainya?

“Aku—aku juga tidak tahu.”

“Apa? Kau tidak tahu? Bagaimana bisa kau tidak tahu?”

“Aku hanya—tidak ingat. Entahlah Natasha, aku juga tidak tahu mengapa aku bisa memasaknya dengan sempurna seperti ini.”

“Apa saat kau menjadi Winter Soldier, kau pernah memasaknya?”

“Aku tidak ingat tapi sepertinya tidak. Tentu saja, untuk apa Winter Soldier memasak beef stroganoff? Sangat tidak masuk akal dan aneh.”

Natasha sedikit terkekeh. “Itu benar. Aku juga tidak bisa membayangkan Winter Soldier memasak beef stroganoff seperti apa yang kau masak ini. Lebih baik lupakan saja hal itu. Tidak penting. Yang penting masakanmu enak, aku menyukainya, masalah selesai. Jangan pikirkan hal-hal yang membuatmu bingung, susah, tertekan.”

“Kau benar. Jika aku pernah memasaknya, pasti suatu saat nanti aku akan mengingatnya.” Natasha mengangguk lalu menyendokkan spaghetti lagi ke dalam mulutnya hingga matanya menatap tiga sosok yang datang sambil berlari ke arahnya—ke arah Bucky lebih tepatnya. Saat melihat mereka, tak bisa Natasha tahan ia langsung tersenyum dan melambaikan tangannya kepada mereka. “Hai kalian!”

Bucky menolehkan kepalanya dan ikut tersenyum saat melihat Akello, Dario, dan Kofi berlari ke arahnya. Pria itu membalikkan tubuhnya sehingga ia membelakangi Natasha dan menghadap sepenuhnya ke arah tiga anak kecil itu. “Hei, ada apa kalian kemari?”

“Aku mencium ada bau yang sangat sedap. Bisa kami ikut makan bersamamu – ” Mata Akello menatap Natasha yang masih duduk dan tersenyum di tempatnya. “ – bersama kalian?”

“Tentu saja, sobat kecil. Jika pun tadi kalian tidak datang, aku berencana memberikan ini ke rumah kalian.” Bucky bangkit dari duduknya. “Kalian bertiga duduknya di dekat Natasha dan aku akan mengambilkan makanan untuk kalian.”

Tiga anak kecil itu mengangguk lalu segera berlari kecil ke arah Natasha dan duduk di sekitar Natasha. Natasha pun menanyai mereka tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan hari ini dan mereka sedikit bercerita-cerita hingga Bucky memanggil ketiganya untuk mengambil piring makanan mereka masing-masing. Tiga anak kecil itu berlari ke arah Bucky dan menerima piring Bucky lalu segera memakannya bersama di dekat Natasha sambil melanjutkan cerita mereka yang sempat tertunda karena tiga anak kecil itu mengambil piring mereka.

Natasha, Akello, Dario, dan Kofi terus bercerita satu sama lain hingga mereka mengabaikan eksistensi Bucky yang ada bersama mereka. Lalu saat Akello, Dario, dan Kofi sudah habis, mereka pamit pulang begitu saja. Saat tiga anak kecil itu pulang, barulah Natasha menyadari keberadaan Bucky dan mengajaknya berbicara.

“Oh, Bucky – ”

“Tidak perlu minta maaf. Kau selalu melupakanku jika ada tiga anak kecil itu bersamamu.”

Natasha tertawa. “Mereka sangat menggemaskan dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mengajak mereka berbicara.”

Bucky berpura-pura memutar bola matanya lalu segera mengambil piring Akello, Dario, Kofi, dan Natasha untuk mencucinya namun Natasha langsung menariknya dan membawanya ke tempat pencucian piring bersama dengan piring Bucky yang ada di mejanya. Bucky mendengus lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan segera membersihkan alat-alat memasaknya yang lain. Natasha memang selalu seperti ini selama satu bulanan ini. Tidak pernah membiarkannya mencuci piring dan jika ia memaksa untuk mencuci, Natasha lebih memaksa dengan mengatakan jika hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membantu di saat ia sama sekali tidak bisa memasak. Sudah sering terjadi Bucky menyanggahnya dengan mengatakan tak apa dan hanya mencuci piring bukanlah sesuatu yang memberatkan baginya namun bukan Natasha namanya jika tidak keras kepala. Pada akhirnya Bucky selalu membiarkan Natasha melakukan apapun yang perempuan itu suka dan inginkan.

Saat Natasha menyelesaikan tugas mencuci piringnya, ia teringat sesuatu yang juga janggal.

“Hei, Bucky,”

Bucky yang saat itu sedang mengelap meja langsung menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah Natasha. “Iya, ada apa, Natasha?”

“Tadi Akello, Dario, dan Kofi datang kemari karena mereka mencium bau stroganoff. Lantas kenapa aku sama sekali tidak mencium baunya?”

“Apa? Bagaimana bisa itu terjadi, Natasha?”

“Aku juga tidak tahu karena aku tidak mencium bau apapun sejak tadi. Biasanya bau stroganoff memang seenak itu dan karena itulah anak-anak tadi bisa datang karena mencium baunya. Apa yang terjadi padaku?”

“Apa kau sakit?” tanya Bucky khawatir sambil berjalan ke arah Natasha meninggalkan pekerjaan awalnya.

“Tidak. Sungguh, aku tidak merasakan sakit sama sekali hari ini—Yesus, aku lupa.”

“Kau lupa apa?”

Natasha mengusap rambutnya kasar lalu mendengus. “Dua bulan lalu aku ada dalam sebuah pertempuran dan dalam pertempuran itu, aku merusak hidungku—lebih tepatnya indera penciumanku sehingga aku bisa melawan musuhku. Aku selalu lupa membenarkannya ke dokter hingga akhirnya hari ini aku menyadarinya.”

Wajah Bucky terlihat sedikit lega karena ia kira Natasha sakit di Wakanda. “Astaga, kau membuatku terkejut, Natasha.”

“Maafkan aku. Aku juga lupa sebenarnya. Baru tadi aku mengingatnya.”

“Peperangan jenis apa yang memerlukanmu untuk menghancurkan indera penciumanmu, Natasha. Kau ini memang benar-benar luar biasa.”

“Ya, perang biasa memerangi Red Room dan membebaskan tawanannya serta membunuh pemimpinnya. Ya seperti itulah. Kau pasti memahaminya.”

Kening Bucky berkerut saat Natasha menyebutkan Red Room. “Red Room?”

“Iya. Semacam organisasi rahasia Rusia dan aku mempelajari semua keahlian mata-mata superku dari sana.”

“Ah begitu.” Bucky menganggukkan kepalanya tanda ia paham dengan maksud Natasha namun sebenarnya ia penasaran dengan apa itu Red Room karena entah mengapa Bucky sedikit tidak asing dengan nama itu dan ia seperti pernah mendengarnya di suatu tempat tapi ia lupa dimana. Bucky menggelengkan kepalanya kecil untuk mengusir pikiran-pikiran ingin tahu soal Natasha karena hal itu jauh di atas kewenangannya. Bucky tidak mau ikut campur soal perang apapun lagi karena ia lelah selalu berperang selama hidupnya. Lagipula itu bukan urusannya dan yang paling penting di sini Natasha telah berhasil kembali dengan selamat—hanya hidungnya saja yang bermasalah dan Bucky yakin jika Shuri akan cepat memperbaikinya jika Natasha menunjukkan hidungnya kepada Shuri. “Jika begitu, segeralah kau pergi ke Shuri dan ia pasti bisa menyembuhkan indera penciumanmu.”

“Baiklah. Besok saja. Aku ingin cepat-cepat tidur supaya besok aku bisa bangun pagi dan melatih tubuhku.” Natasha meringis dan Bucky dibuat tersenyum saat melihat ekspresi Natasha saat perempuan itu meringis. “Sudah hampir satu bulan aku tidak pernah workout dan aku harus mulai workout besok supaya aku tidak kehilangan kemampuanku.”

“Kau tidak mungkin kehilangan kemampuanmu, Natasha.”

“Tetap saja. Dan ya, misal kau ingin ikut aku jogging besok, katakan saja atau temui aku di depan gedung apartemenku. Akan lebih menyenangkan jika memiliki rekan untuk jogging .”

“Akan kupikirkan.”

“Baiklah jika begitu, sampai jumpa besok, Bucky!”

“Sampai jumpa, Natasha. Selamat tidur dan mimpi indah!”

Natasha tertawa kecil. “Kau juga!”

Perempuan itu pun langsung melangkahkan kakinya menjauhi kediaman Bucky sementara di tempatnya berdiri, Bucky tersenyum sekali lagi ke arah punggung Natasha lalu kembali melanjutkan acara mengelap mejanya yang sebelumnya tertunda.

Chapter 7

Summary:

Happy reading!!

Chapter Text

“Hei! Kau jangan mengalah seperti itu, Barnes. Aku tahu kau hanya mengalah padaku.”

Bucky langsung tertawa kecil saat mendengar celotehan Natasha yang mendudukkan dirinya di rumput setelah berlari hampir sepuluh mil melewati hutan dan perkampungan masyarakat. Tentu saja Bucky mengalah pada Natasha supaya membuat Natasha tidak tertinggal. Bagi Bucky, berlari dengan jarak sepuluh mil bukanlah sesuatu yang susah dan jika ia mau, ia bisa saja melakukannya hanya dalam jangka waktu lima belas sampai dua puluh menit. Namun karena Natasha tidak memiliki kekuatan sepertinya, Bucky pun memperlambat larinya dan berusaha menyeimbangkan kekuatannya dengan kekuatan Natasha. Bucky tidak ingin membuat perempuan itu merasa tertinggal dan dikalahkan karena menurutnya, Natasha adalah tipe orang yang benci kalah dari orang lain. Sebelumnya, Bucky tidak pernah menyadarinya namun akhir-akhir ini saat hubungannya dengan Natasha semakin, barulah Bucky bisa menyadari hal itu.

“Sekarang aku benar-benar tahu bagaimana rasanya Sam saat ia selalu dikalahkan oleh Steve ketika mereka jogging bersama.”

“Aku tidak mengalahkanmu, Natasha.”

“Tentu saja tidak, tapi kau mengalah untukku!”

“Jangan seperti itu, Natasha, empat hari yang lalu kau mengatakan padaku jika akan menyenangkan memiliki rekan untuk melakukan jogging . Karena itulah aku tidak meninggalkanmu dan bisa mengobrol denganmu selama jogging tadi.”

Natasha memutar bola matanya. “Ya, ya, ya, ya terserah kau. Kemari, cepat bantu aku berdiri. Kakiku seperti mati rasa.” Bucky memberikan tangan kanannya dan langsung diterima oleh Natasha lalu Bucky menarik Natasha untuk berdiri. “Apa kau sudah memasak?”

“Belum tentu saja. Dari pagi aku menemanimu berlari dan jika kau mau menunggu, aku akan memasak untukmu.”

“Ah, tidak perlu. Kita makan di kota saja oke?”

“Di kota? Di restoran kota maksudmu?”

“Iya, tentu saja.”

Wajah Bucky terlihat kurang nyaman. “Tapi Natasha, di sana ada banyak orang dan aku takut – ”

“Ada aku. Seperti yang kau katakan padaku dulu, jika sewaktu-waktu kau berubah, kau tidak perlu terlalu khawatir menyakiti orang lain karena ada aku di sana dan aku bisa melawanmu lalu bisa menyelamatkan orang-orang. Jangan khawatir. Walau bagaimana pun, kau juga harus mulai belajar bergaul dengan orang lain, Bucky. Tidak mungkin selamanya kau akan tinggal di pedalaman Wakanda seperti itu. Suatu saat nanti kau pun harus kembali ke dunia luar dan tidak bersembunyi terus seperti ini.”

“Begitukah?”

“Iya.”

“Baiklah. Tapi setidaknya aku harus mengganti pakaianku dahulu karena baju yang kupakai ini benar-benar tidak pantas jika dipakai ke kota dan keringatku keluar sangat banyak.”

“Tidak perlu. Aku juga berkeringat tapi tidak perlu mengganti pakaian. Terlalu lama dan aku sangat lapar. Pakailah jaket saja.”

“Baiklah. Aku akan mengambil jaketku di tempatku terlebih dahulu.”

Natasha mengangguk dan Bucky pun segera berlari ke arah kediamannya lalu mengambil jaket miliknya sementara Natasha melepaskan jaket yang ia gunakan lalu mengibaskannya untuk setidaknya mengurangi keringat yang masih mengalir di tubuhnya. Namun karena wajah Natasha merasa sangat lengket, ia pun berjalan ke arah danau yang ada di seberang ladang dan mulai membasuh wajahnya dengan air danau. Lalu pada saat Bucky kembali ke tempat Natasha, ia tidak menemukan Natasha dan hal tersebut membuatnya sedikit panik. Bucky pun berlari mencari Natasha dan menemukan perempuan itu sedang ada di pinggir danau sambil membasuh wajahnya dan saat ia datang, Natasha baru saja selesai membasuh wajahnya dan tersenyum saat melihat Bucky datang dengan jaketnya. Bisa Natasha lihat juga, ternyata Bucky ikut mengganti pakaiannya menjadi kaos yang lebih bersih dibanding kaos yang sebelumnya ia pakai itu.

“Kukira tadi kau meninggalkanku, Natasha.”

“Tidak, aku hanya perlu membasuh wajahku. Wajahku terasa sangat lengket.”

“Baguslah jika seperti itu.”

“Jika sudah siap, ayo kita berangkat—oh, kau harus didandani terlebih dahulu, Bucky. Rambutmu sangat berantakan.”

Tanpa menunggu persetujuan Bucky, Natasha mengambil gelang di pergelangan tangannya dan mulai merapikan rambut Bucky. Natasha mengikat rambut Bucky menjadi satu supaya lebih terlihat rapi sementara Bucky yang tiba-tiba diperlakukan seperti itu oleh Natasha langsung terkejut dan hanya bisa menahan nafasnya saat tangan kecil Natasha merapikan rambutnya. Jarak antara Natasha yang merapikan rambutnya dengan dirinya sangat dekat dan Bucky tidak tahu kapan waktu terakhir sejak ia bisa sedekat ini dengan seorang perempuan. Bucky pun sibuk dengan pikirannya dan berusaha menenangkan dirinya hingga akhirnya Natasha menyelesaikan pekerjaannya dan tersenyum saat melihat penampilan baru Bucky yang lebih terlihat segar dan rapi.

