Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2024-11-21
Words:
509
Chapters:
1/1
Comments:
2
Kudos:
46
Bookmarks:
2
Hits:
508

library's kiss

Summary:

Harry mungkin mempunyai seribu satu kata-kata untuk dilontarkan, tetapi Draco hanya membutuhkan satu cara agar lelaki itu diam.

Notes:

Harry Potter © J.K Rowling. Tidak terdapat keuntungan materil apapun yang diperoleh dari penulisan fanfiksi ini.

It feels like been a while sejak pertama kali nulis Drarry, dan udah kangen bgt wkwk. Ide ini udah ada dari lama sebenernya, tapi baru terealisasi. Sorry for the cringe, but hope you enjoy!

Work Text:


"Aku mengambil kursi ini. Jangan berisik."

Harry sontak alihkan tatap. Alis di balik frame kacamatanya bertaut heran ketika kursi perpustakaan di hadapannya ditarik Draco yang sekonyong-konyong datang dengan buku mantra-mantra sihir yang lantas diletakkan di atas meja. Ada dengkus pelan. Harry melihat sekeliling. Kursi-kursi di sudut lain masih kosong, perpustakaan senyap dengan lampu remang-remang, atas dasar apa Draco menampakkan batang hidung dan semena-mena menyuruh Harry tak bersuara? Irisnya memutar bosan. Tetapi Harry hanya diam. (Oh, tentu, ia tahu bahwa penolakan sedikitpun akan membuat Draco meradang, dan Harry tak ingin waktu membacanya terganggu lebih dari ini. Lagipula, ini perpustakaan. Masalah tak mungkin datang di tempat setenang ini dengan hanya membiarkan Draco berada satu meter kurang dari radarnya, bukan?)

Harry tak ingin memedulikan, sebetulnya. Buku historical di bawah tubuhnya tentu lebih penting untuk dibaca daripada entitas Draco yang cukup membuatnya jengah sejak pelajaran Hagrid pagi tadi. Maka ia sekadar menghela, abai terhadap ujar menyebalkan yang merisak di gendangnya itu. Pandangan Harry telah mencapai ujung halaman. Lembar buku dibuka. "Suara kertasmu mengganggu konsentrasiku."

Draco bertumpang kaki, duduk menompang dagu tanpa menarik fokus dari bukunya. Harry lantas melirik dengan wajah masam, excuse me? Mau bagaimana suara buku dibuka terdengar di telinga Draco? Meow, meow? Iris hijau Harry menatap sepenuhnya. Ia mulai merasa tensi darahnya sedikit naik. Halaman buku dibuka lagi. Harry mengujar ketus, "Mungkin kau harus membacanya di dalam tanah. Kuyakin tidak akan ada yang mengganggumu. Kecuali cacing, mungkin."

Mata Harry tak berpindah dari rentetan kata dalam buku. Dan kalimat itu sontak membuat Draco menatap lelaki berkacamata di hadapannya dengan seksama. Lengan turun dari dagunya. Sebuah tarikan sudut bibir eksplisit meremehkan tercetak di antara pahat wajah rupawannya. Draco mendecih sesaat. "Kau benar-benar berisik, ya, Potter. Kau tahu, aku selalu memikirkan banyak cara untuk menutup mulut cerewetmu itu." 

Harry menoleh. Ada tendensi tegang dalam ruangan besar itu yang membawa badannya untuk duduk lebih tegak. Oh. Rencana membaca yang tenang di sore hari dengan pemandangan lapangan Quidditch sehabis hujan itu menjadi tak menyenangkan lagi.  "Begitu? Apa yang akan kau lakukan dengan itu? Melaporkanku pada ayahmu?" Perpustakaan tengah lenggang di waktu-waktu sore, dan Harry bersyukur suaranya yang sedikit meninggi tak akan menggangu siapapun. Ia menatap tanpa ragu beradu jontosan ketika Draco justru menyender pada kursi, lengannya menyilang di depan dada dengan decih yang terlontar.  Lelaki pirang itu masih tampilkan seringai.

"Melaporkanmu ke ayahku? Untuk apa? Itu tak berguna. Tidak." Yang selalu Harry tahu, Draco adalah tipikal pria tempramental. Dia mungkin telah merencanakan skenario pembunuhan di dalam tempurung kepalanya itu. Maka, jemari Harry sontak merogoh saku, menggenggam tongkat sihirnya untuk berjaga-jaga. Draco berdiri cepat. Lengannya menarik dasi Gryffindor Harry hingga tubuhnya tertarik ke depan. Tetapi pergerakan tanpa aba-aba itu membuat Harry terkesiap. Emeraldnya membulat. Lelaki helai hitam itu sepenuhnya membatu di antara belah bibir Draco yang menyumpalnya untuk tak berbicara. 

Dunia di sekitar mata Harry seolah terhenti. Draco menjauhkan diri dengan sebuah senyuman miring. "Lihat? Aku berhasil membuatmu tak bisa mengatakan apa-apa, Potter." Harry merasa kepalanya berputar. Tubuhnya terasa terlalu ringan untuk digerakkan. Ia mungkin tak akan mampu mengeluarkan suara dari mulutnya hingga tiga hari ke depan.