Chapter Text
gua punya gebetan. namanya jihoon.
pertama kali gua liat dia itu, waktu gua lagi main futsal di lapangan sekolah terus nggak sengaja nendang bola masuk ke ruang musik. untungnya nggak kena jendela, langsung masuk ke dalam.
tapi, waktu gua samperin ke ruang musik, gua malah lihat ada cowok cantik (iya betul, CANTIK. CANTIK BANGET BAGI GUA!) lagi megangin hidungnya pake tisu. tisunya penuh warna merah. dia mimisan.
gua lihat bola yang masih berputar pelan di ruangan, baru berhenti ketika bola itu nyentuh kaki meja.
si cantik yang rambutnya panjang itu noleh ke arah gua, keningnya mengernyit, ekspresinya sebal. dia melenggang keluar ruangan tanpa bicara apa-apa sama gua. gua langsung lari nyamperin. "eh, sori banget. kamu nggak apa-apa?"
jiakh. kamu, tuh.
entah kenapa rasanya kalo ngomong pake "lu" ke dia tuh kayak kurang ajar aja. dia cantik, sih. kesan pertama yang gua dapet juga dia orang yang kalem dan lembut. mana bisa gua panggil pake "lu"? terlalu kasar buat si cantik ini.
udah ditanya begitu, si cantik nggak jawab, tapi cuma mengerang kesal.
gua ambil langkah lebar buat nyamain langkahnya, gua jalan di sisi dia. ternyata si cantik ini tingginya nggak lebih dari telinga gua.
gemes, deh.
"gua temenin ke toilet ya?"
si cantik itu masih menekan hidungnya dengan tisu yang makin lama makin penuh warna merah. hampir udah nggak ada bagian putihnya lagi. gua agak panik sih jujur. tapi lihat dia yang masih bisa berjalan tegap gini bikin gua sedikit tenang.
benar aja. dia belok ke toilet pria, langsung berdiri di depan wastafel dan membuka kran air. dia lempar tisu yang udah nyaris merah dan basah semuanya karena darah, lanjut basuh hidungnya di bawah kran. gua tarik dua-tiga lembar tisu dari dispenser di tembok, gua sodorin ke dia. "nih."
dia ngambil tisu yang gua sodorin tanpa bilang apa-apa. sementara dia lap hidungnya yang basah, gua sandaran di sisi wastafel, merhatiin dia. dilihat dari tisunya yang bersih, cuma kena air aja, kayaknya darahnya udah berhenti mengucur.
"mau gua temenin ke UKS, nggak?"
"makasih." si cantik itu akhirnya bersuara. "nggak usah. lain kali, kalau main bola nendangnya kira-kira." dia lempar tisu bekasnya ke tong sampah terdekat. "masih untung cuma kena hidung gua bukan kena jendela. lu mau kena skors, kah?"
wuoh.
cantik-cantik begini pakenya lu-gua. mana jutek banget lagi.
gua nyengir lebar. "iya tadi nendangnya agak kekencengan." garuk-garuk kepala. sebenarnya gua agak ngerasa bersalah, sih. kena hidung sampe mimisan gitu kan juga lumayan sakit ya. "sori ya...," gua ngelirik ke tempat name tag biasa dicantum, tapi kemeja yang dia pake polos-polos aja. "eh, siapa nama kamu?"
kamu lagi nggak, tuh.
hehe. sekalian modus dikit, lah.
"penting banget?" si cantik mengangkat alis. "iya, dimaafin. udah, kan?"
"eh, apanya?"
"urusan lu sama gua."
aduh. galak banget lagi.
"erm. yah. paling abis ini mau ambil bola di ruang musik." entah kenapa gua jadi salah tingkah. mau lanjutin obrolan tapi malah udah ditolak mentah-mentah dari awal gini.
"ya. silakan." dia lalu keluar dari toilet gitu aja.
gua tercengang.
bro.
seriusan, nih? gua dicuekin?
gua langsung melangkah cepat keluar toilet, nyusul si cantik yang udah jalan keluar duluan. gua sama dia jalan bersisian lagi kayak tadi. "beneran nggak mau kasih tau nama? nggak tersampaikan nanti minta maafnya."
"iya. udah dimaafin."
gua langsung ambil inisiatif buat ulur tangan. "gua soonyoung. 12 MIPA 6."
si cantik berhenti jalan, mengangkat alis. matanya memindai wajah gua, lalu ke bawah sampai ke sepatu, kembali ke atas. "oh. baru nyadar gua. si bocah yang rajin bolos itu."
ack.
bro... yang bener aja... masa dia kenal gua cuma sebagai anak yang suka bolos, sih... padahal kalau upacara senin gua sering maju ke depan buat nerima piala kemenangan tim sepak bola gua di kompetisi antar-kota....
brb nangis sekebon dulu.
"nggak, kok. sekali dua kali aja...."
si cantik lalu ketawa. awalnya kecil, tapi kemudian makin kencang seolah-olah dia merasa geli banget. "ah. gua inget. lu yang kadang suka dihukum ngerjain soal di luar kelas, kan?"
BROOOOO. ternyata selama ini dia tau gua!!!
eh bentar ini harus seneng apa sedih, sih?
"gua juga sering cabut kok tapi nggak pernah kena tegur."
"hah?"
kami sampai di depan ruang musik lagi. si cantik berhenti di depan pintu, senyum ke arah gua, terus ngulurin tangan. "jihoon. 12 MIPA 1."
MIPA 1...?
MIPA 1 kan kelasnya anak-anak beasiswa, anjir!!!
gua tercengang lebay dulu sebelum berlutut, alih-alih nyambut tangan si cantik—eh, siapa namanya tadi?!
"heh. ngapain! berdiri, buruan!" dia mengibas-ngibas tangannya di depan gua, minta gua buat berdiri.
akhirnya gua sambut tangan dia—halus dan kecil banget, astaga—dan gua berdiri, sedikit nunduk sembari tangan gua yang lain gua taroh di dada. "suatu kehormatan, gua yang sering bolos ini bisa kenalan sama anak beasiswa... siapa namanya tadi?"
"jihoon."
gua tersenyum. "jihoon."
jihoon.
aish. bahkan namanya aja kedengeran cantik dan enak disebut.
jihoon lalu melepas jabatan tangan kami. "nggak usah lebay. gua daftar sini pake sertifikat di bidang musik, tapi entah kenapa kelempar ke MIPA 1 bareng anak-anak yang masuk lewat jalur tes." jihoon geleng-geleng, dia sandaran di pintu ruangan yang terbuka sambil kedua tangannya masuk di saku celana. "gua nggak tertarik juga belajar fisika, kimia, gitu-gitu. makanya sering cabut kelas terus ke sini."
gua dengerin jihoon cerita dengan saksama. bisa-bisanya gua mendengar tmi macam begini padahal kami berdua baru aja kenalan. gua jadi merasa spesial.
"by the way, mau dengar gua main piano, nggak?"
***