“Wow, jika kau seperti ini, kau terlihat lebih tampan, Bucky.”

Bucky tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. “Kau ini bisa saja, Natasha.”

“Besok jika kau ingin dan mau, apa bisa aku membantumu merapikan janggutmu karena sepertinya janggutmu sudah sangat lama sejak terakhir kau merapikannya.”

“Ya, kau tahu sendiri Natasha, merapikan janggut hanya menggunakan satu tangan lumayan menyusahkan jadi aku hanya merapikannya jika janggutku sudah panjang.”

“Tak apa besok kubantu kau merapikan janggutmu? Mencukurnya mungkin agar wajahmu terlihat lebih bersih dan berwibawa.”

“Tentu saja jika kau tidak keberatan.”

“Astaga, bisa-bisanya kau mengatakan hal itu. Hei, kau setiap hari selalu memasakkan makanan padaku tiga kali sehari dan kau tidak pernah keberatan. Membantumu merapikan janggutmu jelas bukanlah sesuatu yang sulit untuk kulakukan.”

“Baiklah jika begitu, Natasha, aku akan sangat berterimakasih jika kau mau membantuku.”

“Tentu saja. Apa kau sudah siap berangkat ke kota?”

“Aku siap.”

“Baiklah, mari kita berangkat.”

Bucky mengangguk dan ia bersama Natasha pun segera berjalan ke arah perkotaan untuk mencari restoran yang menurut mereka menyediakan makanan yang lezat. Setelah berjalan beberapa menit, mereka melihat salah satu restoran yang ramai dan mereka pun memutuskan untuk memilih restoran tersebut sebagai tempat sarapan mereka. Sesudahnya, mereka langsung memilih untuk duduk di luar sambil melihat kesibukan perkotaan Wakanda yang mirip dengan kota-kota di luar sana. Natasha menjadi yang pertama membaca menu untuk memilih menu makanannya dan ketika ia sudah selesai memilih, ia memberikan menu itu kepada Bucky supaya Bucky bisa memilih makanan yang ingin ia makan. Barulah saat mereka berdua sudah selesai memilih dan memesan makanan, mereka menghabiskan waktu mereka menunggu makanan datang sambil mengobrol. Membicarakan soal kota Wakanda yang terlihat luar biasa itu hingga saat makanan hampir datang, Bucky membuka suaranya.

“Bau makanannya sangat sedap, Natasha.”

“Bau?”

“Iya, bau makanan—oh, jangan bilang kau belum pergi ke Shuri untuk memperbaiki indera penciumanmu, Natasha.”

Mendengar apa yang diucapkan Bucky membuat Natasha meringis dan Bucky yang melihatnya hanya bisa menghela nafasnya. “Oops, aku ketahuan.”

“Natasha, oh astaga. Kenapa kau belum pergi ke Shuri?”

“Aku selalu lupa melakukannya. Lagipula istana Wakanda sangat besar dan aku tidak tahu di mana letak pasti laboratorium milik Shuri. Aku tidak mau merepotkan T’Challa hanya untuk mengantarku ke lab Shuri jadi kupikir itu bukan masalah. Mencium bau tidak terlalu penting.”

“Tetap penting, Natasha. Setelah makan akan kuantarkan kau ke laboratorium Shuri.”

“Ayolah Bucky, untuk apa? Penciumanku pasti bisa sembuh sendiri jika aku sabar menunggunya.”

“Tidak, itu tidak bisa sembuh. Hal itu memerlukan penanganan ahli dan kau akan pergi kepada Shuri setelah kita makan.”

Natasha terlihat merengut lalu menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya dengan malas. Sangat terlihat jika ia hanya setengah hati untuk menuruti Bucky namun Bucky tidak peduli. Kesehatan Natasha lebih penting dan Bucky akan melakukan apapun—bahkan jika terpaksa ia harus menarik Natasha, ia akan tetap melakukannya supaya Natasha sehat dan tidak sakit.

Makanan mereka pun akhirnya tiba dan mereka pun segera memakannya dengan lahap karena berlari dengan jarak sepuluh mil rupanya sangat menguras tenaga mereka—terlebih Natasha. Jadi perempuan itu makan dengan lahap dan Bucky yang ada di depannya hanya bisa tersenyum kecil saat melihat Natasha makan selahap itu. Bucky kembali memakan makanannya sendiri lalu saat kembali melihat ke arah Natasha yang masih makan dengan lahap, Bucky seperti melihat sekelebat gambar di dalam pikirannya. Bucky diam dan langsung memfokuskan dirinya untuk mencerna apa yang baru saja ia lihat di dalam pikirannya namun Bucky tidak bisa menemukan apapun. Hal tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya kepalanya terasa sakit dan gejala itu membuat sendok yang ia pegang terjatuh. Melihat Bucky yang tiba-tiba terlihat pucat sampai menjatuhkan sendoknya itu langsung membuat Natasha khawatir. Ia menaruh sendoknya di piringnya lalu memfokuskan perhatiannya hanya pada Bucky.

“Bucky, hei, Bucky. Apa yang terjadi padamu? Apa kau sakit?”

Bucky menggelengkan kepalanya lalu meminum minuman yang ada di mejanya sampai habis. “Tidak. Aku hanya—hanya seperti melihat sesuatu di pikiranku. Bukan masalah yang besar.”

“Kau yakin? Kau terlihat sangat sakit dan pucat.”

“Tidak, aku tidak apa-apa, Natasha. Hanya aku terkejut tiba-tiba gambar itu datang padaku pada saat seperti ini. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah seperti ini.”

“Kau yakin?”

“Tentu saja.” Bucky menunjuk makanan Natasha yang ia tinggalkan. “Lanjutkan makanmu, Natasha. Kulihat tadi kau sangat kelaparan.”

Natasha tertawa lalu menganggukkan kepalanya dan melanjutkan memakan makanannya sambil sesekali tetap memperhatikan Bucky yang masih terlihat linglung itu. Lalu ketika Bucky menyadari tatapan Natasha ke arahnya, pria itu tersenyum lalu kembali memakan makanannya. Bersikap seakan-akan kejadian beberapa detik yang lalu bukanlah suatu hal yang besar dan harapannya dengan hal tersebut, Natasha tidak akan merasa khawatir lagi.

Saat mereka sudah menyelesaikan acara makan bersama mereka, Bucky pun langsung mengajak Natasha ke laboratorium Shuri untuk mengecek keadaan indera penciuman Natasha. Seperti tebakannya, tentu Natasha langsung menolak hal itu sebab Bucky terlihat sakit. Natasha menyuruh Bucky istirahat di kediamannya namun, Bucky menggelengkan kepalanya dan mengatakan jika ia tidak apa-apa. Jika Natasha masih khawatir, saat mereka sampai di laboratorium Shuri nanti, Bucky juga akan mengecek kondisinya untuk meyakinkan Natasha jika ia tidak apa-apa. Akhirnya, Natasha pun mengangguk dan mau pergi bersama Bucky menuju laboratorium Shuri.

Sampai di laboratorium Shuri, keduanya langsung tersenyum saat melihat Shuri menyadari kehadiran mereka. “Natasha! Bucky! Kalian datang bersama rupanya.”

“Hanya kebetulan. Aku mengajak Bucky untuk bergaul dengan orang-orang di kota,” kata Natasha sambil menyikut Bucky pelan dan memancing gelengan kepala Bucky serta senyuman di bibir Shuri.

“Itu adalah hal yang bagus, Bucky. Kau harus belajar bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain lagi.” Shuri langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius. “Ngomong-ngomong, ada apa kalian kemari? Apa kalian sakit?”

Bucky menunjuk Natasha. “Dia yang sakit. Indera penciumannya tidak berfungsi karena dia merusaknya di perangnya.”

“Perang? Perang apa?” tanya Shuri terlihat khawatir.

“Perang dengan organisasi menyebalkan Rusia.” Natasha menggelengkan kepalanya. “Jangan terlalu dipikirkan. Itu tidak penting dan aku berhasil mengalahkan mereka.”

“Oh begitu, baguslah. Mari, Natasha, kau tidurlah di tempat tidur dan aku akan – ”

“Periksa dia dulu, Shuri. Baru saja dia terlihat linglung, pucat, lemas, dan hampir pingsan,” kata Natasha sambil menunjuk Bucky yang masih berdiri di sebelahnya.

“Hei, Natasha. Aku tidak hampir pingsan. Sudah kukatakan padamu, aku baik-baik saja.”

“Shuri percayalah padaku, dia tadi benar-benar terlihat lemas, pucat, dan linglung. Kau harus memeriksanya terlebih dahulu.” Natasha mendorong Bucky untuk masuk ke dalam laboratorium dan memaksa Bucky untuk membaringkan dirinya di tempat tidur laboratorium. Tentu saja sebenarnya Bucky tidak mau dipaksa tidur di tempat tidur laboratorium namun Natasha adalah orang paling keras kepala yang pernah ia temui jadi akhirnya ia menghela nafasnya dan memandang Natasha malas. “Kau sudah mengatakan padaku tadi untuk memeriksakan tubuhmu pada Shuri terlebih dahulu supaya aku tidak khawatir. Kau harus melakukan pemeriksaan.”

“Natasha, serius?”

“Tentu saja. Sangat serius.” Perempuan itu menjauh dari tempat tidur dan menatap Shuri yang menatap keduanya kebingungan. “Jangan bingung, Shuri. Bucky memang keras kepala dan sekarang karena ia sudah membaringkan dirinya, kau bisa memulai memeriksanya.”

Shuri menatap Bucky yang menatapnya malas sambil mengangguk seadanya. Lalu karena sudah memiliki sinyal persetujuan dari Bucky, Shuri pun segera melakukan pemindaian kepada tubuh Bucky dan saat Bucky menceritakan gejala apa saja yang ia rasakan saat makan tadi, Shuri pun menganggukkan kepalanya. Gadis Wakanda itu menjelaskan pada Bucky jika bisa melihat gambaran itu di pikirannya karena ada sesuatu di sekitar Bucky yang memicunya mengingat hal itu. Karena itulah pada akhirnya otak serta pikiran Bucky dipaksa bekerja lebih keras supaya benar-benar bisa mengingat hal itu hingga menyebabkannya pusing, lemas, dan pucat seperti yang dikatakan Natasha tadi.

“Apa? Memicu? Apa yang memicuku untuk mengingatnya?”

“Entahlah, aku tidak tahu. Apa yang kau lihat, apa yang kau makan, keadaan sekelilingmu, atau apapun yang ada di sekitarmu bisa menjadi pemicunya.”

“Apa hal yang memicuku itu berhubungan dengan memoriku itu?”

“Kebanyakan iya. Kau tahu déjà vu? Mungkin memang hal yang kau lihat atau hal yang ada di sekelilingmu tidak berhubungan secara langsung dengan memorimu namun dengan kau melihatnya, kau teringat juga pernah melihat atau merasakan hal yang mirip dengan apa yang kau lihat di dunia nyata ini. Lagipula, ini sepertinya adalah kali pertama kau pergi ke kota bertemu banyak orang sejak kau datang kemari dan mungkin saja hal itu memicu memorimu untuk mengingat masa lalumu.” Shuri menatap Bucky sambil mengerutkan keningnya. “Memang apa saja yang kau lihat hingga hal itu bisa memicumu mengingat memorimu lagi?”

“Aku juga tidak tahu. Aku hanya melihat sekeliling Wakanda, melihat orang-orang yang berlalu-lalang di jalan, memakan makananku, dan melihat Natasha makan makanannya dengan lahap.” Saat mengatakannya, Bucky melirik Natasha yang masih ada di dekatnya. Lalu ketika mendengar Bucky mengatakan kepada Shuri jika ia makan dengan sangat lahap, Natasha benar-benar memelototi pria itu. Namun Bucky hanya mengangkat satu sudut bibirnya dan kembali berfokus kepada Shuri. “Hanya itu. Apa hubungan mereka semua dengan memoriku?”

Shuri mengangkat bahunya. “Jika kau tidak tahu, tidak mungkin aku juga tahu, bukan? Jadi, ya sudahlah. Anggap saja hal ini sebagai awalan saja. Jika nanti di masa depan kau kembali mendapatkan déjà vu, kau tidak akan kaget dan jika pikiran serta memorimu sudah lebih baik, kau akan bisa mengartikan manakah kejadian yang memicumu mengingat memorimu itu.”

Bucky menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih pada Shuri karena sudah membantunya. Saat ia sudah bangkit dari tempat tidurnya, Bucky langsung menatap Natasha dan mengisyaratkan dengan matanya supaya ganti Natasha-lah yang membaringkan dirinya di tempat tidur. Natasha yang melihat Bucky melakukan itu hanya memutar bola matanya malas lalu dengan enggan ia berjalan ke arah tempat tidur laboratorium dan membaringkan dirinya di sana. Saat Natasha sepenuhnya membaringkan dirinya, Shuri pun mulai melakukan pemindaian di tubuh Natasha dan mengeceknya di layar hologram yang ada di mejanya. Shuri melakukan pengecekan detail di tubuh Natasha dan sedikit terkejut saat melihat ternyata di tubuh Natasha tidak ada uterus ataupun ovarium. Shuri yang terkejut lalu melirik Natasha yang masih berbaring di tempat tidur lalu mengisyaratkan kepada Shuri agar ia tidak mengatakan hal itu—terlebih di sini masih ada Bucky dan pria itu bisa mendengar semua yang dibicarakan oleh mereka. 

Sebenarnya, alasan tidak tahu tempat laboratorium dan tidak ingin merepotkan T’Challa adalah alasan bodoh yang Natasha buat supaya ia tidak perlu pergi ke laboratorium dan melakukan segala prosedur di dalamnya. Ia tidak suka ketika orang lain tahu kekurangan dan kelemahannya. Natasha benci dipandang lemah oleh orang lain. Hanya Bruce, Clint, dan Steve yang tahu soal hal ini. Selebihnya, teman-teman Natasha tidak ada yang mengetahuinya dan sekarang tambah satu orang lagi yang mengetahuinya. Namun untungnya, Shuri memahami Natasha dan ia pun mengangguk lalu melakukan pengecekan lebih detail di area kepala Natasha namun lagi dan lagi, Shuri dibuat terkejut. Shuri kembali menatap Natasha sambil terkejut namun Natasha juga tak kalah bingung karena untuk apa Shuri menatapnya dengan tatapan terkejut untuk yang kedua kalinya? Apa kerusakan indera penciumannya separah itu hingga Shuri terkejut seperti itu?

“Shuri, apa kerusakan hidungku separah itu? Kau terlihat sangat terkejut.”

“Tidak, hidungmu dan indera penciumanmu tidak parah dan bisa kuperbaiki dalam waktu singkat namun ada hal lain yang lebih rusak di kepalamu, Natasha.”

Natasha terkejut lalu segera bangun dari tidurnya. Bucky yang ada di dekat ranjang Natasha juga ikut terkejut dan berjalan mendekat ke arah Natasha. “Apa? Apa yang lebih rusak di kepalaku selain hidungku?”

“Otakmu.”

“Ada apa dengan otakku? Kurasa aku tidak pernah melukai otakku dan saat bertarung, aku sangat jarang melukai kepalaku. Lantas, mengapa otakku memiliki kerusahan lebih dibandingkan hidungku?”

Shuri menghela nafasnya lalu menarik mejanya ke arah Natasha dan menatap Bucky sekilas lalu kembali kepada pekerjaannya. “Natasha, di otakmu ada banyak tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oleh memori. Apa selama kau berperang atau menjalani pelatihanmu, kau pernah mengalami penghapusan memori?”

Natasha menghela nafasnya. Ternyata hal itu juga nampak di dalam pengecekkan Shuri. “Ya, pernah.”

“Berapa kali, jika aku boleh tahu?”

“Sekali seingatku dan karena itulah aku tidak bisa mengingat siapa orang tua kandungku. Bahkan aku tidak mengetahui nama mereka.”

“Di sini anehnya, Natasha. Jika hanya sekali, tidak mungkin ada banyak tempat kosong di otakmu seperti ini.” Shuri mendekatkan layar hologramnya ke arah Natasha dan menunjukkan beberapa tempat kosong dan Natasha sangat terkejut saat melihat ada lima tempat kosong di otaknya yang tidak dialiri oleh benang-benang berwarna emas. Shuri mengatakan padanya jika benang emas itu berarti memorinya yang itu artinya ada lima tempat kosong yang berisi memori-memori yang ia lupakan. “Kau tidak ingat memorimu pernah dihapus?”

“Tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya mengingat satu kali dan di hologrammu ada lima tempat itu artinya aku masih melupakan empat memori?”

“Singkatnya seperti itu. Kasusmu dan kasus Bucky mirip.” Shuri menatap ke arah Bucky yang mendengarkan penjelasan Shuri lamat-lamat. Natasha pun juga melakukan hal yang sama dengan menatap pria yang ada di dekatnya. “Hanya bedanya, tempat kosong di otakmu jauh lebih sedikit daripada tempat kosong di kepala Bucky yang mengindikasikan jika Bucky lebih banyak dicuci otak oleh Hydra sedangkan kau hanya dicuci otak sebanyak lima kali.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan semua memoriku kembali? Apa yang kau lakukan pada Bucky sehingga Bucky sudah bisa mulai mengingat dirinya?”

“Bucky harus dibekukan selama waktu tertentu untuk mendapatkan memorinya kembali. Karena pikiran Bucky sudah sangat sering dicuci otak, prosesnya memakan waktu yang tidak sebentar dan seperti yang kau lihat sendiri, sampai saat ini pun Bucky juga belum bisa mengingat semua memorinya dengan jelas.”

Mendengar semua yang Shuri katakan padanya membuat Natasha sangat stres dan ia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Natasha benar-benar tidak menyangka jika Red Room pernah menghapus memorinya tidak hanya sekali, namun lima kali dan kali ini Natasha benar-benar tidak memiliki pandangan atau pengetahuan tentang apa saja yang dihapus oleh Red Room di pikirannya. Apa memori-memori yang dihapus oleh Red Room memang sepenting itu hingga mereka menghapusnya empat kali? Kira-kira apa saja memorinya itu? Sungguh, Natasha benar-benar pusing dan apapun memorinya itu, Natasha harus bisa mengingatnya supaya ia tahu sepenting apa itu hingga Red Room menghapusnya.

Kesedihan Natasha terhenti saat tangan Bucky menyentuh pundak Natasha dan sampingnya. “Natasha, apa kau baik-baik saja? Jika kau merasa kurang sehat, kita bisa menunda perbaikan indera penciumanmu dan aku akan mengantarmu ke gedung apartemenmu.”

Natasha mengangguk lalu seperti gerakan refleks, Bucky membantu Natasha berdiri karena perempuan itu benar-benar terlihat sangat lemas. Setelah berdiri, Natasha memberikan senyum kecilnya pada Bucky lalu berjalan lemas keluar dari laboratorium Shuri sementara Bucky pun langsung mengikuti langkah Natasha di belakangnya sambil menggumamkan kata maaf dan terima kasih pada Shuri karena merepotkannya. Shuri menganggukkan kepalanya dan melihat Natasha serta Bucky keluar dari laboratoriumnya bersama.

Bucky sebenarnya ingin memegangi tangan Natasha karena Natasha terlihat sedikit linglung namun Natasha menggelengkan kepalanya. Perempuan itu tetap berjalan sendiri tanpa bantuan sampai mereka sampai di gedung apartemen yang ditinggali oleh Natasha. “Sampai di sini saja, Bucky. Aku bisa ke kamarku sendiri.”

“Kau yakin? Aku bisa menemanimu sampai di depan pintu kamarmu, Natasha.”

“Tidak perlu. Kau beristirahatlah di kediamanmu. Tadi kau juga pusing dan lemas, bukan? Jadi beristirahatlah sekarang dan terima kasih untuk hari ini.”

“Baiklah jika itu yang kau inginkan.”

Natasha menganggukkan kepalanya lalu segera berjalan masuk ke dalam gedung apartemennya meninggalkan Bucky yang masih berdiri di luar gerbang. Sebelum Natasha benar-benar hilang dari pandangannya, Bucky langsung memanggil perempuan itu dan menyebabkan Natasha berhenti melangkah dan menatap ke arah Bucky sedikit lemah. “Makan malammu akan aku antarkan saja oke? Jadi kau tidak perlu ke tempatku.”

Karena malas berdebat dan pikirannya masih kacau karena fakta yang baru saja ia dengan di laboratorium Shuri, Natasha hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. Setelahnya, ia langsung kembali melangkahkan kakinya masuk ke bangunan apartemen. Barulah saat sosok Natasha sudah tidak terlihat di matanya, Bucky pun melangkahkan kakinya kembali ke kediamannya sambil memikirkan semua hal yang terjadi pada dirinya dan pada diri Natasha hari ini.

Chapter Text

Sudah hampir seminggu berlalu sejak Bucky melihat Natasha dan sepertinya, perempuan itu terus mengurung dirinya di apartemennya tanpa keluar.

Setiap pagi, siang, dan malam, Bucky hanya rutin memberikan makanan yang telah ia masak atau makanan yang kadang dibagikan oleh penduduk sekitar kepada Natasha melalui penjaga gedung apartemen Natasha. Bucky akan menitipkannya kepada penjaga itu lalu biarlah penjaga itu yang memberikan makanannya ke kamar Natasha. Entah makanan pemberiannya dimakan atau tidak oleh Natasha namun Bucky berharap supaya Natasha benar-benar tidak apa-apa setelah mendengar semuanya dari Shuri. Bucky adalah satu-satunya orang yang paling mengerti apa yang dirasakan Natasha ketika menyadari bahwa memorinya telah dihapus dan ketakutan yang sama akan melupakan sesuatu yang penting di dalamnya.

Setiap mengantar makanan, Bucky akan menunggu sampai penjaga apartemen kembali ke tempatnya semula dan ia akan menanyakan pada penjaga itu apakah makanannya diterima oleh Natasha atau tidak. Penjaga itu rutin menjawab jika Natasha selalu membukakan pintu untuk menerima makanan dan mengucapkan terima kasih saja. Setelahnya, Natasha akan kembali menutup pintu kamarnya lalu tidak membuka pintunya lagi sebelum penjaga mengantarkan makanan selanjutnya. Saat Bucky telah mendengarnya, ia akan mengangguk dan mengucapkan terima kasih juga kepada penjaga itu lalu segera meninggalkan gedung apartemen Natasha. Bucky memahami jika Natasha masih memerlukan waktunya untuk menerima apa yang telah terjadi pada memorinya namun jika Natasha tidak kunjung segera keluar dalam beberapa hari, Bucky akan datang dan mengingatkan Natasha bahwa ia memiliki janji untuk merapikan dan mencukur janggutnya dan Natasha belum melakukannya. Hal itu Bucky lakukan bukan semata-mata karena ia ingin mengganggu Natasha atau supaya ia memiliki teman lagi untuk diajak berbicara. Bucky melakukannya karena ia tidak ingin Natasha merasa sendiri dan apapun masalah yang sedang dihadapi oleh Natasha, Bucky ingin jika dirinya sedikit bisa membantu meredakan beban yang ditanggung Natasha. Bucky ingin mengatakan jika Natasha tidak sendirian di sini. Ada Bucky di sana dan Bucky akan siap melakukan apapun demi diri Natasha.

Di lain tempat, Natasha tidak melakukan apapun di kamarnya. Ia hanya akan membaringkan dirinya di tempat tidurnya, menonton acara televisi yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh ia tonton, atau duduk di balkon apartemennya dan berusaha sekuat tenaganya untuk mengingat apa saja yang ia lupakan. Sayangnya, hal itu sepertinya adalah hal yang sia-sia karena sekuat apapun Natasha mencoba, ia tidak bisa mengingat hal-hal yang ia lupakan. Biasanya jika hal itu terjadi, Natasha langsung menutupi wajahnya dan menangis untuk waktu yang sangat lama.

Dua hari pertama setelah Natasha mengetahui fakta jika memorinya telah dihapus sebanyak lima kali oleh Red Room membuat Natasha selalu merinding dan ketakutan. Bahkan setiap baru saja menyelesaikan sesi menangisnya itu, Natasha akan langsung memuntahkan isi perutnya yang sebelumnya telah sempat ia makan. Hal tersebut berjalan dalam waktu yang cukup lama dan baru berhenti ketika Natasha mendengar suara ketukan di pintu apartemennya yang menandakan bahwa suplai untuk makanannya datang. Sebenarnya, Natasha juga merasa tidak enak karena meninggalkan Bucky begitu saja. Saat sebelum Steve pergi dari Wakanda, Steve menitipkan Bucky pada Natasha dan berharap jika Natasha akan menjadi teman yang baik untuk Bucky. Namun khusus saat ini, Natasha tidak ingin ada orang lain yang mengganggunya dan ia akan menenangkan dirinya terlebih dahulu. Barulah jika ia sudah tenang dan stabil, ia akan menemui Bucky karena jika ia memaksakan menemui Bucky sekarang, yang ada hanyalah ia akan melampiaskan semua kekesalannya pada pria itu.

Sekitar empat hari kemudian saat keadaannya sudah lebih stabil, Natasha pun mulai memberanikan dirinya keluar dari apartemennya karena tidak mungkin juga ia akan menyembunyikan diri di apartemen selamanya. Ia masih perlu berhubungan dengan dunia luar, terlebih kemarin, Steve sempat menghubunginya dan menanyakan kabarnya serta kabar Bucky. Natasha menjawab bahwa kabarnya baik-baik saja dan kabar Bucky juga baik-baik saja. Entahlah apa itu sungguhan atau tidak karena sudah satu minggu lebih, ia tidak pernah berbicara dengan pria itu lagi.

Saat keluar kamarnya dan bertemu dengan beberapa pegawai apartemen, Natasha memberikan senyumnya pada mereka. Para pegawai apartemen tempat Natasha menginap itu juga membalas senyuman Natasha sambil mengatakan jika senang melihat Natasha kembali setelah satu minggu lebih Natasha hanya mengurung dirinya di kamar. Natasha hanya menganggukkan kepalanya dan langsung pergi keluar apartemennya. Natasha teringat dengan kejadian saat ia dan Bucky makan bersama di restoran yang ada di perkotaan Wakanda dimana Bucky sedikit mendapatkan déjà vu tentang masa lalunya. Saat itu Shuri menjelaskan jika bertemu banyak dan mengalami hal-hal baru mungkin dapat memicu pikiran Bucky untuk mengingat memorinya yang dihapus. Mungkin, Natasha juga bisa merasakan hal yang sama jika ia terus berhubungan dengan dunia luar dan tidak mengurung diri di kamar seharian penuh.

Tapi anehnya, sudah bertahun-tahun Natasha keluar dari Red Room dan berhubungan dengan banyak orang namun ia sama sekali tidak pernah mendapatkan déjà vu ataupun mendapat gambaran aneh di pikirannya yang sampai membuat dirinya pusing seperti Bucky. Apa ini artinya jika memorinya tidak akan pernah bisa kembali padanya? Jika memorinya benar-benar hilang dari hidupnya?

Natasha menghembuskan nafasnya panjang lalu menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh berpikiran hal-hal yang buruk terlebih dahulu. Mungkin Natasha pernah mengalami déjà vu namun Natasha memilih untuk mengabaikannya karena ia tidak akan bisa memulai aktivitas lamanya jika ia terus-terusan memikirkan hal-hal buruk dan prasangka-prasangka buruk di dalam pikirannya.

Perempuan itu berjalan menyusuri jalanan menuju kediaman Bucky dan saat melihat Bucky sedang ada di ladang sambil menggembalakan kambing-kambingnya, Natasha tersenyum. Natasha melihat jika rambut Bucky kembali diikat seadanya dan janggutnya yang masih ditumbuhi rambut-rambut tak beraturan. Natasha mengingat janjinya namun belum pasti kapan ia akan melakukannya.

Bucky tetap berada di dalam aktivitasnya hingga ketika ia mengamati sekelilingnya, ia bisa melihat Natasha berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Saat melihat Natasha, Bucky langsung tersenyum senang. Tanpa diperintah siapapun, ia langsung berlari meninggalkan kambing-kambingnya untuk menemui Natasha.

“Hei, bagaimana kabarmu, Natasha? Kau baik-baik saja?”

“Sudah jauh lebih baik.” Natasha mengangkat bahunya. “Kurasa.”

“Baguslah. Oh, bagaimana sarapanmu tadi? Sudah kau habiskan?”

“Sudah. Kau memasakkan makanan yang enak selama satu mingguan ini padaku, Bucky. Aku benar-benar sangat berterima kasih padamu.”

“Bukan masalah.”

Natasha mengangguk lalu berjalan mendahului Bucky ke bawah pohon yang pernah menjadi tempatnya tidur, berhari-hari yang lalu. Bucky mengikuti Natasha dan saat keduanya sampai, Bucky pun membuka suaranya. “Natasha, apa perlu kuambilkan selimutku untuk alasmu berbaring?”

“Jika kau tidak keberatan, akan sangat baik darimu melakukannya untukku.”

“Tentu saja. Tunggu sebentar, akan kuambilkan.”

Natasha kembali mengangguk dan Bucky pun segera berlari ke arah kediamannya untuk mengambilkan dua selimut yang pernah Natasha gunakan. Satu selimut sebagai alas dan selimut lainnya untuk menutupi tubuh bagian atas Natasha. Tidak susah bagi Bucky untuk menemukannya karena ia menaruh selimut itu di tempat yang bersih dan sebisa mungkin tidak terjangkit oleh debu dan kotoran karena Bucky tahu jika suatu saat nanti mungkin Natasha akan kembali datang ke pohon itu, Natasha pasti membutuhkan selimutnya. Dugaan Bucky benar karena hari ini, perempuan itu sungguh datang lagi padanya.

Setelah mengambil selimutnya, Bucky lalu kembali kepada Natasha sambil memberikan selimut tersebut kepada Natasha. Natasha tersenyum sambil menerimanya dan langsung menata selimut Bucky sebagai alas untuknya tidur lalu ia segera membaringkan dirinya di atasnya. Bucky menaruh selimut yang kedua di sebelah Natasha dan ia pun duduk bersandar di batang pohon sambil memperhatikan Natasha yang mulai memejamkan matanya.

Walaupun sekuat tenaga sudah Bucky elak, ia tetap merindukan Natasha. Sudah satu minggu lebih ia tidak melihat perempuan itu. Selama bertahun-tahun, baru akhir-akhir inilah Bucky benar-benar memiliki sosok yang bisa ia ajak berbicara dan berbagi tentang beberapa hal. Ia tidak pernah bertemu dengan Steve. Bertemu  pun, baru dua tahun yang lalu dan ia masih ada dalam kondisi yang buruk sehingga tidak bisa mengenali siapa Steve. Setelah Civil War berakhir sepuluh bulan yang lalu, Steve masih tidak bisa terus bersamanya. Steve memiliki tugas dan kewajiban yang harus ia kerjakan di dunia luar dan Bucky harus ada di dalam es selama beberapa bulan saja. Ia dan Steve sangat jarang bertemu. Ia hanya akan bertemu dengan Steve tiga bulan sekali, itupun Steve hanya mampir dan tidak bisa berlama-lama tinggal bersamanya. Saat ini setelah sepuluh bulan, barulah Bucky menemukan Natasha yang bisa menjadi temannya. Entah Natasha sudah menganggapnya sebagai temannya atau belum namun saat ini, Bucky sudah menganggap Natasha sebagai temannya, sebagai salah satu orang terdekatnya.

Bucky terus memikirkan semua hal di kepalanya hingga ia tidak sadar jika Natasha memanggil namanya bahkan sampai Natasha menepuk kakinya yang dekat dengan tangannya. “Hei, apa yang kau pikirkan?”

“Bukan, bukan apa-apa. Ada apa, Natasha? Kau memanggilku.”

“Aku hanya ingin bertanya.”

“Soal apa?”

“Déjà vu-mu itu. Apa kau pernah mengalaminya?”

Bucky menggeleng. “Tidak. Aku baru pertama kali mengalaminya saat aku makan denganmu.”

“Oh. Lalu setelahnya? Kau mendapatkan kejelasan soal gambar yang kau lihat?”

Bucky menatap Natasha lekat dan teringat dengan beberapa mimpi yang datang ke dalam pikirannya saat ia tertidur sehabis melakukan sesinya bersama para Dora Milaje beberapa hari yang lalu. Saat itu, Bucky tetap menjadi seorang Winter Soldier namun lagi dan lagi ada kemajuan yang terjadi karena ia hanya menjadi seorang Winter Soldier selama enam menit. Lebih cepat satu menit dibandingkan saat terakhirnya. Malam harinya seperti biasanya, pikirannya langsung dibanjiri oleh berbagai gambar-gambar baru dan kali itu, gambar-gambar di dalam pikirannya lebih terlihat jelas. Pagi harinya ketika Shuri mengkonfirmasi mana sajakah yang mimpi dan mana sajakah yang memori, Bucky bisa langsung memetakan potongan gambar demi gambar yang saling berhubungan dan ia melihat sesuatu yang aneh di dalam pikirannya.

Perempuan, poni, rambut merah, mata hijau, dan makan lahap.

Bucky bisa meyakini hal itu karena hanya itulah yang tampak jelas di kepalanya. Ia tidak tahu itu siapa. Entah temannya, kekasihnya, atau musuhnya di masa lalu, Bucky hanya merasa bahwa ia memiliki ikatan yang kuat dengan perempuan itu. Sayangnya, Bucky tidak bisa melihat wajahnya secara jelas dan ia hanya bisa menunggu potongan gambar-gambar lainnya datang ke dalam pikirannya lagi karena ia benar-benar tidak memiliki petunjuk tentang siapakah perempuan yang ada di dalam pikirannya itu.

“Ya, kau tahu, Natasha, setiap aku selesai melakukan sesi terapiku, aku selalu dibanjiri oleh memori baru dan ya, salah satu memori itu adalah sesuatu yang sempat mampir ke dalam pikiranku saat kita makan bersama. Karena itulah aku mengalami déjà vu saat itu.”

“Terapi apa yang kau maksud di sini?”

“Terapi untuk mengecek dan mengetahui apakah aku masih bisa berubah menjadi Winter Soldier atau tidak.”

“Lalu hasilnya?”

“Aku tetap berubah tapi karena pikiranku sudah mulai stabil dan aku sudah bisa memegang kendali atas pikiranku, aku cepat bisa mengendalikan diriku dan kembali menjadi Bucky lagi.”

Natasha tersenyum. “Itu sangat bagus darimu, Bucky. Aku senang mendengarnya. Semoga terapimu itu akan bisa membuatmu terbebas sepenuhnya dari semua hal buruk di pikiranmu.”

“Aku juga mengharapkan hal yang sama.” Bucky menatap Natasha yang kembali memejamkan matanya. “Jika kau butuh seseorang yang bisa kau ajak berbagi, kau bisa dengan bebas mengajakku untuk berbagi, Natasha. Ketahuilah, ada aku di sini. Kau tidak sendirian.”

Masih dalam keadaan mata yang masih terpejam, Natasha menyunggingkan senyum lebarnya lalu menganggukkan kepalanya. “Tentu saja. Kau adalah temanku, Bucky. Tapi untuk sekarang, aku belum siap untuk menceritakannya pada siapa pun.”

Teman. Rupanya Natasha sudah menganggap Bucky sebagai temannya. Tanpa Natasha ketahui, Bucky tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Tentu saja. Semua keputusan ada di tanganmu. Aku tidak pernah memaksamu untuk melakukannya jika kau tidak mau melakukannya. Tapi seperti yang tadi kukatakan padamu, kau tidak sendiri. Aku ada di sini dan aku siap melakukan apapun untukmu.”

 “ – kau tidak sendiri – ”

“ – ada aku di sini – ”

“ – aku siap melakukan apapun untukmu – ”

Natasha tersedak air liurnya dan langsung membuka kedua matanya saat ia mendengar kalimat yang diucapkan oleh Bucky terulang di dalam pikirannya. Siapa dia? Siapa yang mengatakan hal kalimat-kalimat itu di dalam pikirannya?

“Natasha, kau tidak apa-apa? Kau – ”

“Aku tidak apa-apa, Bucky. Aku hanya—hanya mendengar suara-suara di dalam pikiranku.”

Bucky menganggukkan kepalanya dan Natasha kembali memejamkan matanya. Siapa tahu dengan ia melakukan hal itu lagi, ia akan bisa semakin jelas melihat siapakah yang ada di pikirannya tadi. Siapa tahu juga, hal itu merupakan salah satu bagian dari memori yang dihapus di kepalanya oleh Red Room.

Saat waktu semakin berlalu, Bucky berpamitan pada Natasha sebentar untuk mengurusi kambing-kambingnya dan membuatkan makan siang untuk mereka berdua. Bucky sudah bertanya pada Natasha apakah ia mau makan bersamanya atau lebih ingin makan sendiri di apartemennya dan Natasha menjawab bahwa ia akan makan bersama Bucky. Ia tidak akan bersembunyi lagi. Natasha mengatakan ia akan menjadi lebih kuat. Ia pasti akan berhasil mengingat semuanya jika waktunya tiba dan cara terbaik yang bisa membantunya untuk mengingat semua hal itu adalah dengan berbaur dengan orang lain karena benar kata Shuri, jika tidak berbaur dan tidak mengalami hal-hal baru, pikiran Natasha mungkin tidak dapat memicu Natasha untuk mengingat hal-hal mungkin berkaitan dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Keduanya makan dengan tenang seperti biasa dan ketika makanan mereka habis, mereka tetap duduk di tempat mereka masing-masing sambil memikirkan permasalahan yang sedang mereka alami. “Sangat lucu sekali bukan, Bucky? Ternyata kita memiliki masalah yang hampir mirip—yang berhubungan dengan memori.”

“Iya. Aku tidak menyangka jika kau akan pernah mengalami hal itu, Natasha. Karena kau tahu, hal itu sangat menyakitkan. Saat aku sudah bisa mengingat waktu-waktu ketika mereka menghapus memoriku, aku merasa sangat kesakitan dan setiap kali mengingatnya, aku benar-benar ketakutan.”

“Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, Bucky. Entah mereka sudah menghapus permanen memoriku atau tidak tapi aku benar-benar tidak menyadari dan mengingatnya sampai Shuri-lah yang menceritakannya padaku.”

“Kau pasti akan bisa mengingatnya, Natasha. Dulu saat aku pertama kali datang ke Wakanda, aku juga sempat ragu apakah aku bisa mengingat semua memoriku atau tidak namun karena orang-orang di tempat ini adalah orang-orang yang baik dan teknologi di tempat ini benar-benar maju, mereka bisa membuatku mengingatnya.”

Natasha mengerutkan keningnya. “Teknologi? Kau bisa mengingat memori-memorimu karena dibantu oleh teknologi Wakanda?”

“Tentu saja. Karena itulah saat pertama kali aku datang ke Wakanda, aku meminta mereka untuk membekukanku. Sebelum dibekukan, Shuri sempat mengatakan jika nanti ketika aku dicairkan, aku mungkin akan mengingat memoriku. Tidak semuanya tentu saja namun bertahap dan hal itu berhasil. Setelah tiga bulan pertama aku kembali dicairkan, aku mendapatkan memori-memori baru. Awalnya aku juga tidak yakin apakah itu semua adalah memoriku atau hanya mimpiku saja karena aku tidak merasa aku pernah mengalami hal-hal yang muncul di dalam pikiranku. Lalu Shuri membantuku mengkonfirmasi mana sajakah yang memori dan mana saja yang mimpi. Setelahnya aku melakukan terapi lalu kembali dibekukan hingga tiga bulan selanjutnya dan diulang lagi hingga ketika aku dicairkan untuk yang ketiga kalinya, Shuri mengatakan jika aku tidak perlu dibekukan lagi karena aku juga harus mulai berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang dan dunia. Karena itulah sampai sekarang, aku masih bisa menerima memori-memori baru lagi ketika aku tidak dibekukan karena aku sudah memegang kendali di dalam pikiranku dan aku memori-memori baru yang datang itu setidaknya adalah cabang atau lanjutan dari memori-memori yang kudapatkan saat aku dibekukan.”

Mendengar cerita Bucky membuat Natasha menghembuskan nafasnya panjang. Steve juga pernah menceritakan soal hal itu kepada Natasha namun karena pikirannya sedang benar-benar kalut, Natasha melupakan apa yang diceritakan oleh Steve. Jika dulu Natasha hanya mendengar dan hanya menaruh rasa ibanya pada Bucky, kali ini semuanya berbeda. Natasha juga merasakan penderitaan yang Bucky rasakan ketika ia tidak bisa mengingat sesuatu di dalam pikirannya. Walau tentu saja, Natasha tahu jika penderitaannya mungkin jauh lebih kecil dibandingkan penderitaan Bucky yang sudah kehilangan banyak memori, kehilangan semua orang yang dia sayang di zamannya, dan bahkan bergelut dengan monster yang ada di dalam dirinya yang memicunya berbuat jahat kepada banyak orang. Tapi di sini yang menjadi sorotan atas cerita Bucky adalah cara Bucky mendapatkan semua memori-memorinya. Bucky mendapatkan memori-memorinya dengan dibekukan dan ketika ia dicairkan, ia bisa setidaknya mengingat sedikit-sedikit lalu selanjutnya memori-memori yang baru akan mengikuti muncul secara bertahap karena setidaknya ia telah memiliki pokok memori yang ia lupakan.

Pertanyaannya di sini, jika Natasha melakukannya—membekukan dirinya, apakah hal itu juga bisa membuatnya mengingat semua hal yang ia lupakan?

“Bucky, bagaimana jika aku dibekukan untuk mendapatkan memori-memoriku kembali?”

Bucky tersentak saat mendengar ucapan Natasha. “A-apa? Kau ingin dibekukan?”

“Iya. Aku benar-benar ingin mengingat semua memori yang kulupakan dan tadi kau menceritakan jika kau bisa mengingat memorimu ketika kau bangun. Jadi mungkin hal yang sama bisa terjadi padaku jika aku melakukan apa yang kau lakukan. Bagaimana menurutmu, apa sebaiknya aku melakukan hal itu?”

Jauh di dalam hatinya, Bucky ingin sekali menahan Natasha untuk tidak melakukan hal itu karena jika Natasha dibekukan, Bucky akan sendiri lagi dan tidak memiliki siapa-siapa untuk diajak berbicara. Namun di sisi lain, Bucky tahu jika mengingat memori adalah hal mutlak di dalam hidup seseorang. Akan sangat menyebalkan jika seseorang melupakan sebuah memori berarti di dalam hidupnya ketika memori tersebut sangat berarti baginya namun harus ia lupakan begitu saja. Belum lagi jika di dalam memori indah itu ada sosok lain yang terlibat di dalamnya dan hanya diri merekalah yang tidak bisa mengingatnya sementara sosok lain itu mengingatnya. Itu benar-benar sangat menyebalkan dan karena itu jugalah, Bucky benar-benar bersikeras untuk membuat dirinya mengingat semua memorinya. Meskipun Bucky tahu jika kemungkinan besar semua orang yang terlibat di dalam memorinya sudah meninggal karena mereka ada di tahun 40-an, namun Bucky berpikir jika setidaknya, ia bisa mengingat jika ia pernah bahagia dan mengingat orang-orang yang ia sayang dan menyayanginya. Hal itu adalah hal yang baik untuk dirinya karena jika ia bisa mengingat hal-hal tersebut, ia yakin ia bisa bertahan karena memori-memori bahagia itulah yang membuatnya bertahan. Ia bisa bertahan karena ia ingin bisa terus mengingat memori-memori itu di dalam hidupnya.

Setelah memikirkannya, Bucky pun sadar jika menghentikan Natasha adalah saran yang buruk. Natasha berhak mendapatkan semua memori itu. Entah memori bahagia atau memori buruk, semuanya tetap memori dan tetap membuat Natasha bisa menjadi Natasha yang sekarang ia kenal. Di Wakanda, disediakan teknologi yang bisa mewujudkan hal itu dan setelah Bucky pikir-pikir, akan sangat bagus bagi Natasha jika ia bisa memanfaatkan teknologi itu untuk mendapatkan memori-memorinya kembali.

“Lakukan apa saja yang kau inginkan, Natasha. Wakanda menyediakan hal itu dan jika kau mau dan ingin, kau bisa melakukannya. Mereka pasti akan senang jika kau mau menerima bantuan mereka.”

“Baiklah, akan aku lakukan hal itu.”

“Kapan kira-kira kau akan melakukannya?”

“Entahlah tapi kurasa secepatnya.”

Bucky mengangguk. “Kau benar. Semakin cepat kau melakukannya, semakin cepat pula kau mengingat semua memorimu yang kau lupakan.”

“Kau benar.”

“Tapi Natasha, kurasa kau harus melakukan hal lain.”

“Melakukan apa maksudmu?”

“Memberitahu Steve dan Sam mungkin? Terlebih Steve. Dia adalah teman terdekatmu bukan? Dan keputusan yang kau ambil ini termasuk keputusan besar bagimu. Jadi kupikir, kau harus memberitahunya supaya ia tidak merasa tertinggal atau tersingkir karena kau abaikan.”

“Ah, Steve. Ya, kau benar, Bucky. Aku akan menghubunginya nanti malam atau besok saja.”

“Baguslah jika seperti itu. Kuharap apa yang akan kau lakukan itu dapat berdampak bagimu, Natasha. Aku sungguh mengharapkan hanya yang terbaik bagimu.”

“Tentu saja, terimakasih. Kau juga, Bucky.”

Bucky mengangguk dan kemudian memalingkan wajahnya untuk menatap kambing-kambingnya yang sedang makan di ladang tanpa beban sedikit pun.

Chapter Text

Di pantry apartemennya, Steve menatap Natasha lekat-lekat sementara yang ditatap hanya meringis dan mengangkat bahunya sambil menyeruput kopi yang sebelumnya telah dibuatkan oleh Steve untuknya.

“Nat, apa kau bersungguh-sungguh akan melakukannya?”

“Steve, ini adalah satu-satunya cara supaya aku bisa mendapatkan semua memoriku kembali.”

Steve menghela nafasnya panjang dan memijat pelipisnya. Bingung dengan semua hal yang terjadi pada hidupnya akhir-akhir ini. Kemarin ketika Natasha menghubunginya dan mengatakan soal rencananya yang ingin dibekukan seperti Bucky, Steve tanpa pikir panjang langsung mengajak Sam ke Wakanda untuk menemui Natasha. Hari ini ketika dari mulut Natasha sendiri secara langsung perempuan itu mengatakan jika ia ingin dibekukan membuat Steve semakin pusing lagi. Beberapa menit yang lalu, Natasha memang sudah menceritakan semuanya kepada Steve, tentang hasil pemeriksaan Shuri yang ternyata menunjukkan jika memorinya pernah dihapus sampai lima kali oleh Red Room. Steve benar-benar bisa memahami keinginan Natasha untuk mendapatkan semua memorinya lagi karena kemungkinan memori yang dihapus dari pikiran Natasha adalah memori penting karena Red Room sampai menghapusnya lima kali seperti itu. Tapi untuk hal dibekukan, Steve tidak tahu, apakah hanya itulah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk kembali mendapatkan semua memori Natasha.

“Apakah hanya itu satu-satunya cara untuk bisa mendapatkan memori-memorimu, Nat?”

“Aku juga tidak tahu, Steve. Tapi aku harus mendapatkan semua memoriku dengan cepat dan hanya inilah satu-satunya cara yang kutahu—untuk saat ini. Aku melihat Bucky sebagai patokannya dan ia berhasil mengingat memori-memorinya. Memang tidak langsung semuanya namun dengan ia yang dibekukan dan dicairkan, ia mendapatkan pokok-pokok memori yang dihapus dari pikirannya dan saat ini cabang-cabang dari memori-memorinya akan mendatanginya jika ia mengalami déjà vu. Dan apa yang terjadi pada Bucky seratus persen masuk akal karena bagaimana memori-memori lain mendatanginya jika ia tidak memiliki pokok-pokoknya terlebih dahulu. Karena itulah, aku ingin melakukannya. Setidaknya nanti setelah aku dibekukan dan dicairkan, aku akan mendapatkan pokok-pokok memori yang dihapus dari kepalaku dan cabang-cabang memoriku akan mendatangiku setelahnya. Selanjutnya jika prosesnya sangat lambat, aku akan minta tolong Shuri jika mungkin ia bisa mengupayakan hal lain untuk membantuku mempercepat mengingat semuanya.”

“Lalu apa kau sudah berkonsultasi dengan Shuri tentang hal ini?”

“Belum. Dua hari yang lalu Bucky juga menyarankanku melakukan konsultasi terlebih dahulu sebelum memutuskan tapi aku yakin jika Shuri akan setuju denganku.” Natasha mengangkat bahunya. “Tapi mungkin Shuri akan lebih memprioritaskan hidungku terlebih dahulu baru ia bisa memulai proses pembekuanku.”

Kening Steve mengerut. “Hei, tunggu. Apa yang terjadi dengan hidungmu?”

“Ah, aku belum menceritakan soal ini padamu.”

Natasha pun memulai ceritanya tentang insiden Red Room yang membuat indera penciumannya rusak. lalu cerita tentang Bucky yang memaksanya memeriksakannya kepada Shuri dan berakhir ia mengetahui fakta soal memori-memorinya yang pernah dihapus selain memori tentang kedua orang tuanya. Saat mendengar semua cerita Natasha, Steve langsung menggeleng-gelengkan kepalanya karena Natasha memang adalah orang yang sangat susah ditebak.

“Kau sungguh-sungguh luar biasa, Nat.”

“Aku tahu. Kau tidak perlu selalu mengatakannya padaku,” kata Natasha sambil tersenyum.

“Dan hubunganmu dengan Bucky, apa kau berhasil berteman dengannya?”

“Tentu saja. Bucky adalah orang yang sangat baik, Steve. Kau tahu sendiri bukan bagaimana tidak bisanya aku memasak nah, Bucky-lah yang selalu memasakkan makanan untukku dan masakan buatannya sangat enak.”

“Lebih enak dari masakanku?”

“Mmm, mungkin. Kau tidak bisa memasak beef stroganoff yang merupakan makanan kesukaanku sementara Bucky bisa melakukannya dengan mudah dan rasanya benar-benar enak.”

Kening Steve kembali mengerut saat mendengar penuturan Natasha. Setahu Steve, beef stroganoff adalah masakan Rusia dan bagaimana Bucky bisa mengetahui cara memasakan makanan itu? Saat Natasha banyak menghabiskan waktunya dengan Steve, Natasha pernah beberapa kali meminta Steve untuk memasakkan beef stroganoff untuknya. Steve juga berusaha memasaknya dengan melihat resep di internet atau di buku-buku resep yang ada di perpustakaan. Sayangnya, setiap kali Steve selesai memasaknya dan menghidangkannya di hadapan Natasha, Natasha selalu menolaknya karena kata Natasha, dari baunya saja Natasha bisa tahu jika beef stroganoff buatan Steve tidak sama dengan beef stroganoff yang biasa ia makan dan rasanya pasti tidak enak. Akhirnya Natasha menolaknya dan memilih memakan sereal atau makanan kaleng sementara beef stroganoff yang telah Steve masak, mau tak mau Steve-lah yang memakannya karena sangat sayang jika dibuang. Sebenarnya menurut Steve, beef stroganoff buatannya tidak seburuk itu dan masih layak untuk dimakan. Namun karena lidah Natasha adalah lidah orang Rusia yang lebih paham soal makanan Rusia, Steve pun bisa memakluminya dan sejak saat itulah lebih baik ia tidak memasakan makan Rusia lagi untuk Natasha.

Yang Steve bingungkan di sini adalah, mengapa Bucky bisa mengetahui resep beef stroganoff dan memasaknya dengan baik hingga Natasha mengakui dan memuji masakan Bucky? Seingat Steve, saat mereka masih bersama di tahun 40-an, Bucky tidak pernah berhubungan dengan hal-hal yang berbau Rusia—apalagi sampai mengetahui nama dan cara memasakan makanan Rusia seperti itu. Memang sejak dulu, Bucky pandai memasak. Ialah yang biasanya memasak untuk adik-adiknya ketika orang tua Bucky meninggal. Kadang jika Bucky senggang, ia akan mengirimkan makanan juga kepada Steve agar Steve tidak kelaparan karena Steve tidak memiliki siapa-siapa lagi. Makanan-makanan yang dikirimkan oleh Bucky pun hanya makanan Amerika biasa atau jika Bucky ingin, ia kadang memasak makanan Eropa sesekali dan sama sekali tidak pernah makanan Rusia. Lantas, bagaimana Bucky bisa tahu cara memasak makanan Rusia? Apakah selama Bucky menjadi Winter Soldier, ia juga diajarkan cara memasak makanan Rusia oleh Hydra? Tapi jika hal itu terjadi, maka semakin aneh lagi karena untuk apa Hydra mengajarkan cara memasak makanan Rusia kepada Winter Soldier.

“Bagaimana dia bisa tahu cara memasak makanan Rusia? Dia tidak pernah memasak makanan Rusia. Apa selama dia menjadi Winter Soldier, dia pernah memasak makanan Rusia?”

Natasha tertawa kecil. “Aku juga sudah menanyakan hal itu padanya namun dia menjawab tidak. Katanya, untuk apa Winter Soldier memasak makanan Rusia? Bucky mengatakan jika dia juga tidak tahu mengapa dia bisa memasaknya dengan sempurna. Dia hanya mengikuti alam bawah sadarnya dan bisa memasak makanan itu dengan sempurna. Begitulah. Mungkin di salah satu memorinya yang terhapus, ia juga pernah memasak makanan itu jadi kemungkinan ia mengalami déjà vu dan bisa mengingat resep dan cara memasaknya dengan baik tapi ia tidak ingat bagaimana ia bisa mengetahuinya.”

Semua teka-teki tentang masa lalu Bucky dan Natasha sebenarnya berhubungan. Sejak Steve meninggalkan Wakanda dan bersembunyi di dunia luar, Steve selalu memikirkan percakapannya dengan Bucky tentang ruangan merah dan suara tembakan. Hal itu entah mengapa benar-benar mengingatkan Steve tentang Red Room—tempat Natasha berlatih semua kemampuannya. Lalu sekarang, mengetahui fakta jika baik Bucky maupun Natasha pernah mengalami penghapusan memori ditambah Bucky yang bisa memasakkan makanan Rusia dengan sempurna dan makanan itu adalah makanan kesukaan Natasha membuat otak Steve memikirkan satu hal.

Apakah di dalam memori yang dihapus di dalam pikiran Bucky maupun Natasha, keduanya pernah bertemu satu sama lain sebelum Washington—sebelum Odessa?

Karena sungguh, jika Steve menggunakan ilmu cocokloginya, semua yang dialami Bucky dan Natasha benar-benar berhubungan satu sama lain. Sayangnya saat ini, Steve belum bisa memastikannya karena dugaannya belum jelas. Steve akan mencari tahu lebih lagi tentang keduanya sebelum mengkonfirmasinya pada baik Bucky ataupun Natasha.

“Begitu rupanya. Dia baik-baik saja bukan di sini?”

“Tentu saja. Bucky selalu mengatakan padaku jika saat dia melakukan sesi terapinya—yang entah apa karena aku tidak mengetahuinya, dia selalu mengatakan jika dia mengalami kemajuan dan dia bisa lebih mengingat memori-memorinya setelah sesi terapinya itu. Kau tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja—jauh lebih baik daripada saat dia ada di luar tempat ini.”

“Baguslah jika begitu. Aku senang mendengarnya. Lalu kau, kapan kau akan pergi Shuri dan memperbaiki hidungmu?”

“Nanti sore mungkin.”

“Perlu aku temani?”

“Tidak perlu. Aku lebih nyaman pergi sendiri.”

“Kau tidak akan langsung dibekukan hari ini bukan?”

“Tidak. Aku hanya akan memperbaiki hidungku terlebih dahulu lalu seperti katamu tadi, berkonsultasi dengan Shuri tentang apa yang harus kulakukan—bagaimana sarannya yang terbaik untukku.”

“Bagus. Akan sangat menyebalkan jika kau langsung membekukan dirimu hari ini tanpa memberitahuku—atau memberitahu Sam dan Bucky.”

“Tidak. Tidak hari ini. Tenanglah.”

Steve menganggukkan kepalanya lalu mengambil cangkir kopinya yang sudah hampir dingin  itu.

Sore harinya seperti yang telah dikatakan oleh Natasha, ia pergi ke laboratorium Shuri dan meminta tolong pada Shuri untuk memperbaiki hidungnya. Shuri mengangguk dan langsung memperbaiki hidung Natasha dengan cepat dan tanpa ada rasa sakit sedikit pun. Satu jam kemudian, indera penciumannya bisa langsung berfungsi dengan baik seperti sedia kala dan hal itu dibuktikan dengan Shuri yang menyemprotkan parfum di dekat Natasha. Natasha bisa langsung mencium bau seperti semula dan barulah ia sadari bagaimana bau udara laboratorium Wakanda untuk pertama kalinya sejak ia datang ke Wakanda.

“Bagaimana? Kau bisa membauinya bukan?”

“Tentu saja. Terima kasih banyak, Shuri.”

“Sama-sama, Natasha.”

“Ah, soal memoriku.... aku ingin berkonsultasi denganmu, Shuri.”

Shuri mengangguk dan mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Natasha. “Tentu saja. Apa yang ingin kau konsultasikan? Jika aku bisa membantu, aku akan berusaha membantumu sekuat yang aku bisa.”

“Untuk mendapatkan memoriku kembali, bisakah kau melakukan hal yang sama padaku dengan apa yang kau lakukan pada Bucky?”

“Melakukan hal yang kulakukan pada Bucky kepadamu? Apa yang aku lakukan pada Bucky?”

“Membekukan diri.”

Mata Shuri terbuka sedikit lebih lebar karena ia terkejut. “Apa? Kau yakin, Natasha?”

“Aku sangat yakin. Aku harus mendapatkan memori-memori itu lagi, Shuri. Aku ingin tahu mengapa Red Room sangat bersikeras menghapusnya sampai lima kali seperti itu.”

“Tapi Natasha, kau harus menyadari sesuatu. Jika kau memilih untuk dibekukan, waktu paling sebentar sampai semua prosedur pembekuanmu berpengaruh padamu adalah satu bulan dan supaya semua prosedur berpengaruh secara maksimal, kau mungkin akan membutuhkan satu setengah bulan. Belum lagi jika kau dibekukan dan nantinya ketika kau dicairkan, memori-memori itu membanjiri pikiranmu seperti banjir bandang dan semua memori baik memori yang membahagiakan maupun memori yang mengerikan juga akan bersama-sama datang ke dalam pikiranmu. Jika kau tidak kuat, kau akan merasakan kesakitan yang amat sangat dan terlebih dengan masuknya memori-memori yang buruk ke dalam pikiranmu, kau akan kembali mengingat semuanya. Termasuk trauma-traumamu karena siapa tahu, mereka menghapus memorimu hanya yang buruk-buruk saja, bukan?”

“Tidak, Shuri. Semua memori buruk dan trauma tentang Red Room, masih tersimpan dengan rapi dan dalam pikiranku. Aku bisa mengingatnya kapan saja. Red Room bukanlah organisasi yang baik hati yang akan menghapus memori-memorimu tentang hal-hal yang buruk sebaliknya, mereka adalah orang-orang kejam yang tidak mengizinkan kebahagiaan terjadi pada setiap Widow mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan para Widow untuk tersenyum dan merasakan kebahagiaan. Widow benar-benar dituntut menjadi pembunuh dan mata-mata super dan tentu saja, kebahagiaan bukanlah bagian dari prinsip mereka dan kemungkinan mereka menghapus setiap memori bahagia kami sehingga kami hanya memiliki memori buruk dan trauma saja yang akan berguna untuk memperkuat kami. Karena itulah aku benar-benar yakin jika memori-memori yang dihapus dari pikiranku ini bukanlah memori yang buruk melainkan memori bahagia yang sepertinya sempat terjadi padaku selama aku di Red Room atau jika tidak, hal-hal penting lainnya mengenai mereka atau mengenai hidupku yang tidak sengaja kuketahui yang seharusnya tidak kuketahui namun aku mengetahuinya. Mereka menyadarinya dan mereka pun menghapus memoriku. Karena itulah, aku benar-benar harus mendapatkan memori-memoriku kembali, Shuri.”

“Tapi, Natasha, aku sudah mengatakan semua konsekuensinya padamu. Apa kau masih yakin mau melakukannya?”

“Aku sangat yakin. Apa kau punya cara lain yang bisa kau lakukan untuk membantuku mengingat semua memoriku?”

“Sebenarnya kami juga sedang mengembangkan alat untuk membantu orang-orang mengingat memori-memori yang mereka lupakan atau yang hilang dari mereka tapi teknologi itu masih ada dalam tahap pengembangan dan aku belum tahu kapan pastinya teknologi itu selesai.”

“Baguslah jika seperti itu dan hal inilah satu-satunya jalan tercepat untukku supaya aku bisa mengetahuinya.”

Shuri memandang Natasha tidak yakin dan setelah mengalami perbedaan pendapat di dalam pikirannya, akhirnya Shuri pun menganggukkan kepalanya. “Aku bisa membantumu, Natasha.”

“Terima kasih. Lalu kapan aku bisa dibekukan?”

“Tidak secepat itu juga, Natasha. Sebelum dibekukan, kau harus menjalani beberapa prosedur pengecekan untuk memastikan jika keadaan tubuhmu benar-benar siap untuk dibekukan.”

“Berapa lama pengecekannya?”

“Tiga sampai empat hari biasanya namun karena kau baru saja menjalani operasi di indera penciumanmu, kau tidak boleh melakukan hal-hal yang aneh-aneh terlebih dahulu selama sekitar empat hari dan jika digabungkan, akan memerlukan satu minggu dahulu sebelum kau bisa dibekukan.”

Natasha menghela nafasnya panjang. Satu minggu. Satu minggu adalah waktu yang lama baginya. Ingin sekali Natasha mengatakan jika ia sangat siap jika sekarang juga ia dibekukan karena ia merasa bahwa kondisinya benar-benar baik-baik saja namun akhirnya, Natasha memilih menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih pada Shuri. Shuri mengatakan jika mulai besok, Natasha bisa memulai prosedur pengecekkan di tubuhnya jika Natasha ingin segera dibekukan. Natasha menganggukkan kepalanya sekali lagi dan mengatakan jika ia akan datang besok untuk memulai prosedur pengecekkan. Setelahnya, Natasha segera meninggalkan laboratorium menuju kediaman Bucky karena sebelumnya, Steve sempat memberitahunya jika ia dan Sam akan ada di kediaman Bucky untuk berbincang dengan teman mereka. Benar saja, saat Natasha sampai, tiga pria itu sedang ada di depan kediaman Bucky sambil memasak untuk makan malam. Sam-lah yang pertama menyadari kehadiran Natasha dan pria itu langsung melambaikan tangannya dan memanggil Natasha, hal itu memicu Steve dan Bucky menoleh dan melakukan hal yang sama.

“Hei, gadis cerewet, kau akhirnya kembali!”

Natasha memutar bola matanya saat mendengar panggilan dari Sam untuknya. “Tutup mulutmu.”

“Nat, kau sudah kembali. Bagaimana keadaanmu?”

“Lebih baik. Aku sudah bisa mencium bau dengan normal sekarang.”

“Lalu tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembekuanmu?”

“Aku bisa melakukannya tapi aku memerlukan satu minggu sebelum aku bisa melakukannya. Ya, untuk memaksimalkan indera penciumanku yang baru sembuh dan segala hal tentang pengecekkan tubuh sebelum menerima pembekuan itu.”

“Dulu aku juga mengalami hal yang sama, Natasha. Mereka banyak melakukan pengecekkan di tubuhku sebelum mereka memastikan jika aku siap untuk dibekukan.”

“Yep. Kau benar, Bucky.”

“Apa kata Shuri tentang lama kau dibekukan?” tanya Steve.

“Ya, Shuri mengatakan untuk prosedur-prosedur pembekuan supaya berpengaruh pada tubuhku, aku memerlukan waktu satu bulan lalu jika aku ingin prosedur-prosedur itu berpengaruh secara maksimal, akan membutuhkan satu setengah bulan sampai dua bulan lamanya aku dibekukan.”

Steve, Sam, dan Bucky terlihat sedikit terkejut saat mendengar semua perkataan Natasha. Natasha yang melihatnya hanya bisa mengangkat satu sudut bibirnya. Tidak menyangka jika mereka benar-benar mempedulikannya.

“Kau yakin akan hal ini bukan, Nat?”

“Steve. Sudah kukatakan padamu. Hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa mendapatkan semua memoriku lagi. Walau tadi sebenarnya Shuri mengatakan jika ia dan timnya sedang mengembangkan teknologi di bagian pikiran dan memori – ” Hampir saja Steve menyela perkataan Natasha namun Natasha langsung menunjuk Steve dengan jempolnya dan membuat Steve mengurungkan niatnya untuk menyela Natasha. “ – tapi Shuri sendiri belum tahu kapan teknologi itu akan jadi dan bisa dipakai seutuhnya. Karena apa yang ingin kuketahui ini adalah sesuatu yang mungkin sangat penting, aku harus segera mengetahuinya dan dibekukan adalah satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk mendapatkannya.”

Steve langsung memijat pelipisnya sebelum akhirnya menghela nafas panjang. “Kau bisa melakukannya. Menghentikanmu sama sekali tidak ada artinya. Kau lebih keras kepala dibandingkan siapa pun dan meskipun kau sudah dilarang oleh dunia sekali pun, kau pasti tetap akan melakukan apa yang kau inginkan.”

Natasha menyeringai. “Tentu saja. Itulah yang harus kulakukan.”

Selanjutnya, topik pembicaraan dengan mudah diputar oleh Sam dan mereka berempat segera mengobrolkan banyak hal tanpa menyinggung hal-hal yang kemungkinan dapat melukai salah satu dari mereka. Steve dan Bucky melanjutkan acara memasak mereka sementara Natasha dan Sam hanya duduk santai sambil menyemangati dua teman mereka yang sibuk memasak. Steve yang melihatnya hanya memutar bola matanya sementara Bucky tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya hingga sekitar setengah jam kemudian, Steve dan Bucky selesai memasak dan segera memberikan makanan kepada Natasha dan Sam. Keduanya tersenyum senang saat melihat apa yang Steve dan Bucky masak lalu baik Steve dan Bucky pun juga mengambil piring mereka dan duduk di tempat mereka masing-masing untuk memakan makanan mereka.

“Wah, kemampuan kalian berdua memang tidak boleh kuragukan sama sekali.”

“Tentu saja. Kau tidak boleh meragukan kemampuanku—atau kemampuan Bucky, Nat. Karena seburuk apapun kami, kami lebih baik daripadamu dalam bidang masak-memasak.”

Natasha memutar bola matanya malas mendengar ucapan Steve yang membanggakan dirinya meski hal itu tentu saja adalah yang sebenarnya terjadi namun menyebalkan sekali Steve berkata-kata hal itu di hadapannya. “Ya, terserah kau. Sekarang aku ingin makan saja.”

Mereka pun segera memakan makanan mereka sambil tentu saja karena Sam ada bersama mereka, suasana di sekitar mereka bisa terbangun dengan baik dan Sam bisa membuat semua orang terhibur. Selama makan, Steve juga menceritakan jika dunia di luar Wakanda lebih normal dan Steve merasa jika sepertinya tidak ada hal-hal berbahaya yang bisa mengancam bumi dalam waktu dekat. Beberapa kali Steve dan Sam sempat mencari keberadaan Wanda dan ternyata mereka bisa menemukan Wanda sedang bersama Vision dan Steve menceritakan bahwa mungkin keduanya sedang terlibat dalam suatu hubungan yang khusus. Steve dan Sam hanya menemui Wanda dan Vision satu kali saat kebetulan mereka ada di Edinburgh dan baik Wanda maupun Vision menyambut Steve serta Sam dengan baik. Steve juga sempat meminta maaf pada Wanda karena gara-gara dirinyalah Wanda harus bersembunyi dan berlari dari semua orang namun Wanda mengatakan bahwa hal itu bukan suatu masalah yang besar. Wanda juga lebih nyaman hidup bersembunyi dan tidak terlihat oleh orang lain seperti ini. Lagipula, karena persembunyian itulah, Vision bisa menemukannya dan mereka bisa bersama. Natasha yang mendengarnya tentu saja terkejut karena ia sama sekali tidak menyangka bahwa Wanda akan bersama dengan Vision namun Natasha merasa bahagia untuk Wanda dan Wanda pantas mendapatkannya. Setelah semua kesialan dan kemalangan yang Wanda hadapi, Wanda berhak bahagia dengan caranya sendiri.

Steve juga menceritakan bahwa ia sedikit mencari tahu tentang keadaan Clint dan Scott. Dari hasil pencariannya, ia bisa mengetahui jika keduanya masih aman di rumah tahanan mereka masing-masing. Karena syarat-syarat penahanan rumah yang tidak mengizinkan keduanya menggunakan alat komunikasi apapun, Natasha juga tidak bisa menghubungi Clint walau sebenarnya setelah kejadian Red Room, Natasha benar-benar ingin menghubungi Clint dan bercerita bahwa sebenarnya ia masih memiliki keluarga yang menyayanginya. Bisa Natasha bayangkan jika Clint mendengar ceritanya, Clint akan memeluknya dan memberinya ucapan bahagia seperti yang selalu Clint lakukan selama ini. Saat baru menyadari jika ada memori-memori lain yang dihapus dari pikiran Natasha, Natasha langsung berpikir untuk menghubungi Clint untuk meminta sarannya. Namun karena keterbatasan seorang tahanan rumah, Natasha tidak bisa melakukannya dan karena itulah ia memutuskan untuk mengurung dirinya di kamar apartemennya. Hingga baru dua hari yang lalu ia keluar dari apartemennya dan sedikit menceritakan masalahnya pada Bucky juga menceritakannya kepada Steve.

“Kapan waktu pembebasan mereka?”

“Tahun depan. Entah aku tidak paham bulan apa yang jelas mereka akan dibebaskan pada tahun 2018.”

“Mereka benar-benar sangat membantuku, Steve. Tidak seharusnya mereka mengalami semua hal ini demi menolongku.”

“Hei, Buck, jangan bicara seperti itu. Mereka paham mana yang terbaik dan itulah yang mereka lakukan.”

Sam mengangguk. “Steve benar. Jika kejadian Jerman tidak terjadi mungkin aku selamanya tidak akan pernah mengetahui bagaimana keadaan asli Wakanda dan melakukan petualangan bersama Captain America.”

“Kau ini bisa saja, Sam,” kata Steve sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Lalu Tony Stark? Bagaimana dia? Apa dia baik-baik saja?” tanya Bucky kepada Steve dan Sam karena ia benar-benar memahami bahwa salah satu orang yang benar-benar terdampak atas kejahatannya—kejahatan Winter Soldier adalah Tony Stark. Di tahun 1991, dengan kejamnya Winter Soldier membunuh Howard Stark dan Maria Stark karena mereka menolak memberikan serum super soldier lainnya yang akan digunakan untuk membuat super soldier seperti Winter Soldier. Bucky benar-benar berhutang permintaan maaf pada Tony Stark karena apa yang sudah diperbuat Winter Soldier pada kedua orang tuanya. Meskipun Bucky tahu jika perbuatan Winter Soldier tak termaafkan namun Bucky tetap ingin bisa menemui Tony Stark secara langsung dan meminta maaf secara langsung pada pria itu jika kondisinya sudah benar-benar stabil dan bisa kembali ke dunia luar lagi.

“Tony baik-baik saja. Aku melihat di berita jika dia masih diberitakan tentang aksi amalnya di beberapa negara.”

“Syukurlah jika begitu.”

“Kau tidak perlu terlalu khawatir, Buck. Fokuskan penyembuhanmu dahulu. Nanti setelah kau sudah sembuh sepenuhnya, kau bisa menemui Tony dan mungkin meminta maaf padanya.”

“Ya. Aku juga menantikan hari itu walau aku jelas yakin jika Tony Stark tidak mungkin memaafkanku atas perbuatan Winter Soldier padanya.”

Steve hanya bisa menarik bibirnya dalam satu garis lurus. Sam yang menyadari atmosfir yang semakin menegang itu langsung mengalihkan topik pembicaraan. Mereka lalu membicarakan hal lain yang tidak menyangkut semua hal tentang trauma dan rasa sakit yang pernah dialami salah satu dari mereka.

Chapter Text

“Natasha, aku benar-benar minta maaf karena kau merasakan semua hal itu. Meskipun teknologi di Wakanda sudah sangat maju, aku tetap tidak dapat mengembalikan rahimmu – ”

“Aku tahu, Shuri. Jangan kau bahas hal itu lagi. Perbuatan mereka memang sangat kejam dan semuanya sudah terjadi padaku. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengubahnya lagi.”

Shuri tersenyum sedih lalu menepuk pundak Natasha. Setelahnya, ia segera melakukan diagnosis di tubuh Natasha untuk melihat apakah Natasha bisa menerima pembekuan atau tidak. Lalu saat Shuri kembali melihat kondisi tubuh Natasha, Shuri kembali merasa bersalah karena ia tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan Natasha.

Hari ini adalah hari ketiga Natasha menjalani pengecekkan tubuhnya sekaligus juga adalah hari terakhir ia menjalani pengecekkannya. Tentu sebenarnya Natasha ingin segera dibekukan esok hari namun saat ini, Natasha masih harus menjaga indera penciumannya yang baru sembuh. Hal tersebutlah yang pada akhirnya menjadikan jika baru lusalah, Natasha bisa dibekukan. Shuri melakukan hal itu demi membuat Natasha merasa aman dan supaya proses pembekuan bisa berjalan dengan baik.

Saat setelah melakukan pengecekkan, Natasha mengucapkan terima kasih pada Shuri dan berjalan melewati halaman istana yang ternyata ada Steve, Sam, dan T’Challa berdiri sambil memperhatikan para prajurit istana sedang berlatih dan memanasi pesawat, helikopter, serta quinjet yang dimiliki Wakanda. Tadi saat diperiksa, Natasha memang sempat bertanya pada Shuri mengapa banyak kendaraan langit terbang di langit Wakanda hari ini dan Shuri menjawab jika hari ini adalah waktunya untuk kendaraan langit yang lama tidak digunakan untuk dipanasi karena jika tidak dipanasi, mesin kendaraan akan rusak. Walaupun Wakanda bisa memperbaikinya dengan mudah, tetap sayang saja jika mesin-mesin rusak karena tidak pernah dipakai.

Bicara soal Steve dan Sam, pada akhirnya dua manusia itu memutuskan untuk tidak meninggalkan Wakanda karena Natasha akan dibekukan. Steve mengatakan jika ia dan Sam akan tinggal di Wakanda selama Natasha dibekukan untuk menemani Bucky. Selama ini, Steve selalu meninggalkan Wakanda karena Bucky juga dibekukan. Tidak ada alasan lain bagi Steve untuk ada di Wakanda. Saat mengetahui Bucky sudah sepenuhnya dibangunkan dan Natasha yang memilih untuk menetap di Wakanda, Steve pun kembali meninggalkan Wakanda seperti sebelumnya karena ada Natasha bersama Bucky dan ia tidak perlu khawatir. Namun sekarang Natasha memutuskan untuk dibekukan sementara Bucky sudah seratus persen sadar dan tidak kembali dibekukan. Steve rasa, tinggal bersama Bucky sampai Natasha kembali dicairkan adalah pilihan yang baik supaya Bucky tidak merasa sendirian lagi.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Natasha saat menghampiri orang-orang yang ada di halaman itu.

Steve tersenyum saat melihat Natasha. “Bukan apa-apa. Hanya perbincangan biasa dengan tambahan sedikit unsur politik.”

“Bagaimana keadaanmu, Nona Romanoff?” tanya T’Challa.

“Ah, aku baik-baik saja, Yang Mulia. Shuri mengatakan jika kondisi tubuhku stabil dan aku bisa menerima proses pembekuan itu lusa karena aku masih dalam tahap penyembuhan untuk indera penciumanku.”

“Semoga kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan di sini, Nona Romanoff.”

“Tentu saja.”

Setelah sekitar lima menit, T’Challa berpamitan terlebih dahulu karena masih ada urusan yang harus ia selesaikan di istana. Steve, Sam, dan Natasha mengangguk lalu mereka pun juga berjalan ke arah kediaman Bucky. Hal tersebut mereka lakukan sebab mereka tidak memiliki kegiatan khusus lainnya selain menemani Bucky, berkeliling Wakanda, pergi ke gimnasium, atau bersantai di kamar mereka sambil menonton televisi atau film.

Sesampainya di tempat Bucky, ketiganya tersenyum saat melihat Bucky duduk di depan tangga kediamannya. Saat mata Bucky melihat kedatangan tiga temannya, Bucky pun juga tersenyum dan langsung berdiri untuk menyambut teman-temannya. Iya benar, teman-temannya .

“Hei, Buck.”

“Hei, Steve.” Bucky menatap Natasha dan Sam. “Natasha, Sam.”

“Hei. Bagaimana keadaanmu?” tanya Sam.

“Baik seperti biasanya. Kenapa kalian tumben sekali datang bersama-sama?”

“Aku dan Sam awalnya hanya berbicara dengan T’Challa di halaman istana sambil melihat pesawat, quinjet, dan helikopter sedang dipanaskan lalu Natasha datang dari sesi konselingnya dengan Shuri. Jadilah kami berjalan bersama kemari.”

Bucky menangguk paham dengan maksud Steve lalu ia menatap Natasha. “Bagaimana keadaanmu, Natasha? Kapan jadwal pastinya kau akan dibekukan?”

“Oh, aku baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang serius di dalam tubuhku. Aku hanya perlu menunggu sampai lusa sehingga aku bisa segera dibekukan.”

“Lusa? Wow. Itu sangat cepat.”

“Tentu saja. Lebih cepat aku dibekukan, lebih cepat pula aku bisa mendapat memori-memoriku yang hilang.”

“Baguslah jika seperti itu.” Bucky teringat sesuatu. “Oh, aku sudah menyiapkan makan siang untuk kita semua. Apa kita akan makan sekarang?”

“Tentu. Itu adalah hal yang bagus.”

“Tidak menyangka, disini kau benar-benar hidup dengan normal. Bahkan kau sampai memasak ,” kata Sam geleng-geleng kepala yang membuat Bucky terkekeh.

“Oh, kau jangan meremehkan masakan Bucky, Sam.” Natasha tersenyum lalu menatap Bucky sekilas sebelum kembali menatap Sam. “Masakannya benar-benar enak! Bahkan dia mampu memasakkan makanan kesukaanku dengan rasa yang sama persis seperti yang aku sukai.”

Sam menatap Natasha dan Bucky bergantian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya saat matanya berakhir menatap Natasha. “Tidak menyangka juga, selama disini, kau benar-benar menjadi beban untuk Bucky, Nat.”

“Jangan berlebihan, Sam. Natasha tidak pernah menjadi beban untukku. Aku malah merasa senang karena ia ada bersamaku.”

Natasha tersenyum penuh kemenangan. “Kau dengar ucapannya?”

“Ya, ya, ya, terserah kalian. Mari kita makan saja.”

Semua orang akhirnya tertawa lalu segera duduk bebas dimanapun mereka mau dan memakan makanan yang telah dimasak Bucky. Saat merasakan makanan itu, Sam akhirnya mengaku. Ucapan Natasha benar. Masakan Bucky memang enak dan pengakuan tersebut bisa membuat semua orang tertawa puas, terlebih Bucky dan Natasha.

Acara makan siang tidak berlangsung terlalu lama karena semua orang bisa dengan cepat menghabiskan makanan mereka. Kali ini, Natasha hanya mencucikan piringnya dan piring Bucky saja sementara piring Steve dan Sam, biarlah kedua orang itu yang mencucinya sendiri. Tentu Steve dan Sam sempat protes dan menganggap Natasha pilih kasih namun Natasha mengabaikan semua itu dan tetap mencuci piringnya serta piring Bucky saja.

Sesudah semuanya selesai, Steve izin berpamitan lebih dulu karena ada yang harus ia bicarakan dengan T’Challa di istana. Tidak lama kemudian, Sam juga berpamitan karena ia ingin tidur siang di kamarnya. Mumpung saat ini ia masih bisa diberikan kesempatan untuk tidur siang, maka akan ia gunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin. Sebab mungkin, di masa depan nanti hidupnya akan berubah dan ia tidak akan bisa menikmati hal-hal remeh seperti tidur siang itu. Lalu dengan demikian, hanya tersisa Bucky dan Natasha saja di kediaman Bucky. Sedang duduk diam sambil memperhatikan kambing-kambing yang masih asyik makan rumput sejak tiga jam yang lalu.

“Natasha, apakah kau tidak kembali ke kamarmu? Lusa adalah waktumu untuk dibekukan. Jadi mungkin kurasa kau harus beristirahat lebih banyak, bukan?”

“Biarkan aku menatap semua ini terlebih dahulu, Bucky. Setelah ini aku akan dibekukan selama dua bulan. Aku tidak akan bisa melihat kambing-kambingmu makan rumput selama dua bulan nanti. Karena itulah, biarkan aku menikmatinya terlebih dahulu.”

Bucky tersenyum tanpa Natasha sadari. “Baiklah jika begitu keinginanmu, Natasha.”

Keduanya lalu melanjutkan aksi diam-diaman yang sebelumnya telah mereka lakukan itu. Hal tersebut berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama hingga akhirnya mata Natasha tidak sengaja melihat Bucky yang duduk di anak tangga dibawahnya dari belakang. Perempuan itu mengerutkan keningnya lalu teringat sesuatu.

“Bucky! Biar kurapikan rambut dan janggutmu hari ini!”

Ucapan tersebut membuat Bucky langsung menoleh ke belakang, menatap Natasha kebingungan. “Apa? Kenapa tiba-tiba?”

“Tidak tiba-tiba! Aku sudah berjanji padamu untuk membantumu merapikan rambut dan janggutmu. Hanya saja sejak beberapa waktu yang lalu, aku masih dibuat terkejut dengan apa yang aku alami. Karenanya, aku tidak memiliki kesempatan untuk melakukan janjiku. Lusa aku akan dibekukan. Jadi sebelum aku dibekukan selama dua bulan, akan aku tepati janjiku itu untuk membantumu merapikan rambut serta janggutmu.”

“Oh, Natasha. Jika kau lelah, kau tidak apa-apa tidak melakukannya. Aku baik-baik saja dengan rambut dan janggutku yang seperti ini.”

“Tidak, Bucky. Aku harus melakukannya. Aku sudah berjanji padamu.”

Bucky menatap Natasha. “Kau serius?”

“Sangat serius!”

“Baiklah jika begitu. Kau bebas melakukannya.”

Natasha tersenyum senang lalu meminta tolong Bucky untuk mengambilkan gunting, pisau, serta sisir yang mungkin ia punya yang akan Natasha gunakan sebagai alat untuk merapikan rambut dan janggut milik Bucky. Hal ini adalah hal yang mudah untuk Natasha lakukan. Bertahun-tahun hidup sebagai mata-mata super dan agen mengharuskannya untuk pandai-pandai mengubah gaya rambutnya supaya identitas aslinya tidak diketahui oleh musuh-musuhnya. Merapikan rambut dan janggut Bucky jelas bukan apa-apa untuknya.

Semuanya berjalan lancar sama seperti yang Natasha dan Bucky inginkan. Lalu hingga ketika pada waktunya Natasha harus merapikan janggut Bucky, ia meminta Bucky untuk berbalik sehingga ia bisa melakukan pekerjaannya. Meskipun sebenarnya posisi Bucky saat ini kurang nyaman karena ia duduk anak tangga dan membalikkan tubuhnya jelas membuat posisinya terasa sangat tidak nyaman. Namun karena Natasha memintanya demikian, maka akan Bucky lakukan apapun yang perempuan itu inginkan.

Dalam posisi tersebut, Bucky bisa dengan jelas melihat kalung berbandul bintang berwarna merah yang tergantung di leher Natasha. Sampai hari ini, Bucky masih selalu memiliki perasaan bahwa ia pernah melihat kalung itu. Bahkan, entahlah ini sedikit terdengar aneh namun Bucky merasa ia memiliki hubungan yang dekat dan akrab dengan kalung itu. Hal tersebutlah yang selalu membuat Bucky tidak nyaman karena ia tidak bisa membedakan itu hanyalah perasaannya saja atau memang ada suatu hal terkait kalung itu yang ia lupakan, yang tidak bisa ingat.

Natasha yang sedang merapikan janggut Bucky itu bisa dengan mudah menyadari jika sejak ia memulai pekerjaannya merapikan janggut Bucky, pandangan laki-laki itu selalu terarah pada dadanya. Melihatnya membuat Natasha terkekeh kecil dan akhirnya hal tersebut membuat pandangan Bucky naik lalu menatapnya keheranan. “Tidak apa-apa, Bucky. Lanjutkan aktivitasmu saja. Payudaraku memang bagus. Jadi pantas orang-orang selalu melihatnya seperti itu.”

Ucapan Natasha langsung membuat Bucky terkejut. Dengan cepat, ia menggelengkan kepalanya sebab memang sejak tadi, ia tidak melakukan apa yang Natasha tuduhkan padanya itu. Ia tidak melihat dada Natasha. Ia melihat kalung yang ada di leher Natasha.

“Natasha, tidak. Aku tidak melakukan hal itu?”

“Oh, yang benar? Sebab kulihat, sejak tadi matamu terus terarah ke dadaku.”

“Tidak. Bukan dadamu. Ya—kuakui tempat yang kulihat memang di dekat dadamu, tapi bukan benar-benar di dadamu.”

“Lalu? Apa yang kau lihat?”

“Kalungmu.”

Jawaban Bucky membuat Natasha menghentikan pekerjaannya. Ia lalu menundukkan kepalanya untuk melihat ke arah kalungnya yang keluar dari tanktop yang ia gunakan. Dengan cepat, ia lalu segera memasukkan kalung itu kembali ke dalam tanktop -nya dan melanjutkan aktivitasnya.

“Kulihat kau sangat terobsesi dengan kalungku. Ada apa denganmu?”

“Tidak. Aku hanya merasa jika aku—pernah melihat kalung itu, Natasha. Bahkan mungkin ini terdengar sedikit aneh bagimu namun aku merasa sangat familiar dengan kalung itu seakan-akan aku memang sering melihatnya dan mengenalnya secara pribadi. Sayangnya, aku tidak tahu apakah itu hanya perasaanku saja atau memang ada yang aku lupakan, yang terkait dengan kalung itu.”

“Bagaimana itu bisa terjadi?”

“Itulah yang aku bingungkan. Aku tidak tahu. Hanya saja perasaanku mengatakan demikian.” Bucky lalu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum menatap Natasha yang masih menatap ke arahnya. “Lupakan saja, Natasha. Itu hanya omong kosong.”

Sayangnya, saat itu Natasha sudah tidak lagi memperhatikan ucapan Bucky. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada mata Bucky yang baru kali ini Natasha sadari jika mata laki-laki itu berwarna biru. Selama ini Natasha tidak pernah menyadarinya sebab ia tidak pernah berhubungan terlalu dekat dengan Bucky. Satu-satunya kedekatan yang pernah ia dan Bucky lakukan adalah berkelahi. Tentu selama itu, Natasha tidak sempat memperhatikan apa warna mata Bucky karena ia sibuk menghajar laki-laki itu saat laki-laki itu berusaha membunuhnya. Tinggal selama hampir dua bulan bersama Bucky tidak serta merta menjadikan Natasha bisa mengetahui warna mata laki-laki itu karena ia memang tidak menaruh perhatiannya pada detail tersebut. Namun kali ini ketika posisinya dengan Bucky sangat dekat, ia duduk di satu anak tangga dan Bucky duduk di anak tangga dibawahnya, Natasha bisa melihat detail itu dengan jelas. Lalu saat terlalu lama memperhatikan mata Bucky yang berwarna biru itu, Natasha tiba-tiba merasa jika perutnya mual. Belum lagi setelah itu, ia seperti bisa melihat beberapa kelebatan gambar di dalam pikirannya yang menunjukkan mata biru seorang laki-laki yang tidak Natasha ketahui siapa itu sebab yang tampak hanyalah matanya saja. Hal tersebut membuat dadanya terasa sesak dan dengan cepat, ia langsung berdiri lalu menjauhi Bucky untuk menenangkan dirinya atas apa yang baru saja ia alami itu.

Di sisi lain, Bucky yang melihat anomali tersebut langsung ikut panik. Ia mengabaikan janggutnya yang baru dirapikan setengah oleh Natasha lalu langsung berdiri dan mengikuti perempuan itu. “Natasha, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tiba-tiba berdiri dan meninggalkanku?”

“Bucky… entahlah… aku hanya merasa sesak, mual, dan pusing saja.”

“Apa? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Beberapa detik yang lalu, kau masih normal?”

Natasha menggelengkan kepalanya. “Sungguh, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tadi, aku baru menyadari bahwa matamu berwarna biru. Aku memperhatikannya, lalu tiba-tiba aku seperti melihat beberapa gambar acak di dalam pikiranku. Ada orang lain juga yang memiliki mata berwarna biru sepertimu namun aku tidak bisa mengetahui siapakah orang itu sebab yang nampak hanyalah matanya saja.”

Mendengar penuturan Natasha membuat Bucky diam. Pikirannya langsung tertuju pada tingkah lakunya jika ia mengalami déjà vu. Tentu Bucky juga tidak serta merta menganggap bahwa apa yang Natasha alami adalah déjà vu yang sama seperti yang ia rasakan. Namun gejala dan penuturan Natasha benar-benar sama seperti yang ia rasakan selama ini.

“Apakah kau mengalami déjà vu, Natasha?”

“Déjà vu? Bagaimana bisa?”

“Kau ingat saat kita pertama kali makan di kota lalu aku yang tiba-tiba menjatuhkan sendokku itu? Shuri mengatakan jika aku mengalami déjà vu. Kau mendengarnya juga waktu itu sebab kau ada di laboratoriumnya bersamaku. Jadi, mungkin saja saat kau melihat mataku yang berwarna biru, pikiranmu tanpa sadar mengingatkanmu pada orang lain yang kau kenal, yang memiliki mata berwarna biru, yang eksistensinya dihapus secara paksa dari memorimu.”

Natasha menatap Bucky tidak percaya. “Tapi siapa?”

“Aku tidak tahu. Jika kau tidak bisa mengetahuinya, mana mungkin aku bisa mengetahuinya?”

“Baik. Kau benar. Itu masuk akal.” Bucky masih bisa melihat jika Natasha terlihat sangat tidak nyaman dengan apa yang baru saja ia alami itu. “Lalu kau, apa kau sudah bisa menemukan gambaran utuh dari memori yang kau lihat saat itu?”

“Aku bermimpi. Mimpi yang sangat banyak sampai seperti mimpi-mimpi itu dituangkan begitu saja di dalam pikiranku dan mimpi-mimpi itu dengan kelebatan gambaran yang kulihat saat aku mengalami déjà vu, memang berhubungan.”

“Apa yang kau lihat saat itu?”

Bucky menggelengkan kepalanya. “Entahlah. Aku sebenarnya juga tidak yakin apa yang aku lihat saat itu. Aku hanya melihatmu memakan makananmu dengan lahap. Lalu saat tidur, aku bermimpi melihat seorang perempuan berambut merah berponi serta bermata hijau, yang juga sama-sama makan dengan lahap seperti yang kau lakukan itu.”

“Rambut merah, mata hijau? Kau tahu siapa perempuan itu?”

“Tidak. Selama ini aku hanya melihat rambut dan matanya saja. Suaranya, keseluruhan bentuk wajahnya, aku tidak pernah bisa melihatnya dengan jelas.”

Natasha merasa semua yang ia dan Bucky alami sungguh tidak masuk akal. Ada berbagai macam kebetulan yang cukup aneh jika dinalar dengan logika antara apa yang ia dan Bucky alami. Baik yang pertama, keduanya sama-sama produk dari dua organisasi paling jahat di dunia. Lalu yang kedua, ia dan Bucky sama-sama dilatih untuk menjadi pembunuh, pembunuh yang sebenarnya. Yang ketiga, Hydra dan Red Room ternyata memiliki cara yang sama dalam mengatasi Widow serta Winter Soldier mereka, yaitu dengan menghapus memori mereka supaya mereka tetap patuh dan tidak terkena pengaruh dari orang lain. Yang keempat, yang paling aneh saat ini, ia dan Bucky sama-sama mengalami déjà vu dimana pemicunya adalah diri mereka masing-masing. 

Bucky mengalami déjà vu karena Natasha yang memicunya, Natasha mengalami déjà vu karena Bucky yang memicunya.

Menatap Bucky, Natasha lalu menghela nafasnya dan mengajak Bucky kembali duduk di tempat yang mereka gunakan tadi untuk sesi merapikan rambut dan janggut Bucky itu. Bucky tentu langsung mengikuti Natasha dan Natasha kembali merapikan setengah janggutnya. Selama itu juga, Natasha tidak membuka suaranya sama sekali. Ia benar-benar fokus pada kegiatannya hingga ketika selesai, ia langsung berdiri dan memberikan gunting serta sisir Bucky kembali pada si empunya.

“Ada apa, Natasha? Kau terlihat buru-buru?”

“Bukan apa-apa. Hanya saja ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Aku akan mencaritahunya terlebih dahulu.” Ia lalu tersenyum menatap Bucky dan menepuk pundak laki-laki itu. “Kau terlihat jauh lebih tampan dengan rambut dan janggut yang rapi seperti itu. Rambut dan janggutmu sangat cocok dengan mata birumu yang indah.”

“Orang-orang dulu selalu mengatakan jika aku datang, matakulah yang pertama kali mereka lihat. Namun entahlah, aku rasa ketika aku sudah menjadi Winter Soldier, hal tersebut tidak terjadi lagi sebab ketika melihat mata terangku, orang-orang akan mengetahui jika Winter Soldier sudah datang.”

Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak. Jangan katakan itu. Semua orang tahu kau melakukan semua itu bukan atas kehendakmu sendiri. Sekarang kau sudah bebas, Bucky. Saat kau bersamaku, kau tidak perlu khawatir soal itu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri dan melakukan apapun yang kau inginkan – ”

 “ – kau bisa menjadi dirimu sendiri – ”

“ – kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan – ”

“ – aku akan selalu ada bersamamu, James – ”

“James.”

“Apa?”

Tidak hanya Bucky, Natasha juga terkejut atas nama yang keluar dari dalam mulutnya. Nama siapa itu? James siapa yang ada dalam pikirannya? Tadi seperti beberapa waktu yang lalu, Natasha sempat mendengar ada suara-suara di dalam pikirannya yang mengatakan kalimat-kalimat seperti yang ia katakan. Hanya saja bedanya jika beberapa waktu yang lalu, Bucky-lah yang memicu ia bisa mendengar suara-suara itu. Lalu saat ini, ucapannya sendiri yang memicunya bisa mendengar suara-suara itu. Yang jelas, ketika mengalami dua peristiwa tersebut, ada Bucky bersamanya dan membuat semua ini semakin terasa tidak masuk akal.

Natasha lalu menatap Bucky tidak percaya dan mundur beberapa langkah yang membuat Bucky merasa khawatir. “Natasha, ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba memanggilku dengan nama James itu?”

Pertanyaan Bucky langsung membuat Natasha menatap laki-laki itu horor. “A-apa? Kenapa kau bertanya seperti itu? James adalah namamu?”

“Iya.”

“James.”

Sesudah mengucapkan nama itu, kepala Natasha terasa sangat sakit. Ia langsung memegangi kepalanya lalu muncul satu nama di dalam pikirannya yang membuat Natasha merasa semakin mual dan sesak. Bucky di sisi lain langsung berusaha menolong Natasha namun Natasha dengan cepat menghentikannya lalu ia menatap Bucky dengan air mata yang mulai memenuhi matanya.

“B-Bucky, namamu adalah James?”

“Iya, Natasha. Nama panjangku – ”

“James Buchanan Barnes. Seperti itu?”

Bucky langsung mengerutkan keningnya. “Kau mengetahuinya? Kau membaca berkasku?”

Gelengan kepala adalah satu-satunya yang bisa berikan saat ini pada Bucky. Setelahnya, ia berpamitan singkat terlebih dahulu sebelum segera berjalan cepat kembali menuju apartemennya. Dalam perjalanannya itu juga, Natasha langsung membuka ponselnya dan menelepon Steve, menyuruh laki-laki itu untuk segera menuju apartemennya karena ada sesuatu yang genting, yang harus ia bicarakan dengan Steve. Natasha percaya, Steve pasti mengetahui sedikit banyak soal ini dan ia harus mendapatkan informasi dari laki-laki itu.

Natasha terlalu sibuk melakukan kegiatannya sampai ia tidak menyadari jika Bucky masih berdiri di tempatnya, menatap punggung Natasha yang perlahan-lahan semakin menjauhinya itu. Sambil dalam pikirannya, ia berpikir jika apakah yang sudah ia lakukan hingga membuat Natasha menjadi seperti itu. Menghela nafasnya sekali, Bucky lalu berjalan gontai kembali ke kediamannya untuk mengistirahatkan dirinya sebentar, tanpa menyadari jika dalam istirahat tersebut, lagi dan lagi, Bucky bisa melihat gadis berponi berambut merah yang bermata hijau itu. Namun kali ini, ia mendengar suaranya dan hal tersebut membuat Bucky langsung membuka matanya kembali karena suara gadis di dalam pikirannya itu ternyata sangat mirip dengan suara Natasha.